Sartono Kartodirdjo

From Ensiklopedia
Revision as of 16:07, 21 July 2023 by Admin (talk | contribs) (Created page with "Prof. Dr. Aloysius Sartono Kartodirdjo (lahir tanggal 15 Februari 1921 di Wonogiri, Jawa Tengah) adalah guru besar Ilmu Sejarah di Universitas Gadjah Mada, pelopor penulisan sejarah dengan pendekatan multidimensional, dan salah satu sejarawan terkemuka Indonesia di paruh kedua abad ke-20 yang banyak mengkaji sejarah gerakan sosial di pedesaan Indonesia. Putra dari seorang pegawai pos, Tjitrosarojo, ia menempuh pendidikan di ''Holland-Inlandsche School'' (HIS), ''Meer Uit...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)

Prof. Dr. Aloysius Sartono Kartodirdjo (lahir tanggal 15 Februari 1921 di Wonogiri, Jawa Tengah) adalah guru besar Ilmu Sejarah di Universitas Gadjah Mada, pelopor penulisan sejarah dengan pendekatan multidimensional, dan salah satu sejarawan terkemuka Indonesia di paruh kedua abad ke-20 yang banyak mengkaji sejarah gerakan sosial di pedesaan Indonesia. Putra dari seorang pegawai pos, Tjitrosarojo, ia menempuh pendidikan di Holland-Inlandsche School (HIS), Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), dan sekolah calon bruder, Hollandsche Indische Kweekschool (HIK) di Muntilan (Nursam, 2008). Di Jakarta, ia menjadi guru di salah satu sekolah di kota itu sekaligus menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Selepas menamatkan studi sarjananya, ia menjadi dosen di Universitas Gadjah Mada dan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung. Ia melanjutkan studi master di Universitas Yale, Amerika Serikat, dan program doktoral di Universitas Amsterdam dengan disertasi berjudul ‘The PeasantsRevolt of Banten in 1888. Its Conditions, Course and Sequel. A Case Study of Social Movements in Indonesia’. Sebagaimana ia kemukakan di bagian pengantar disertasinya, karya tersebut ditujukan untuk mengungkapkan aspek-aspek gerakan sosial dengan orang-orang biasa, dalam hal ini petani, sebagai aktor yang menentukan dalam sejarah Indonesia, suatu tema yang di era itu belum banyak dieksplorasi (Kartodirdjo, 1966: vii).

Ia mendorong agar para sejarawan Indonesia menyusun sebuah historiografi yang bercorak Indonesiasentrisme guna menggantikan corak Eropasentrisme yang mengakar kuat  dalam narasi sejarah di era pra-kemerdekaan Indonesia. Ia menulis buku-buku sejarah dengan beragam tema, seperti historiografi, gerakan protes pedesaan, kelas sosial, dan sejarah Indonesia modern, yang diterbitkan di dalam dan luar negeri. Karya-karyanya antara lain Protest Movement in Rural Java: A Study of Agrarian Unrest in the Nineteenth and Early Twentieth Centuries (1973), Elite dalam Perspektif Sejarah (1981), Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia: Suatu Alternatif (1982), Ratu Adil (1984), Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Dari Emporium Sampai Imperium (1987), Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional. Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme (1991), dan Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (1992). Ia dikenal sebagai pelopor penggunaan pendekatan multidimensional dalam penulisan sejarah, dengan menekankan perlunya eksplorasi atas beragam dimensi yang ada di dalam masyarakat di masa lalu. Dimensi itu tidak hanya politik, melainkan juga sosial, budaya dan ekonomi. Dengan demikian, kajian sejarah bersifat struktural, memiliki kedalaman, dan komprehensif. Ia menggarisbawahi signifikansi pendekatan ilmu-ilmu sosial dan pendekatan multidisipliner sekaligus interdisipliner dalam penelitian sejarah. Menurutnya, usaha ke arah saling mendekati (reapproachment) di antara ilmu sejarah dan ilmu sosial akan memberi manfaat besar dan mendorong peningkatan karya sejarah (Kartodirdjo, 1992).

Selain menulis, ia aktif berinteraksi dengan para sejarawan Indonesia dan mancanegara melalui berbagai seminar. Seminar besar pertama yang diikutinya ialah Seminar Sejarah Nasional I (1957). Ia kecewa pada prosiding seminar itu, yang sangat dipengaruhi oleh pemikiran Muhammad Yamin yang dikenal sebagai sejarawan nasional ‘pencipta mitos’, dan mulai memikirkan tentang metode baru dalam penulisan sejarah Indonesia (Rothermund, 2006: 25). Ia  memimpin Seminar Sejarah Nasional II (1970), di mana rencana untuk menulis beberapa jilid sejarah nasional Indonesia diluncurkan. Ia mengadvokasi arti penting penulisan sejarah nasional Indonesia, yang bercorak integrasionis, terutama bagi proyek pembinaan kebangsaan di antara generasi muda (Van Klinken dalam Zurbuchen [ed.], 2005: 236; Tarling, 2004: 229). Pada tahun 1971-1974, ia menjabat sebagai Presiden International Association of Historians of Asia (IAHA) sementara pada tahun 1977 ia dianugerahi gelar Benda Prize atas kontribusi pemikirannya pada pengembangan ilmu sejarah. Ia wafat di Yogyakarta pada 7 Desember 2007 dalam usia 86 tahun.

Penulis: Muhammad Yuanda Zara


Referensi

Kartodirdjo, Sartono (1966). ‘The Peasants’ Revolt of Banten in 1888. Its Conditions, Course and Sequel. A Case Study of Social Movements in Indonesia’. Dis. Ph.D. di Universitas Amsterdam.

Kartodirdjo, Sartono (1992). Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Nursam, M. (2008). Membuka Pintu bagi Masa Depan: Biografi Sartono Kartodirdjo. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Rothermund, Dietmar (2006). The Routledge Companion to Decolonization. London & New York: Routledge.

Tarling, Nicholas (2004). Nationalism in Southeast Asia: ‘If the People Are with Us’. London & New York: RoutlegeCurzon.

Van Klinken, Gerry (2005). ‘The Battle for History After Suharto’, dalam Mary S. Zurbuchen (ed.). Beginning to Remember: The Past in the Indonesian Present. Singapore: Singapore University Press.