Bing Slamet: Difference between revisions

From Ensiklopedia
m (Text replacement - "Category:Tokoh" to "{{Comment}} Category:Tokoh")
m (Text replacement - "Penulis: Muhammad Asyrafi" to "{{Penulis|Muhammad Asyrafi|Universitas Gadjah Mada|Dr. Sri Margana, M.Hum.}}")
Line 13: Line 13:
Kiprah [[Bing Slamet]] di dunia seni pertunjukan semakin besar dengan didirikannya Safari Sinar Sakti Film. Safari Sinar Sakti Film yang ia dirikan berhasil memproduksi film-film komedi yang sangat diminati masyarakat. Di antara film-filmnya yang sukses di pasaran adalah ''Bing Slamet Setan Jalanan'' (1972) dan ''Bing Slamet Koboi Cengeng'' (1974). Pencapaian dan kualitas [[Bing Slamet]] sebagai seorang maestro seni serba bisa sungguh tidak bisa dipungkiri. Maestro serba bisa ini wafat pada tanggal 17 Desember 1974 dan dimakamkan di pemakaman Karet (Sutrisno, 1981).
Kiprah [[Bing Slamet]] di dunia seni pertunjukan semakin besar dengan didirikannya Safari Sinar Sakti Film. Safari Sinar Sakti Film yang ia dirikan berhasil memproduksi film-film komedi yang sangat diminati masyarakat. Di antara film-filmnya yang sukses di pasaran adalah ''Bing Slamet Setan Jalanan'' (1972) dan ''Bing Slamet Koboi Cengeng'' (1974). Pencapaian dan kualitas [[Bing Slamet]] sebagai seorang maestro seni serba bisa sungguh tidak bisa dipungkiri. Maestro serba bisa ini wafat pada tanggal 17 Desember 1974 dan dimakamkan di pemakaman Karet (Sutrisno, 1981).


Penulis: Muhammad Asyrafi
{{Penulis|Muhammad Asyrafi|Universitas Gadjah Mada|Dr. Sri Margana, M.Hum.}}





Revision as of 16:40, 10 August 2023

Bing Slamet adalah seorang seniman panggung serba bisa dan maestro lawak Indonesia yang aktif sekitar tahun 1960-an hingga 1970-an. Sebagai musisi, ia telah menghasilkan puluhan album rekaman dan sebagai seorang aktor, dan juga membintangi kurang lebih 20 film.

Bing Slamet lahir pada tanggal 27 September 1927 di Cilegon, Banten, dengan nama Ahmad Syech Albar (Sutrisno, 1981: 157). Bing Slamet lahir dari pasangan Raden Entik Ahmad dan Hadijah. Sejak kecil ia sudah menunjukkan bakat dan minat yang luar biasa terhadap dunia seni. Semakin dewasa, ketertarikan dan bakat Bing Slamet semakin terasah. Ia bergabung dengan rombongan sandiwara Pantja Warna saat ia berusia 17 tahun. Bersama grup Pantja Warna, ia kerap pentas ke luar kota. Pada suatu pementasan di Semarang pada tahun 1944, Bing Slamet beserta kelompok sandiwara Pantja Warna sempat ditahan oleh Jepang. Alasan penangkapan itu tidak jelas.

Bing Slamet adalah seseorang yang nasionalis. Pada masa Agresi Militer Belanda, ia ikut berjuang dengan bergabung dalam BKR Divisi VI Brawidjaja. Di sana Bing Slamet ditunjuk sebagai prajurit penghibur. Ia memiliki tugas menyanyikan lagu-lagu yang menggugah semangat juang. Bing Slamet beberapa kali pindah kota selama bergabung dengan BKR. Ia sempat bertugas di Mojoagung dan Malang sebelum bertugas di RRI Yogyakarta. Di Yogyakarta ia ditangkap oleh Belanda pada waktu Agresi Militer ke-II pecah. Tidak beberapa lama kemudian Bing Slamet dilepaskan setelah diketahui bahwa ia tergabung sebagai prajurit penghibur (Sutrisno, 1981: 56).

Setelah keadaan cukup aman dengan pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda, Bing Slamet kemudian menjadi dekat dengan Presiden Sukarno. Dalam lawatannya ke luar negeri, Presiden Sukarno seringkali membawa serta seniman-seniman Indonesia untuk memperkenalkan seni khas Indonesia. Bing Slamet sering kali diajak oleh Presiden Sukarno dalam lawatan-lawatan tersebut. Pada masa-masa ini pula Bing Slamet menjadi mentor bagi Titiek Puspa, legenda musik Indonesia. Tidak hanya itu, di kemudian hari Bing Slamet juga menjadi mentor bagi Benyamin Sueb yang juga menjadi legenda dunia seni hiburan Indonesia. Begitu dekatnya keduanya, Benyamin Sueb berwasiat agar dimakamkan di sebelah makam Bing Slamet (Pusat Data dan Analisa Tempo, 2019).

Bing Slamet bersama rekan-rekannya tergabung dalam sebuah grup lawak bernama Kwartet Jaya. Selain Bing Slamet, anggota grup lawak itu adalah Iskak, Eddy Sud, dan Ateng. Grup lawak Kwartet Jaya ini betul-betul berjaya di panggung pementasan lawak di Indonesia. Sebelumnya, grup lawak ini bernama KITA. Sebelumnya lagi Bing Slamet berkali-kali membentuk grup lawak, antara lain, Trio Los Gilos, Trio SAE, dan EBI, namun yang paling sukses adalah Kwartet Jaya.

Selain di dunia lawak, Bing Slamet juga berkarya di dunia seni musik. Sebagai penyanyi dan pencipta lagu, ia memiliki kualitas suara dan kemampuan olah suara yang sangat baik. Ia juga membentuk grup musik dengan nama Eka Sapta yang beranggotakan Bing Slamet, Idris Sardi, L. Ireng Maulana, Darmono, dan Muljono. Dalam Eka Sapta Bing Slamet mendapat bagian gitar, perkusi, dan vokal.

Kiprah Bing Slamet di dunia seni pertunjukan semakin besar dengan didirikannya Safari Sinar Sakti Film. Safari Sinar Sakti Film yang ia dirikan berhasil memproduksi film-film komedi yang sangat diminati masyarakat. Di antara film-filmnya yang sukses di pasaran adalah Bing Slamet Setan Jalanan (1972) dan Bing Slamet Koboi Cengeng (1974). Pencapaian dan kualitas Bing Slamet sebagai seorang maestro seni serba bisa sungguh tidak bisa dipungkiri. Maestro serba bisa ini wafat pada tanggal 17 Desember 1974 dan dimakamkan di pemakaman Karet (Sutrisno, 1981).

Penulis: Muhammad Asyrafi
Instansi: Universitas Gadjah Mada
Editor: Dr. Sri Margana, M.Hum.


Referensi

Drs. Sutrisno. Bing Slamet: Hasil Karya dan Pengabdiannya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1981.

Pusat Data dan Analisa Tempo. Kiprah Seumur Hidup Benyamin S. dalam Berkesenian Jilid II. Jakarta: Tempo Publishing, 2019.

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/09/27/bing-slamet-menghibur-prajurit-kemerdekaan-dengan-tawa