Koentjaraningrat: Difference between revisions

From Ensiklopedia
No edit summary
No edit summary
 
(2 intermediate revisions by the same user not shown)
Line 1: Line 1:
[[File:Koentjaraningrat - L1815.jpg|center|thumb|Koentjaraningrat. Sumber: [https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=556153 Koleksi Perpustakaan Nasional RI, No. Panggil - L.1815]]]
Koentjaraningrat adalah ilmuwan antropologi terkemuka di Indonesia. Ia lahir pada 15 Juni 1923 di Yogyakarta. Kedua orang tuanya benar-benar mengupayakan agar ia mendapat pendidikan yang tinggi. Sejak kecil, Koentjaraningrat dididik agar dapat berbahasa Belanda. Secara bertahap, mulai dari pendidikan dasar hingga menengah ia tempuh di ''[[Europeesche Lagere School (ELS)|Europeesche Lagere School]]'' di Yogyakarta, ''Middelbare Uitgebreid Lager Onderwijs'', dan ''Algemeen Middelbare School'' (Fox, 2001: 239).
Koentjaraningrat adalah ilmuwan antropologi terkemuka di Indonesia. Ia lahir pada 15 Juni 1923 di Yogyakarta. Kedua orang tuanya benar-benar mengupayakan agar ia mendapat pendidikan yang tinggi. Sejak kecil, Koentjaraningrat dididik agar dapat berbahasa Belanda. Secara bertahap, mulai dari pendidikan dasar hingga menengah ia tempuh di ''[[Europeesche Lagere School (ELS)|Europeesche Lagere School]]'' di Yogyakarta, ''Middelbare Uitgebreid Lager Onderwijs'', dan ''Algemeen Middelbare School'' (Fox, 2001: 239).


Line 11: Line 15:
Ketika memulai karir sebagai pengajar, Koentjaraningrat harus berhadapan dengan langkanya buku-buku pengantar Antropologi berbahasa Indonesia. Berkat pengalaman mengajar selama hampir kurang-lebih 15 tahun, Koentjaraningrat melahirkan beragam buku pengantar Ilmu Antropologi, dua di antaranya ialah ''Pengantar Antropologi'' (1959) dan ''Beberapa Pokok Antropologi Sosial'' (1967) (Fox, 2001: 242). Pada akhirnya, Koentjaraningrat memutuskan pensiun pada 15 Juni 1988. Selain masih menerbitkan karya tulis, ia memanfaatkan waktu dengan salah satu kegemaran yang ditekuninya, yakni melukis. Karya-karya berupa sketsa ia tampilkan dalam buku ''Tokoh-Tokoh Antropologi'' dan ''Sejarah Teori Antropologi'' (Fox, 2001: 244). Selama berjibaku di dunia akademik, Koentjaraningrat telah menerima sejumlah penghargaan, baik dari dalam maupun luar negeri. Tercatat ia mendapat Satyalencana Dwidja Sistha pada tahun 1968 dan 1982, serta Bintang Jasa Utama pada 1994 (Fox, 2001: 245).
Ketika memulai karir sebagai pengajar, Koentjaraningrat harus berhadapan dengan langkanya buku-buku pengantar Antropologi berbahasa Indonesia. Berkat pengalaman mengajar selama hampir kurang-lebih 15 tahun, Koentjaraningrat melahirkan beragam buku pengantar Ilmu Antropologi, dua di antaranya ialah ''Pengantar Antropologi'' (1959) dan ''Beberapa Pokok Antropologi Sosial'' (1967) (Fox, 2001: 242). Pada akhirnya, Koentjaraningrat memutuskan pensiun pada 15 Juni 1988. Selain masih menerbitkan karya tulis, ia memanfaatkan waktu dengan salah satu kegemaran yang ditekuninya, yakni melukis. Karya-karya berupa sketsa ia tampilkan dalam buku ''Tokoh-Tokoh Antropologi'' dan ''Sejarah Teori Antropologi'' (Fox, 2001: 244). Selama berjibaku di dunia akademik, Koentjaraningrat telah menerima sejumlah penghargaan, baik dari dalam maupun luar negeri. Tercatat ia mendapat Satyalencana Dwidja Sistha pada tahun 1968 dan 1982, serta Bintang Jasa Utama pada 1994 (Fox, 2001: 245).


Penulis: Florentinus Galih Adi Utama
{{Penulis|Florentinus Galih Adi Utama|Program Studi Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta|Dr. Sri Margana, M.Hum.}}




Line 19: Line 23:


Koentjaraningrat (2015). ''Sejarah Teori Antropologi II''. Jakarta: UI-Press.  
Koentjaraningrat (2015). ''Sejarah Teori Antropologi II''. Jakarta: UI-Press.  
{{Comment}}
[[Category:Tokoh]]
[[Category:Tokoh]]

Latest revision as of 15:29, 12 September 2024

Koentjaraningrat. Sumber: Koleksi Perpustakaan Nasional RI, No. Panggil - L.1815


Koentjaraningrat adalah ilmuwan antropologi terkemuka di Indonesia. Ia lahir pada 15 Juni 1923 di Yogyakarta. Kedua orang tuanya benar-benar mengupayakan agar ia mendapat pendidikan yang tinggi. Sejak kecil, Koentjaraningrat dididik agar dapat berbahasa Belanda. Secara bertahap, mulai dari pendidikan dasar hingga menengah ia tempuh di Europeesche Lagere School di Yogyakarta, Middelbare Uitgebreid Lager Onderwijs, dan Algemeen Middelbare School (Fox, 2001: 239).

Pada periode ketika Jepang menginvasi Hindia-Belanda, Koentjaraningrat pindah ke Batavia (Jakarta) untuk menyelesaikan tahun terakhir pendidikan menengahnya. Namun, mengingat situasi politik yang terjadi pada 1942-1945 tengah memanas, Koentjaraningrat tetap tinggal di Yogyakarta. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ia terdaftar sebagai mahasiswa Sastra Indonesia di Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada. Selagi menyandang status mahasiswa, Koentjaraningrat bergabung dengan Korps Mahasiswa yang kemudian dikirim untuk membantu Brigade 29 di Kediri dan Mojoagung. Tugas utama yang diembannya ialah mengajar Bahasa Inggris dan Sejarah (Fox, 2001: 239).

Setelah dinyatakan lulus dari Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, Koentjaraningrat berangkat ke Jakarta. Di sana, ia mengampu mata pelajaran Sejarah Kebudayaan di Sekolah Menengah Atas Boedi Oetomo. Di Jakarta pula, Koentjaraningrat melanjutkan studi di Universitas Indonesia dan meraih gelar doctorandus Ilmu Bahasa dan Sastra pada tahun 1952. Berkat ketekunannya, Koentjaraningrat kemudian ditunjuk menjadi asisten G.J. Held, seorang Profesor Antropologi (Fox, 2001: 239).

Pada tahun 1954, Koentjaraningrat mendapat tawaran Beasiswa Fulbright untuk melanjutkan studi Antropologi di Yale University, Amerika Serikat. Kesempatan itu tidak disia-siakan olehnya. Hanya dalam waktu dua tahun, Koentjaraningrat meraih gelar Master of Arts dengan tesis berjudul A Preliminary Description of the Javanese Kinship System yang diterbitkan sebagai Cultural Series Report oleh Southeast Asia Studies Program, Yale University. Di tahun yang sama, ia pun juga berhasil menerbitkan Artistic and Intellectual Expression in Indonesia dalam Area Handbook on Indonesia (Fox, 2001: 240).

Sepulang dari Yale University, Koentjaraningrat segera mengejar studi doktoral dengan pendampingan dari Profesor Elisabeth Allard, salah satu guru besar Antropologi (Koentjaraningrat, 2015: 279). Koentjaraningrat berhasil menyusun dan mempertahankan disertasinya yang berjudul Beberapa Metode Anthropologi dalam Penjelidikan2 Masjarakat dan Kebudajaan di Indonesia pada tahun 1958. Lantas, ia dipercaya menjadi pengajar di Universitas Indonesia. Pada tahun yang sama, ia juga ditunjuk menjadi dosen luar biasa di Jurusan Antropologi Universitas Gadjah Mada. Tahun-tahun ini menjadi momentum bagi Koentjaraningrat dalam tujuannya mendirikan jurusan Antropologi di Indonesia. Ia sering bepergian ke universitas-universitas lain untuk mengajar Antropologi. Inti dari kurikulum yang disusun oleh Koentjaraningrat ialah mengembangkan pendekatan etnografi terhadap keragaman budaya di Indonesia dengan penekanan pada situasi mutakhir (Fox, 2001: 240).

Ketika memulai karir sebagai pengajar, Koentjaraningrat harus berhadapan dengan langkanya buku-buku pengantar Antropologi berbahasa Indonesia. Berkat pengalaman mengajar selama hampir kurang-lebih 15 tahun, Koentjaraningrat melahirkan beragam buku pengantar Ilmu Antropologi, dua di antaranya ialah Pengantar Antropologi (1959) dan Beberapa Pokok Antropologi Sosial (1967) (Fox, 2001: 242). Pada akhirnya, Koentjaraningrat memutuskan pensiun pada 15 Juni 1988. Selain masih menerbitkan karya tulis, ia memanfaatkan waktu dengan salah satu kegemaran yang ditekuninya, yakni melukis. Karya-karya berupa sketsa ia tampilkan dalam buku Tokoh-Tokoh Antropologi dan Sejarah Teori Antropologi (Fox, 2001: 244). Selama berjibaku di dunia akademik, Koentjaraningrat telah menerima sejumlah penghargaan, baik dari dalam maupun luar negeri. Tercatat ia mendapat Satyalencana Dwidja Sistha pada tahun 1968 dan 1982, serta Bintang Jasa Utama pada 1994 (Fox, 2001: 245).

Penulis: Florentinus Galih Adi Utama
Instansi: Program Studi Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Editor: Dr. Sri Margana, M.Hum.


Referensi

Fox, J.J. (2001). “In Memoriam Professor Koentjaraningrat 15 June 1923-23 March 1999”, dalam Bijdragen tot de Taal-, Land-, en Volkenkunde, Vol. 157, No. 2, hlm. 239-245.

Koentjaraningrat (2015). Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI-Press.