Soemitro Kolopaking Poerbonegoro: Difference between revisions

From Ensiklopedia
(Created page with "R.A.A Soemitro Kolopaking Poerbonegoro  adalah anggota BPUPKI yang turut serta dalam proses pembentukan negara Republik Indonesia. Ia  lahir di Papringan, Banyumas pada tanggal 14 Juni 1887. Ia adalah anak dari Raden Tumenggung Jayanegara II dengan pangkat "Adipati Arya" yang merupakan keturunan Kanjeng Raden Adipati Dipadiningrat yang berperan besar dalam pembentukan birokrasi pemerintah dalam negeri (''inlandschebestuur''). Karena itu, Soemitro mempunyai kesempatan y...")
 
m (Text replacement - "Category:Tokoh" to "{{Comment}} Category:Tokoh")
Line 23: Line 23:


Poerbonegoro Soemitro Kolopaking, <nowiki>https://id.wikipedia.org/wiki/Poerbonegoro_Soemitro_Kolopaking</nowiki> diakses pada tanggal 19 Oktober 2021.  
Poerbonegoro Soemitro Kolopaking, <nowiki>https://id.wikipedia.org/wiki/Poerbonegoro_Soemitro_Kolopaking</nowiki> diakses pada tanggal 19 Oktober 2021.  
[[Category:Tokoh]]
{{Comment}} [[Category:Tokoh]]

Revision as of 15:43, 25 August 2023

R.A.A Soemitro Kolopaking Poerbonegoro  adalah anggota BPUPKI yang turut serta dalam proses pembentukan negara Republik Indonesia. Ia  lahir di Papringan, Banyumas pada tanggal 14 Juni 1887. Ia adalah anak dari Raden Tumenggung Jayanegara II dengan pangkat "Adipati Arya" yang merupakan keturunan Kanjeng Raden Adipati Dipadiningrat yang berperan besar dalam pembentukan birokrasi pemerintah dalam negeri (inlandschebestuur). Karena itu, Soemitro mempunyai kesempatan yang sangat luas untuk memperoleh pendidikan pada masa itu. Meski dari kalangan ningrat, perjalanan hidupnya ditempa sedemikian rupa, sehingga ia terbiasa hidup layaknya rakyat jelata, terlebih ketika merantau di Eropa. Hal itu pula yang menjadikannya ketika kembali ke tanah air. Ia menjadi orang yang sangat peduli dengan rakyat.

Soemitro menempuh pendidikan di Sekolah Jawa pada 1893-1896, lanjut di HIS hingga 1902. Sekolah lanjutan yang ditempuhnya kemudian adalah Gymnasium Willem tahun 1901-1907. Dengan biaya sendiri, ia berangkat ke Belanda. Di negeri kincir angin ini, Soemitro yang akrab dipanggil Soem berhasil memasuki Universitas Leiden pada bidang lndologi (1907-1914). Pada masa kuliahnya, ia sempat berkeliling ke berbagai negara untuk mendapatkan tambahan dana kuliah.

Soemitro kembali ke tanah air dengan membawa banyak pengalaman dan ajaran-ajaran dari para guru besarnya pada tahun 1915. Soemitro belajar selama dua tahun di Sekolah Polisi di Jakarta tahun 1917 dan lulus 1919. Ia kemudian ditempatkan di Bandung sebagai Komisaris Polisi Kelas II (seksi chef). Berhasil naik pangkat menjadi Komisaris I (1922) dan menjadi Gewestelijk Leider De Veldepolitie di Karesidenan Priyangan Lama. Veldpolitie sama dengan kesatuan Brimob dalam Kepolisian Republik Indonesia.

Soemitro merupakan seorang pribumi yang dapat menembus jabatan yang lebih tinggi daripada hoofpolitieopziener. Setelah menjadi Komisaris Polisi di daerah Priyangan (1922-1925), Soemitro diangkat menjadi Wedana Sumpyuh atas permintaan keluarganya di Banyumas. Selanjutnya, Soemitro diangkat menjadi Bupati Banjarnegara (1926-1950) untuk menggantikan ayahnya. Pada masa revolusi, Soemitro menjadi residen Pekalongan dan merangkap gubernur yang diperbantukan oleh Kementerian Dalam Negeri tahun 1946. Soemitro pernah menjadi anggota DPR pada tahun 1955. Soemitro adalah Bupati Banjarnegara tiga zaman, yaitu masa pemerintahan kolonial Belanda, masa pendudukan Jepang, dan masa Republik Indonesia.

Jabatan yang pernah dipegang Soemitro dalam dinas kepangrehprajaan adalah sebagai wedana di Sumpiuh dari tahun 1925-1927. Jabatan tertingginya ketika ia menjadi Bupati Banjarnegara. Soemitro tidak saja mempunyai ide dan daya kreativitas yang tinggi, melainkan juga dalam hal mewujudkannya. Untuk mengatasi kehidupan ekonomi yang sulit pada masa akhir pemerintahan Belanda, Soemitro mendirikan sebuah pabrik alat-alat rumah tangga di Banjanegara. Kepedulian ini yang kemudian tetap nampak ketika ia ikut merumuskan persiapan negara Indonesia Merdeka. Ketika Pemerintah Militer Jepang membentuk BPUPKI, Soemitro pun terpilih menjadi anggotanya. Sebelum sidang-sidang badan itu berlangsung, Soemitro menyambut pengangkatannya itu dengan menulis suatu karangan pendek di surat kabar Tjahaja, 9 Mei 1945, dengan judul “Negara yang Constitutioneel”. Ia berpendapat, bahwa para anggota BPUPKI harus menampung aspirasi rakyat.

Soemitro memperoleh tanda penghargaan berupa Satya Lencana Peringatan Perjuangan Kemerdekaan Nomor Skep 228 tahun 1961, dan Bintang Mahaputra Utama (Kepres Nomor: 048/TK/ Tahun 1992) tanggal 12 Agustus 1992.

Penulis: I Ketut Ardhana


Referensi

Brugmans, J. L. A. Geschiedenis van het Onderwijs in Nederlandsch-Indie. Groningen-Batavia: J. B. Wolkers’s Uitgegevers Maatschappij. 1938. 

Tokoh – Tokoh BPUPKI, file:///C:/Users/ASUS/Documents/BUKU%20SEJARAH%20PDF/BUKU%20Tokoh%20tokoh%20badan%20penyelidik%20usaha%20usaha%20persiapan%20kemerdekaan%20indonesia.pdf diakses pada 20 Oktober 2021

Kesederhanaan Hidup RAA Poerbonegoro Soemitro Kolopaking, https://www.klampok.id/blog/2018/08/24/kesederhanaan-hidup-raa-poerbonegoro-soemitro-kolopaking/ diakses pada 26 Oktober 2021

Poerbonegoro Soemitro Kolopaking, https://id.wikipedia.org/wiki/Poerbonegoro_Soemitro_Kolopaking diakses pada tanggal 19 Oktober 2021.