Frans Mendur

From Ensiklopedia
Revision as of 17:22, 18 July 2023 by Admin (talk | contribs) (Created page with "Frans Soemarta Mendur atau lebih dikenal dengan Frans Mendur merupakan seorang fotografer jurnalistik Indonesia. Ia lahir tanggal 16 April 1913 di Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara dan merupakan adik kandung Alexius Impurung Mendur atau Alex Mendur (1907-1984) yang juga seorang fotografer jurnalistik Indonesia. Ketika kabar mengenai rencana Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 terdengar, Frans Mendur tidak ingin melewatkan peristiwa yang sangat bersejarah ba...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)

Frans Soemarta Mendur atau lebih dikenal dengan Frans Mendur merupakan seorang fotografer jurnalistik Indonesia. Ia lahir tanggal 16 April 1913 di Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara dan merupakan adik kandung Alexius Impurung Mendur atau Alex Mendur (1907-1984) yang juga seorang fotografer jurnalistik Indonesia. Ketika kabar mengenai rencana Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 terdengar, Frans Mendur tidak ingin melewatkan peristiwa yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia tersebut. Bersama Alex Mendur, Frans Mendur menyiapkan segala perlengkapan untuk mengabadikan peristiwa bersejarah tersebut. Pada 17 Agustus pagi-pagi sekali, Frans Mendur bersama Alex Mendur bergegas menuju tempat dilangsungkannya Proklamasi Kemerdekaan RI di Pegangsaan Timur 56. Baik Frans maupun Alex Mendur dengan sigap mengambil gambar pada detik-detik Proklamasi 17 Agustus. Keduanya berhasil mengabadikan detik-detik proklamasi melalui jepretan foto menggunakan kamera Leica, bahkan roll film milik Alex Mendur terisi penuh dengan foto-foto tentang peristiwa bersejarah tersebut (Kuswiah, 1986: 22).

Tidak lama setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus dilangsungkan, Jepang datang dan merampas hasil foto Detik-Detik Proklamasi milik Alex Mendur. Beruntung, Frans Mendur berhasil menyelamatkan roll film berisi foto peristiwa bersejarah tersebut dari Jepang, dan mengubur filmnya di bawah pohon di halaman kantor berita Asia Raya. Saat Jepang menggeledahnya, Frans mengaku bahwa filmnya telah dirampas oleh Barisan Pelopor. Setelah Jepang pergi dan situasi kembali aman, Frans Mendur mengambil roll film yang dikuburnya tersebut dan mencetak foto tersebut di kamar gelap Kantor Berita Domei (Wijaya, 2018: xviii) Berkat kecerdikan Frans Mendur mengelabui Jepang, foto mengenai detik-detik Proklamasi 17 Agustus tersebut masih bisa dinikmati hingga kini.

Selain dikenal karena hasil foto detik-detik Proklamasi RI, Frans Mendur merupakan salah satu pendiri Ipphos (Indonesia Press Photo Service), sebuah kantor berita foto yang berdiri secara resmi pada tanggal 2 Oktober 1946. Ipphos didirikan Frans bersama Alex Mendur dengan mengajak beberapa kawan, diantaranya Justus dan Frank Umbas, Alex Mamusung, dan Oscar Ganda. Sejak awal pendiriannya, Ipphos berada di belakang Republik namun tetap independen, tidak lantas menjadi alat pemerintah RI. Keberadaan Ipphos memiliki arti penting dalam mengabadikan berbagai momen terutama pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Frans Mendur pernah menjadi penanggung jawab pada kantor cabang Ipphos di Yogyakarta ketika Bung Karno memindahkan pusat pemerintahan RI disana pada 1946. Sementara kantor pusat Ipphos di Jakarta berada dikendalikan oleh Alex Mendur dan Frank Umbas. Frans mempunyai banyak karya tentang berbagai pertempuran dan keseharian rakyat di tengah tekanan Belanda, sehingga hasil karyanya kemudian menjadi kartu sakti perjuangan RI di dunia internasional (Hartanto, 2007: 703).

Penulis: Azrohal Hasan


Referensi

Adam, Asvi Warman. 2008. Identitas untuk kebangkitan: IPPHOS, Antara, dan Cas Oorthuys, 1945-1950. Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika, Republik Indonesia.

Hartanto, Agung Dwi. 2007. Seabad Pers Kebangsaan, 1907-2007. Michigan: University of Michigan.

Kuswiah, Wiwi. 1986. Alexius Impurung Mendur (Alex Mendur). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.

Wijaya, Taufan. 2018. Literasi Visual. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.