Abdul Djalil Pirous: Difference between revisions
(Created page with "Abdul Djalil Pirous (A.D. Pirous) adalah maestro seni rupa Indonesia. Ia dilahirkan di Meulaboh Aceh pada 11 Maret 1932. Darah seni mengalir dari ibunya, yang biasa membuat pakaian-pakaian bordir Aceh (''kasab'') untuk berbagai keperluan acara ritual seremonial (Spanjaard, 2018: 219). Ibu dan kakaknya lah yang mendorong untuk menekuni dunia seni. Pada 1950 ia berangkat ke Medan untuk meneruskan pendidikan formalnya. Selain di sekolah umum, ia juga belajar di sekolah Alqu...") |
No edit summary |
||
Line 1: | Line 1: | ||
Abdul Djalil Pirous (A.D. Pirous) adalah maestro seni rupa Indonesia. Ia dilahirkan di Meulaboh Aceh pada 11 Maret 1932. Darah seni mengalir dari ibunya, yang biasa membuat pakaian-pakaian bordir Aceh (''kasab'') untuk berbagai keperluan acara ritual seremonial (Spanjaard, 2018: 219). Ibu dan kakaknya lah yang mendorong untuk menekuni dunia seni. Pada 1950 ia berangkat ke Medan untuk meneruskan pendidikan formalnya. Selain di sekolah umum, ia juga belajar di sekolah Alquran, tempat ia belajar menulis dalam bahasa Arab. Di Medan ia juga mengasah bakat seninya. Pada 1955 ia pergi ke Bandung untuk kuliah pada Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia lulus dari Departemen Seni Rupa ITB pada 1964 dan menjadi staf pengajar di institusi tersebut. Kemudian ia belajar Grafis Murni dan Grafis Desain di Rochester ''Institute of Technology'' Amerika Serikat pada 1969 (''Pameran Lukisan, Kaligrafi & Mesjid di Aceh, “A.D. Pirous, My Painting My Record”'': ''106-107''). Ia menjabat dekan pertama Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB (1984-1990) dan menerima jabatan sebagai guru besar ITB pada 1994 (“''Abdul Djalil Pirous''”). | [[Abdul Djalil Pirous]] (A.D. Pirous) adalah maestro seni rupa Indonesia. Ia dilahirkan di Meulaboh Aceh pada 11 Maret 1932. Darah seni mengalir dari ibunya, yang biasa membuat pakaian-pakaian bordir Aceh (''kasab'') untuk berbagai keperluan acara ritual seremonial (Spanjaard, 2018: 219). Ibu dan kakaknya lah yang mendorong untuk menekuni dunia seni. Pada 1950 ia berangkat ke Medan untuk meneruskan pendidikan formalnya. Selain di sekolah umum, ia juga belajar di sekolah Alquran, tempat ia belajar menulis dalam bahasa Arab. Di Medan ia juga mengasah bakat seninya. Pada 1955 ia pergi ke Bandung untuk kuliah pada Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia lulus dari Departemen Seni Rupa ITB pada 1964 dan menjadi staf pengajar di institusi tersebut. Kemudian ia belajar Grafis Murni dan Grafis Desain di Rochester ''Institute of Technology'' Amerika Serikat pada 1969 (''Pameran Lukisan, Kaligrafi & Mesjid di Aceh, “A.D. Pirous, My Painting My Record”'': ''106-107''). Ia menjabat dekan pertama Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB (1984-1990) dan menerima jabatan sebagai guru besar ITB pada 1994 (“''Abdul Djalil Pirous''”). | ||
Pada awal kariernya sebagai seniman lukis, Pirous semula adalah salah seorang yang masuk ke dalam kelompok “Ries Mulder” (pelukis Belanda yang pada 1948 datang ke Bandung untuk mengajar lukis, sejarah seni, dan tinjauan seni). Dari gaya geometris abstraksi kelompok ini, ia kemudian mengembangkan gayanya sendiri, yaitu pemandangan alam, flora, terutama bunga-bunga, fauna, serta bentuk dan bidang abstrak. Selanjutnya Pirous sangat menaruh perhatian pada teknik-teknik grafis dan selama berada di Amerika Serikat mengembangkan lebih lanjut teknik cetak etsa dan saringannya. Pada saat kembali ke Bandung ia melanjutkan proses untuk menjadi seorang pelukis ahli grafis. Keahliannya ini kemudian memunculkan sebuah aliran baru di dalam seni di Indonesia yang disebut dengan kaligrafi Islam (Spanjaard, 2018: 218-219; Cahyana dkk., 2020: 132). | Pada awal kariernya sebagai seniman lukis, Pirous semula adalah salah seorang yang masuk ke dalam kelompok “Ries Mulder” (pelukis Belanda yang pada 1948 datang ke Bandung untuk mengajar lukis, sejarah seni, dan tinjauan seni). Dari gaya geometris abstraksi kelompok ini, ia kemudian mengembangkan gayanya sendiri, yaitu pemandangan alam, flora, terutama bunga-bunga, fauna, serta bentuk dan bidang abstrak. Selanjutnya Pirous sangat menaruh perhatian pada teknik-teknik grafis dan selama berada di Amerika Serikat mengembangkan lebih lanjut teknik cetak etsa dan saringannya. Pada saat kembali ke Bandung ia melanjutkan proses untuk menjadi seorang pelukis ahli grafis. Keahliannya ini kemudian memunculkan sebuah aliran baru di dalam seni di Indonesia yang disebut dengan kaligrafi Islam (Spanjaard, 2018: 218-219; Cahyana dkk., 2020: 132). | ||
Line 5: | Line 5: | ||
Pirous telah aktif menyelenggarakan Pameran Tunggal dan Pameran Bersama baik di dalam maupun di luar negeri sejak 1960. Beberapa Pameran Tunggal yang telah diadakan adalah Pameran Lukisan Kaligrafi Islam (Jakarta, 1970), Pameran Retrospeksi (Jakarta, 1985), dan ''One-person Show of Prints di St. Martin’s School of Art'' (London, 1986). Sementara itu, ada banyak Pameran Bersama yang telah diselenggarakan dan diikutinya, yaitu Pameran Seni Indonesia Kontemporer (''Rio de Janeiro Brazil'', 1964), Pameran ''South-East Asia Art'' di Singapura, Filipina, Thailand dan Malaysia serta Pameran ''The 8th International Biennale'' of Prints di Jepang (1972), Pameran Seni Grafis Internasional di Galerija, Ljubljana, Yugoslavia (1977), Pameran Besar Seni Lukis Indonesia di Taman Ismail Marzuki, Jakarta (1978), Pameran ''The Third World Biennale of Graphic Art'' di ''Iraqi Cultural Center'' (London, 1980), Pameran ''Contemporary Indonesia Prints'' di ''The Japan Foundation ASEAN Culture Center Gallery'' (Tokyo, 1991), Pameran ''The First Asia Pasific Triennial of Contemporary Art'' (Brisbane, Queensland, Australia, 1993), Pameran Internasional Seni Rupa Asia ke-9 di National Museum of History of China di Taipei (Taiwan, 1994), Pameran The 15th Asian International Art (2000) (Fadhila & Suparman, 2018: 96-97). | Pirous telah aktif menyelenggarakan Pameran Tunggal dan Pameran Bersama baik di dalam maupun di luar negeri sejak 1960. Beberapa Pameran Tunggal yang telah diadakan adalah Pameran Lukisan Kaligrafi Islam (Jakarta, 1970), Pameran Retrospeksi (Jakarta, 1985), dan ''One-person Show of Prints di St. Martin’s School of Art'' (London, 1986). Sementara itu, ada banyak Pameran Bersama yang telah diselenggarakan dan diikutinya, yaitu Pameran Seni Indonesia Kontemporer (''Rio de Janeiro Brazil'', 1964), Pameran ''South-East Asia Art'' di Singapura, Filipina, Thailand dan Malaysia serta Pameran ''The 8th International Biennale'' of Prints di Jepang (1972), Pameran Seni Grafis Internasional di Galerija, Ljubljana, Yugoslavia (1977), Pameran Besar Seni Lukis Indonesia di Taman Ismail Marzuki, Jakarta (1978), Pameran ''The Third World Biennale of Graphic Art'' di ''Iraqi Cultural Center'' (London, 1980), Pameran ''Contemporary Indonesia Prints'' di ''The Japan Foundation ASEAN Culture Center Gallery'' (Tokyo, 1991), Pameran ''The First Asia Pasific Triennial of Contemporary Art'' (Brisbane, Queensland, Australia, 1993), Pameran Internasional Seni Rupa Asia ke-9 di National Museum of History of China di Taipei (Taiwan, 1994), Pameran The 15th Asian International Art (2000) (Fadhila & Suparman, 2018: 96-97). | ||
A.D. Pirous telah menghasilkan ratusan karya seni grafis dan lukisan (“Karya-karya A.D. Pirous”). Beberapa karyanya telah menjadi koleksi museum di luar negeri antara lain di Polandia dan Irak. Lukisannya ''Al Kiyamah'' dihadiahkan oleh pemerintah Republik Indonesia kepada Raja Khalid Saudi Arabia (''Pameran Lukisan, Kaligrafi & Mesjid di Aceh''). Selain itu, ia beberapa kali ditunjuk sebagai ketua delegasi, anggota juri, kurator pameran seni rupa tingkat internasional mewakili Indonesia (“Abdul Djalil Pirous”). (<nowiki>https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Djalil_Pirous</nowiki>). | A.D. Pirous telah menghasilkan ratusan karya seni grafis dan lukisan (“Karya-karya A.D. Pirous”). Beberapa karyanya telah menjadi koleksi museum di luar negeri antara lain di Polandia dan Irak. Lukisannya ''Al Kiyamah'' dihadiahkan oleh pemerintah Republik Indonesia kepada [[Raja Khalid]] Saudi Arabia (''Pameran Lukisan, Kaligrafi & Mesjid di Aceh''). Selain itu, ia beberapa kali ditunjuk sebagai ketua delegasi, anggota juri, kurator pameran seni rupa tingkat internasional mewakili Indonesia (“Abdul Djalil Pirous”). (<nowiki>https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Djalil_Pirous</nowiki>). | ||
Kepionirannya dalam dunia seni lukis kaligrafi telah menempatkan dirinya sebagai tokoh yang berkontribusi bagi dunia seni lukis kaligrafi. Melalui karya-karyanya ia menyuarakan aspirasi dan mengenalkan Seni Islami Kontemporer (Fadhila & Suparman, 2018: 101-105). Kontribusinya dalam dunia seni rupa telah menjadikan dasar bagi sejumlah lembaga, dari dalam maupun luar negeri, untuk memberikan penghargaan. Beberapa penghargaan yang telah diraih antara lain: ''Best Print Collection di at Show of Napel New York'' (1970), Penghargaan Lukisan Terbaik dalam ''Biennale Seni Rupa I'' dan ''II'' di Jakarta (1974 dan 1976), ''Silver Prize'' dari ''Seoul Art'' dalam ''International Art Competition'' (1984), dan Anugerah Seni dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (1985), Satya Lencana Kebudayaan dari Presiden Republik Indonesia (2002) (Fadhila & Suparman, 2018: 97, 100-101). | Kepionirannya dalam dunia seni lukis kaligrafi telah menempatkan dirinya sebagai tokoh yang berkontribusi bagi dunia seni lukis kaligrafi. Melalui karya-karyanya ia menyuarakan aspirasi dan mengenalkan Seni Islami Kontemporer (Fadhila & Suparman, 2018: 101-105). Kontribusinya dalam dunia seni rupa telah menjadikan dasar bagi sejumlah lembaga, dari dalam maupun luar negeri, untuk memberikan penghargaan. Beberapa penghargaan yang telah diraih antara lain: ''Best Print Collection di at Show of Napel New York'' (1970), Penghargaan Lukisan Terbaik dalam ''Biennale Seni Rupa I'' dan ''II'' di Jakarta (1974 dan 1976), ''Silver Prize'' dari ''Seoul Art'' dalam ''International Art Competition'' (1984), dan Anugerah Seni dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (1985), Satya Lencana Kebudayaan dari Presiden Republik Indonesia (2002) (Fadhila & Suparman, 2018: 97, 100-101). |
Revision as of 19:04, 17 July 2023
Abdul Djalil Pirous (A.D. Pirous) adalah maestro seni rupa Indonesia. Ia dilahirkan di Meulaboh Aceh pada 11 Maret 1932. Darah seni mengalir dari ibunya, yang biasa membuat pakaian-pakaian bordir Aceh (kasab) untuk berbagai keperluan acara ritual seremonial (Spanjaard, 2018: 219). Ibu dan kakaknya lah yang mendorong untuk menekuni dunia seni. Pada 1950 ia berangkat ke Medan untuk meneruskan pendidikan formalnya. Selain di sekolah umum, ia juga belajar di sekolah Alquran, tempat ia belajar menulis dalam bahasa Arab. Di Medan ia juga mengasah bakat seninya. Pada 1955 ia pergi ke Bandung untuk kuliah pada Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia lulus dari Departemen Seni Rupa ITB pada 1964 dan menjadi staf pengajar di institusi tersebut. Kemudian ia belajar Grafis Murni dan Grafis Desain di Rochester Institute of Technology Amerika Serikat pada 1969 (Pameran Lukisan, Kaligrafi & Mesjid di Aceh, “A.D. Pirous, My Painting My Record”: 106-107). Ia menjabat dekan pertama Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB (1984-1990) dan menerima jabatan sebagai guru besar ITB pada 1994 (“Abdul Djalil Pirous”).
Pada awal kariernya sebagai seniman lukis, Pirous semula adalah salah seorang yang masuk ke dalam kelompok “Ries Mulder” (pelukis Belanda yang pada 1948 datang ke Bandung untuk mengajar lukis, sejarah seni, dan tinjauan seni). Dari gaya geometris abstraksi kelompok ini, ia kemudian mengembangkan gayanya sendiri, yaitu pemandangan alam, flora, terutama bunga-bunga, fauna, serta bentuk dan bidang abstrak. Selanjutnya Pirous sangat menaruh perhatian pada teknik-teknik grafis dan selama berada di Amerika Serikat mengembangkan lebih lanjut teknik cetak etsa dan saringannya. Pada saat kembali ke Bandung ia melanjutkan proses untuk menjadi seorang pelukis ahli grafis. Keahliannya ini kemudian memunculkan sebuah aliran baru di dalam seni di Indonesia yang disebut dengan kaligrafi Islam (Spanjaard, 2018: 218-219; Cahyana dkk., 2020: 132).
