Hotel Yamato

From Ensiklopedia

Hotel Yamato (kini Hotel Majapahit) Surabaya menjadi saksi peristiwa bersejarah perobekan warna biru  bendera Belanda yang dikibarkan  di atap hotel oleh pemuda-pemuda Surabaya, sehingga menyisakan hanya warna merah putih, warna bendera Indonesia. Insiden tersebut  terjadi pada 19 September 1945, mendahului rangkaian konflik yang semakin memanas antara Republik Indonesia  dengan Sekutu dan Belanda yang berpuncak pada pertempuran Surabaya 10 November 1945.

Dalam brosur khusus mengenai sejarah hotel yang diterbitkan oleh Hotel Majapahit pada tahun 2014, dijelaskan bahwa hotel yang awalnya bernama Hotel Oranje ini dibangun pada 1910 oleh Lucas Martin Sarkies, seorang pengusaha Iran keturunan Armenia yang keluarganya memiliki jaringan perhotelan di Asia Tenggara sejak akhir abad ke-19.   Hotel Oranje dirancang  arsitek asal Inggris, Alfred Bidwell, dan  selesai dibangun dan diresmikan pada 1911. Pada tahun 1923 dan 1926 dilakukan perluasan bangunan hotel di bagian kanan dan kiri.

Menurut Ashadi dalam Peradaban dan Arsitektur Modern, hotel ini awalnya mengaplikasikan langgam Art Noveau. Tahun 1931 bangunan ini direnovasi dengan menambahkan bagunan baru di bagian depan pintu masuk lama dengan langgam Art Deco oleh arsitek Belanda Charles Prosper Wolff Schoemaker.

Allison Lee Palmer dalam Historical Dictionary of Architecture menjelaskan ciri arsitektur Art Noveau yang sangat populer awal abad ke-20 antara lain memiliki kaca bangunan yang berwarna-warni serta hiasan bermotif tanaman atau hewan. