Ajip Rosidi
Ajip Rosidi adalah seorang sastrawan dan budayawan terkemuka Indonesia. Ia lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat. Pendidikan Ajip Rosidi dimulai di Sekolah Rakyat di Jatiwangi pada tahun 1950, kemudian dilanjutkan di SMP Negeri 3 Jakarta pada tahun 1953, selanjutnya SMA di Jakarta tahun 1956 dan sengaja tidak diselesaikan. Beliau gemar menulis di berbagai surat kabar dan majalah hingga menelurkan banyak karya (Rosidi, 2008). Semenjak duduk di bangku sekolah dasar, tulisan Ajip Rosidi telah dimuat di harian Indonesia Raya.
Menginjak usia remaja (15 tahun) karirnya semakin meningkat dengan menjadi editor dan kepala redaksi di beberapa surat kabar seperti Soeloeh Peladjar, Majalah Prosa, Mingguan Sunda, dan majalah Budaya Jaya (1966-1975). Ajip Rosidi juga mendirikan penerbit Pustaka Jaya (1971), penerbit Kiwari (1962), penerbit Cupumanik (1964), penerbit Duta Rakyat (1965), penerbit Girimukti Pasaka (1980), dan penerbit Kiblat Buku Utama (2000). Ia juga menjadi anggota badan yang bergerak di bidang kebudayaan, seperti Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1972-1981) (Tim Penyusun Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern, 2003: 18).
Begitu pula Ajip Rosidi pernah bekerja sebagai seorang dosen di beberapa universitas ternama di Indonesia dan juga luar negeri, yakni Universitas Padjadjaran dan guru besar tamu di Osaka Gaikokugo Daigaku (Universitas Bahasa–Bahasa Asing Osaka), Kyoto Sangyo Daigaku (Universitas Industri Kyoto), Tenri Daigaku (Universitas Tenri), dan Osaka Gaidai (Osaka University of Foreign Studies) (Tim Penyusun Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern, 2003: 19).
Semasa hidup, Ajip Rosidi merupakan tokoh yang giat melestarikan kebudayaan, terutama budaya Sunda. Beberapa kontribusinya adalah dengan bergabung dengan Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN), anggota Lembaga Basa jeung Sastra Sunda (LBSS), aktif dalam Kongres Bahasa Sunda, dan beberapa kegiatan pelestarian bahasa Sunda (Aghnia, 2018: 156-157). Tahun 1989 Ajip Rosidi memberikan penghargaan berupa hadiah Sastra Rancage kepada para sastrawan atau budayawan yang telah ikut serta dalam melestarikan dan berjasa dalam bidang sastra dan budaya daerah, khususnya Sunda dan Jawa (Tim Penyusun Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern, 2003: 19).
Ajip Rosidi benar-benar membuktikan bahwa tanpa ijazah, karirnya dapat meroket dan menorehkan berbagai catatan prestasi gemilang. Pembuktiannya dilakukan dengan kerja keras dan tekun dengan terus berkarya. Apa yang telah dicapai oleh Ajip Rosidi merupakan bentuk dari tanggung jawabnya setelah memutuskan untuk berhenti sekolah.
Penulis: Fernanda Prasky Hartono
Instansi: Universitas Gadjah Mada
Editor: Dr. Sri Margana, M.Hum.
Referensi
Aghnia, N. S., 2018, Peran Ajip Rosidi dalam Mempertahankan Kebudayaan Sunda Tahun 1956-2016, Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia.
Rosidi, A., 2008, Hidup Tanpa Ijazah yang Terekam dalam Kenangan. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Tim Penyusun, 2003, Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern, Jakarta: Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional.