Louis Mountbatten: Difference between revisions

From Ensiklopedia
(Created page with "Lord Louis Mountbatten adalah Komandan Tinggi tentara Sekutu di Asia Tenggara. Ia lahir pada 25 Juni 1900 di Rumah Frogmore, Windsor, Berkshire, Inggris Tenggara. Ia adalah anak termuda dan anak laki-laki kedua dari pasangan Pangeran Louis dari Battenberg dan Putri Victoria dari Hesse dan Rhine (Zuckerman, 1981: 355-364). Pada sepuluh tahun pertama kehidupannya, ia menghabiskan pendidikan dasar di rumahnya. Lalu, ia pun dikirim untuk belajar di Lockers Park School di Her...")
 
No edit summary
 
(2 intermediate revisions by the same user not shown)
Line 1: Line 1:
[[File:Louis Mountbatten - NA-2.24.01.04 0 902-2062.jpg|center|thumb|Louis Mountbatten - NA-2.24.01.04 0 902-2062]]
Lord Louis Mountbatten adalah Komandan Tinggi tentara Sekutu di Asia Tenggara. Ia lahir pada 25 Juni 1900 di Rumah Frogmore, Windsor, Berkshire, Inggris Tenggara. Ia adalah anak termuda dan anak laki-laki kedua dari pasangan Pangeran Louis dari Battenberg dan Putri Victoria dari Hesse dan Rhine (Zuckerman, 1981: 355-364). Pada sepuluh tahun pertama kehidupannya, ia menghabiskan pendidikan dasar di rumahnya. Lalu, ia pun dikirim untuk belajar di Lockers Park School di Hertfordshire, sebelum akhirnya menempuh pendidikan di ''Royal Naval College'' di Osborne pada 1913 (Heathcote, 2002: 183). Ketika Perang Dunia I pecah dan muncul sentimen anti-Jerman yang kuat di kalangan publik Inggris, Raja George V memutuskan untuk mengubah nama keluarga yang semula bernama Jerman (Saxe-Coburg-Gotha) menjadi lebih bernama Inggris (Windsor) dan memerintahkan semua keluarga bangsawan Inggris untuk mengambil nama yang lebih berbau Inggris pada 1917. Sejak itulah, Louis dan keluarganya mendapatkan nama Mountbatten sebagai pengganti nama Battenberg yang telah lama mereka pegang (Hough, 1984: 317).
Lord Louis Mountbatten adalah Komandan Tinggi tentara Sekutu di Asia Tenggara. Ia lahir pada 25 Juni 1900 di Rumah Frogmore, Windsor, Berkshire, Inggris Tenggara. Ia adalah anak termuda dan anak laki-laki kedua dari pasangan Pangeran Louis dari Battenberg dan Putri Victoria dari Hesse dan Rhine (Zuckerman, 1981: 355-364). Pada sepuluh tahun pertama kehidupannya, ia menghabiskan pendidikan dasar di rumahnya. Lalu, ia pun dikirim untuk belajar di Lockers Park School di Hertfordshire, sebelum akhirnya menempuh pendidikan di ''Royal Naval College'' di Osborne pada 1913 (Heathcote, 2002: 183). Ketika Perang Dunia I pecah dan muncul sentimen anti-Jerman yang kuat di kalangan publik Inggris, Raja George V memutuskan untuk mengubah nama keluarga yang semula bernama Jerman (Saxe-Coburg-Gotha) menjadi lebih bernama Inggris (Windsor) dan memerintahkan semua keluarga bangsawan Inggris untuk mengambil nama yang lebih berbau Inggris pada 1917. Sejak itulah, Louis dan keluarganya mendapatkan nama Mountbatten sebagai pengganti nama Battenberg yang telah lama mereka pegang (Hough, 1984: 317).


Line 15: Line 18:
Setelah perang berakhir, Louis tetap memegang jabatan sebagai komandan SEAC hingga pertengahan 1946 dengan tugas untuk mengurusi penyerahan dan pemulangan pasukan Jepang di Asia Tenggara serta menghadapi gejolak gerakan nasionalis yang muncul di tempat seperti Malaya, Singapura, Indochina Prancis, dan Hindia Belanda (Spector, 2007: 85-88). Melihat pengalamannya di Asia Tenggara dan simpatinya yang kuat pada pemerintahan Perdana Menteri Clement Attlee dari Partai Buruh, Mountbatten menerima penugasan sebagai gubernur jenderal India. Disini, ia menerima mandat untuk mengurusi masalah kemerdekaan India secara cepat namun tertib (Ziegler, 1985: 359; White, 2012: 428).
Setelah perang berakhir, Louis tetap memegang jabatan sebagai komandan SEAC hingga pertengahan 1946 dengan tugas untuk mengurusi penyerahan dan pemulangan pasukan Jepang di Asia Tenggara serta menghadapi gejolak gerakan nasionalis yang muncul di tempat seperti Malaya, Singapura, Indochina Prancis, dan Hindia Belanda (Spector, 2007: 85-88). Melihat pengalamannya di Asia Tenggara dan simpatinya yang kuat pada pemerintahan Perdana Menteri Clement Attlee dari Partai Buruh, Mountbatten menerima penugasan sebagai gubernur jenderal India. Disini, ia menerima mandat untuk mengurusi masalah kemerdekaan India secara cepat namun tertib (Ziegler, 1985: 359; White, 2012: 428).


Tahun 1978 dan 1979 menjadi kurun terakhir bagi kehidupan Louis Mountbatten. Pada 27 Agustus 1979, di tengah dalam perjalanan berlayar untuk memancing ikan dan lobster, tanpa menyadari bahwa sebuah bom seberat 23 kilogram telah dipasang dengan berhasil oleh seorang anggota IRA, Thomas McMahon. Louis meninggal dunia. Pada 5 September 1979, jenazah Louis dimakamkan dengan penghormatan penuh oleh Ratu Elizabeth II dan dihadiri delegasi militer dari Amerika, Prancis, Kanada, India, dan Burma (Myanmar). Louis pun dikebumikan di sebuah gereja kecil bernama Romsey Abbey di Hampshire (''The New York Times'', September 1979; Vickers, 1989: 42). Bagi wilayah Asia Tenggara, Louis meninggalkan warisan berupa kebijakan kompromi yang praktis dengan sisa pasukan Jepang untuk menghadapi ekses kelompok nasionalis yang tengah berkembang pesat di Asia Tenggara pada 1945-1946. Di Inggris, Louis meninggalkan warisan berupa program pendidikan dan pelatihan teknologi dan sains melalui Mountbatten Institute bagi generasi muda Inggris. (Ziegler, 1985: 314; ''Mountbatten Institut''e, 2012).
Tahun 1978 dan 1979 menjadi kurun terakhir bagi kehidupan Louis Mountbatten. Pada 27 Agustus 1979, di tengah dalam perjalanan berlayar untuk memancing ikan dan lobster, tanpa menyadari bahwa sebuah bom seberat 23 kilogram telah dipasang dengan berhasil oleh seorang anggota IRA, Thomas McMahon. Louis meninggal dunia. Pada 5 September 1979, jenazah Louis dimakamkan dengan penghormatan penuh oleh Ratu Elizabeth II dan dihadiri delegasi militer dari Amerika, Prancis, Kanada, India, dan Burma (Myanmar). Louis pun dikebumikan di sebuah gereja kecil bernama Romsey Abbey di Hampshire (''The New York Times'', September 1979; Vickers, 1989: 42). Bagi wilayah Asia Tenggara, Louis meninggalkan warisan berupa kebijakan kompromi yang praktis dengan sisa pasukan Jepang untuk menghadapi ekses kelompok [[Nasionalisme|nasionalis]] yang tengah berkembang pesat di Asia Tenggara pada 1945-1946. Di Inggris, Louis meninggalkan warisan berupa program pendidikan dan pelatihan teknologi dan sains melalui Mountbatten Institute bagi generasi muda Inggris. (Ziegler, 1985: 314; ''Mountbatten Institut''e, 2012).


Penulis: Azka Avicena Fauzy
Penulis: Azka Avicena Fauzy
Line 59: Line 62:


Zuckerman, Lord''. Earl Mountbatten of Burma, KG, OM 25 June 1900 – 27 August 1979''. Biographical Memoirs of Fellows of the Royal Society. 27, November 1981.
Zuckerman, Lord''. Earl Mountbatten of Burma, KG, OM 25 June 1900 – 27 August 1979''. Biographical Memoirs of Fellows of the Royal Society. 27, November 1981.
{{Comment}}
[[Category:Tokoh]]
[[Category:Tokoh]]

Latest revision as of 08:18, 15 November 2024


Louis Mountbatten - NA-2.24.01.04 0 902-2062

Lord Louis Mountbatten adalah Komandan Tinggi tentara Sekutu di Asia Tenggara. Ia lahir pada 25 Juni 1900 di Rumah Frogmore, Windsor, Berkshire, Inggris Tenggara. Ia adalah anak termuda dan anak laki-laki kedua dari pasangan Pangeran Louis dari Battenberg dan Putri Victoria dari Hesse dan Rhine (Zuckerman, 1981: 355-364). Pada sepuluh tahun pertama kehidupannya, ia menghabiskan pendidikan dasar di rumahnya. Lalu, ia pun dikirim untuk belajar di Lockers Park School di Hertfordshire, sebelum akhirnya menempuh pendidikan di Royal Naval College di Osborne pada 1913 (Heathcote, 2002: 183). Ketika Perang Dunia I pecah dan muncul sentimen anti-Jerman yang kuat di kalangan publik Inggris, Raja George V memutuskan untuk mengubah nama keluarga yang semula bernama Jerman (Saxe-Coburg-Gotha) menjadi lebih bernama Inggris (Windsor) dan memerintahkan semua keluarga bangsawan Inggris untuk mengambil nama yang lebih berbau Inggris pada 1917. Sejak itulah, Louis dan keluarganya mendapatkan nama Mountbatten sebagai pengganti nama Battenberg yang telah lama mereka pegang (Hough, 1984: 317).

Ketika semua ini terjadi, Louis tengah berdinas di Angkatan Laut Inggris. Awalnya, ia berdinas di kapal HMS Lion sejak Juli 1916 dan beraksi melawan Angkatan Laut Jerman di Laut Utara. Lalu, ia pun dipindahkan ke kapal HMS Queen Elizabeth menjelang akhir perang (Heathcote, 2002: 183). Setelah perang usai, pada April 1919, Louis belajar selama dua semester di Christ College, Cambridge, dalam program khusus penguatan pendidikan bagi para perwira muda yang masa pendidikannya telah dipotong oleh waktu perang. Selain pendidikan tambahan, ia diketahui telah mengembangkan simpati politik yang pro-Partai Buruh sejak menjadi anggota di Cambridge Union Society selama satu periode (Ziegler, 1985: 47-49).

Setelah pendidikan tambahan dituntaskan, Louis melanjutkan karirnya di Angkatan Laut Inggris. Pertama, ia menjadi kru di kapal HMS Renown dan mengawal kunjungan Edward, Pangeran Wales, ke Australia pada 1920. Kedua, ia sempat memimpin satu kelompok personil Angkatan Laut di Inggris Utara untuk mengatasi ancaman kerusuhan buruh pada 1921. Ketiga, ia lalu menjadi kru di kapal HMS Repulse pada perjalanan Pangeran Wales ke Jepang dan India pada 1922. Keempat, ia ditugaskan di kapal HMS Revenge di Mediterania pada 1923, di tengah maraknya perwira yang mengundurkan diri pada masa ini. Kelima, karena minatnya pada teknologi komunikasi nirkabel, Mountbatten sempat menempuh pendidikan di Signal School, Portsmouth, dan Royal Naval College, Greenwich. Keenam, ia mulai menjadi perwira urusan komunikasi nirkabel di berbagai kapal serta di Armada Mediterania Inggris sejak 1926 hingga 1934 (Heathcote, 2002: 184; Ziegler, 1985: 73)

Pada 1934, Louis resmi menerima jabatan sebagai komandan kapal untuk pertama kalinya di HMS Daring, sebuah kapal tempur jenis baru yang akan ditukar dengan kapal HMS Wishart di Singapura. Setelah membawa HMS Daring ke Singapura, Louis berhasil membawa HMS Wishart untuk dipensiunkan di Malta (Heathcote, 2002:184). Pada 1936 dan 1937, ia menghadiri pemakaman Raja George V, ditunjuk sebagai perwira pembantu (aide-de-camp) urusan Angkatan Laut bagi Raja Edward VIII (The London Gazette, 19 Juni 1936), diterima di Divisi Udara Angkatan Laut di Departemen Angkatan Laut (Zuckerman, 1981: 354-366), dan menghadiri penobatan Raja George  VI dan Ratu Elizabeth (The London Gazette, 10 November 1937). Akhirnya, ia ditunjuk sebagai komandan kapal HMS Kelly pada 1939 (Heathcote, 2002: 185).

Ketika Perang Dunia II meledak pada 1939, Louis berada di kapal HMS Kelly yang terlibat dalam pemulangan Edward VIII dari pengasingan di Prancis, evakuasi pasukan Inggris dari Norwegia pada 1940, rangkaian aksi pertempuran melawan armada kapal selam Jerman di lepas pantai Kepulauan Inggris sejak Mei hingga Desember 1940, dan pertempuran melawan armada Jerman di Kreta, Yunani pada 1941 yang berujung pada tenggelamnya kapal HMS Kelly (Zuckerman, 1981: 354-366; Heathcote, 2002: 185-186). Setelah ini, ia ditunjuk untuk menyaksikan perbaikan kapal induk HMS Illustrious dan sempat mengunjungi Amerika Serikat dan Pearl Harbour beberapa bulan sebelum serangan Jepang terjadi. Louis sangat terkejut dengan ketidaksiapan Amerika dan memperkirakan bahwa serangan Jepang, yang amat mungkin dilakukan dengan gabungan armada kapal dan pesawat Jepang, bisa menghancurkan Pearl Harbour dan armada Amerika dengan efektif (Heathcote, 2002: 186)

Setelah ini, karena disukai oleh Perdana Menteri Winston Churchill, Louis meninggalkan komando kapal dan memasuki staf Komando Gabungan selama kurun 1941-1942. Tugasnya dalam komando ini adalah menyiapkan operasi pendaratan Sekutu di Eropa. Keberhasilannya mencakup pembangunan pipa bensin bawah air PLUTO, Pelabuhan Buatan Mulberry, Kapal Pendaratan Tank (LST), dan operasi serbuan laut ke instalasi radar dan kelautan Jerman yang berhasil di Bruneval dan Saint-Nazaire pada 1942. Namun, terdapat kegagalan seperti dalam proyek kapal induk Habakkuk yang mahal secara ongkos dan serbuan laut di Dieppe, Calais yang membuat hubungannya dengan militer Kanada jatuh ke arah negatif (Gilbert, 1988: 762; Heathcote, 2002: 186; Otway, 1990: 65-66; Villa, 1989: 240-241).

Pada 1943, Louis ditunjuk sebagai Komandan Tinggi Sekutu di Asia Tenggara (SEAC) yang berbasis di India dengan pangkat laksamana penuh. Ia bertugas menghadapi serangan Jepang ke arah India dari Burma pada 1944, yang dibalas dengan serangan balik yang menggabungkan kekuatan Inggris, Amerika, dan Tiongkok pada 1944-1945. Serangan balik itu berhasil membebaskan Burma dari pendudukan militer Jepang dan membuka kembali jalur suplai darat ke Tiongkok dari pihak Sekutu. Setelah kemenangan di Burma, dan menghadapi penyerahan Jepang, Louis pun menerima penyerahan militer Jepang di Singapura pada 1945. Penerimaan ini menjadi puncak prestise Louis dalam karir perangnya. (Heathcote, 2002: 186-187; Kirby, 2004: 2; Park, 1946: 2156).