Pirous telah aktif menyelenggarakan Pameran Tunggal dan Pameran Bersama baik di dalam maupun di luar negeri sejak 1960. Beberapa Pameran Tunggal yang telah diadakan adalah Pameran Lukisan Kaligrafi Islam (Jakarta, 1970), Pameran Retrospeksi (Jakarta, 1985), dan One-person Show of Prints di St. Martin’s School of Art (London, 1986). Sementara itu, ada banyak Pameran Bersama yang telah diselenggarakan dan diikutinya, yaitu Pameran Seni Indonesia Kontemporer (Rio de Janeiro Brazil, 1964), Pameran South-East Asia Art di Singapura, Filipina, Thailand dan Malaysia serta Pameran The 8th International Biennale of Prints di Jepang (1972), Pameran Seni Grafis Internasional di Galerija, Ljubljana, Yugoslavia (1977), Pameran Besar Seni Lukis Indonesia di Taman Ismail Marzuki, Jakarta (1978), Pameran The Third World Biennale of Graphic Art di Iraqi Cultural Center (London, 1980), Pameran Contemporary Indonesia Prints di The Japan Foundation ASEAN Culture Center Gallery (Tokyo, 1991), Pameran The First Asia Pasific Triennial of Contemporary Art (Brisbane, Queensland, Australia, 1993), Pameran Internasional Seni Rupa Asia ke-9 di National Museum of History of China di Taipei (Taiwan, 1994), Pameran The 15th Asian International Art (2000) (Fadhila & Suparman, 2018: 96-97).
A.D. Pirous telah menghasilkan ratusan karya seni grafis dan lukisan (“Karya-karya A.D. Pirous”). Beberapa karyanya telah menjadi koleksi museum di luar negeri antara lain di Polandia dan Irak. Lukisannya Al Kiyamah dihadiahkan oleh pemerintah Republik Indonesia kepada Raja Khalid Saudi Arabia (Pameran Lukisan, Kaligrafi & Mesjid di Aceh). Selain itu, ia beberapa kali ditunjuk sebagai ketua delegasi, anggota juri, kurator pameran seni rupa tingkat internasional mewakili Indonesia (“Abdul Djalil Pirous”). (https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Djalil_Pirous).
Kepionirannya dalam dunia seni lukis kaligrafi telah menempatkan dirinya sebagai tokoh yang berkontribusi bagi dunia seni lukis kaligrafi. Melalui karya-karyanya ia menyuarakan aspirasi dan mengenalkan Seni Islami Kontemporer (Fadhila & Suparman, 2018: 101-105). Kontribusinya dalam dunia seni rupa telah menjadikan dasar bagi sejumlah lembaga, dari dalam maupun luar negeri, untuk memberikan penghargaan. Beberapa penghargaan yang telah diraih antara lain: Best Print Collection di at Show of Napel New York (1970), Penghargaan Lukisan Terbaik dalam Biennale Seni Rupa I dan II di Jakarta (1974 dan 1976), Silver Prize dari Seoul Art dalam International Art Competition (1984), dan Anugerah Seni dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (1985), Satya Lencana Kebudayaan dari Presiden Republik Indonesia (2002) (Fadhila & Suparman, 2018: 97, 100-101).
Penulis: Dhanang Respati Puguh
Referensi
“A.D. Pirous, My Painting My Record”, Arti, No. 19, hlm. 106-107.
“Abdul Djalil Pirous”. (https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Djalil_Pirous).
Cahyana, Agus, Reiza D. Dienaputra, Setiawan Sabana, Awaludin Nugraha (2020) “Seni Lukis Benafaskan Islam di Bandung 1970-2000an”, Jurnal Panggung, V 30/N1/01/.
Fadhila, Anisa Nur, Suparman (2018) “Kontribusi A.D. Pirous dalam Perkembangan Seni Lukis Kaligrafi di Indonesia” (1970-2003)”, Historia Madania, Vol. 2 No. 2.
“Karya-karya A.D. Pirous”. http://archive.ivaa-online.org/pelakuseni/ad-pirous-1. Pameran Lukisan, Kaligrafi & Mesjid di Aceh, 7-14 Juni 1981 Museum Negeri Banda Aceh. Musabaqah Tilawatil Quran ke-12.
Spanjaard, Helena (2018) Cita-cita Seni Lukis Indonesia Modern 1990-1995: Sebuah Kreasi Identitas Kultural Nasional. Yogyakarta: Ombak.