Antara
Media massa (pers) memiliki andil besar dalam pergerakan kemerdekaan nasional. Hal itu dikarenakan sejak kehadirannya selalu memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat terjajah dengan maksud membela kepentingan kemerdekaan (Triwardani 2010: 187). Di samping itu, salah satu faktor yang menjadi suksesnya kemerdekaan Republik Indonesia adalah tersiarnya kabar kemerdekaan dari Republik ini ke dunia internasional. Saat itu media yang berani untuk menyiarkan kemerdekaan Republik Indonesia adalah Antara (Alfasri 2021: 34).
Antara merupakan nama Naamloze Vennootschap (NV) atau Kantor Berita yang didirikan pada 13 Desember 1937 tatkala semangat kemerdekaan nasional sedang diperjuangan oleh kalangan pemuda, antara lain A.M. Sipahoetar, Mr. Soemanang, Adam Malik, dan Pandoe Kartawigoena. Kantor Berita Antara terletak di Buiten Tigerstraat 30 (sekarang Jalan Pinangsia Raya No. 70, Jakarta Barat). Adapun yang bertidak sebagai direktur pertama waktu itu adalah Soemanang dan Adam Malik sebagai wakilnya sekaligus redaktur, kemudian Pandoe sebagai sekretaris dibantu wartawan Sipahoetar (Mulyadi 2018: 2).
Pada masa kependudukan Jepang, Antara sempat berubah nama menjadi Domei. Mengingat sejak kehadirannya di Indonesia, Jepang berusaha mengontrol segala arus informasi dari pers yang ada di tanah jajahannya. Selain itu, mereka berusaha memobilisasi rakyat agar sejalan dengan kepentingan Jepang dalam hal penerbitan modern. Meski demikian, di luar apa yang sudah direncanakan Jepang, ternyata pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia justru para wartawan Domei aktif dalam mengumpulkan informasi tentang proklamasi untuk selanjutnya disebarluaskan ke publik (Anom 2013: 77).
Saat proklamasi kemerdekaan Indonesia, Adam Malik merupakan tokoh pers yang aktif dalam menyerbarkan berita kemerdekaan melalui Domei tak lama setelah Soekarno membacakan naskah proklamasi. Bersama koleganya Asa Bafagih, Adam Malik mengetikkan narasi peristiwa penting kemerdekaan tersebut kemudian menyampaikannya pada Panulu Lubis untuk diberitakan di surat kabar Domei. Termasuk lewat radio Domei yang dibantu oleh Markonis Soegirin dan Markonis Wua (Windy, dkk 2007:14). Hal tersebut sejalan dengan visi Antara sebelum beganti nama menjadi Domei, yaitu untuk menjembatani kepentingan rakyat dan para pejuang kemerdekaan Indonesia, serta memberitakan kemerdekaan Indonesia ke seleuruh dunia agar mendapat pengakuan (Nurhayati 2021: 243).
Pasca proklamasi dan berkuasanya pemerintahan Republik Indonesia yang berdaulat, nama Antara kembali digunakan menggantikan Domei pada 24 September 1962 yang tertuang dalam (Keputusan Presiden No. 307 Tahun 1962). Setelah itu, Presiden Soekarno mengambil peran dan fungsi Antara sebagai alat perjuangan Republik Indonesia agar memperoleh pengakuan kemerdekaan secara de jure (internasional). Perjalanan Antara sebagai media pers nasional berlanjut di masa Orde Baru hingga terbentuknya Lembaga Penyiaran Publik (LPP) RRI dan TVRI (Nurhayati 2021: 243).
Penulis: Azrohal Hasan dan Mochammad Nginwanun Likullil Mahamid
Instansi: Universitas Indonesia
Editor: Dr. Bondan Kanumoyoso
Referensi
Alfasri, Salman. 2021. Peran Perusahaan Umum (PERUM) Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Riau.Antaranews.Com sebagai Lembaga Pemerintah dan Informasi Publik. Riau: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim.
Anom, Erman. 2013. “Regulasi dan Kebijakan Media Cetak di Indonesia Masa Zaman Penjajah.” Jurnal Komunikasi, vol. 10(2), hlm. 73–79.
Keputusan Presiden No. 307 Tahun 1962.
Mulyadi, Toni. 2018. “Kantor Berita di Era Multimedia: Studi Lembaga Kantor Berita Negara, Antara.” Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah, no. 9, hlm. 1–10.
Nurhayati, Meti. 2021. “Kebijakan Pemberitaan Kantor Berita Antara di Era Konvergensi Media.” Wacana: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, vol. 20(2), hlm. 242–254.
Triwardani, Reny. 2010. “Pembreidelan Pers di Indonesia dalam Perspektif Politik Media.” Jurnal Ilmu Komunikasi, vol. 7(2), hlm. 187–208.
Windy, A., dkk. 2007. 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia: Biografi Singkat Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah Indonesia di Abad 20. Yogyakarta: Penerbit Narasi.