Setelah perang berakhir, Louis tetap memegang jabatan sebagai komandan SEAC hingga pertengahan 1946 dengan tugas untuk mengurusi penyerahan dan pemulangan pasukan Jepang di Asia Tenggara serta menghadapi gejolak gerakan nasionalis yang muncul di tempat seperti Malaya, Singapura, Indochina Prancis, dan Hindia Belanda (Spector, 2007: 85-88). Melihat pengalamannya di Asia Tenggara dan simpatinya yang kuat pada pemerintahan Perdana Menteri Clement Attlee dari Partai Buruh, Mountbatten menerima penugasan sebagai gubernur jenderal India. Disini, ia menerima mandat untuk mengurusi masalah kemerdekaan India secara cepat namun tertib (Ziegler, 1985: 359; White, 2012: 428).

Tahun 1978 dan 1979 menjadi kurun terakhir bagi kehidupan Louis Mountbatten. Pada 27 Agustus 1979, di tengah dalam perjalanan berlayar untuk memancing ikan dan lobster, tanpa menyadari bahwa sebuah bom seberat 23 kilogram telah dipasang dengan berhasil oleh seorang anggota IRA, Thomas McMahon. Louis meninggal dunia. Pada 5 September 1979, jenazah Louis dimakamkan dengan penghormatan penuh oleh Ratu Elizabeth II dan dihadiri delegasi militer dari Amerika, Prancis, Kanada, India, dan Burma (Myanmar). Louis pun dikebumikan di sebuah gereja kecil bernama Romsey Abbey di Hampshire (The New York Times, September 1979; Vickers, 1989: 42). Bagi wilayah Asia Tenggara, Louis meninggalkan warisan berupa kebijakan kompromi yang praktis dengan sisa pasukan Jepang untuk menghadapi ekses kelompok nasionalis yang tengah berkembang pesat di Asia Tenggara pada 1945-1946. Di Inggris, Louis meninggalkan warisan berupa program pendidikan dan pelatihan teknologi dan sains melalui Mountbatten Institute bagi generasi muda Inggris. (Ziegler, 1985: 314; Mountbatten Institute, 2012).

Penulis: Azka Avicena Fauzy


Referensi

Gilbert, Martin. Never Despair: Winston Churchill 1945–65. Minerva, London 1988.

Heathcote, Tony. The British Admirals of the Fleet 1734–1995. Pen & Sword, Havertown 2002.

"History". UWC, 8 January 2014.

Hough, Richard. Louis and Victoria: The Family History of the Mountbattens. Weidenfeld and Nicolson, London 1984.

"Hushed London Bids Mountbatten Farewell". The New York Times, 6 September 1979.

"IRA Bombs Kill Mountbatten and 17 Soldiers". The Guardian, 28 Agustus 1979

"Lord Mountbatten is killed as his fishing boat explodes: IRA faction says it set bomb". The New York Times, 28 Agustus 1979.

"Mountbatten Institute". 20 September 2012.

"No. 34279". The London Gazette (Supplement). 29 April 1936.

"No. 34453". The London Gazette (Supplement). 10 November 1937.

Otway, Lieutenant-Colonel T.B.H. The Second World War 1939–1945 Army – Airborne Forces. Imperial War Museum, 1990.

Park, Keith. Air Operations in South East Asia 3rd May 1945 to 12th September 1945. War Office, London 1946.

Spector, Ronald H. In the ruins of empire : the Japanese surrender and the battle for postwar Asia. Random House, New York 2007.

Vickers, Hugo. The Man Who Was Never Wrong. Royalty Monthly: 4, November 1989.

Villa, Brian Loring. Unauthorised Action: Mountbatten and the Dieppe Raid. Oxford: Oxford University Press, Oxford 1989.

White, Matthew. The Great Big Book of Horrible Things. W. W. Norton. New York 2012.

Woodburn Kirby, Major-General S. The War Against Japan: The Surrender of Japan. History of the Second World War, United Kingdom Military Series. Vol. V. Naval & Military Press, Uckfield 2004.

Ziegler, Philip. Mountbatten: The Official Biography. HarperCollins, London 1975.

Zuckerman, Lord. Earl Mountbatten of Burma, KG, OM 25 June 1900 – 27 August 1979. Biographical Memoirs of Fellows of the Royal Society. 27, November 1981.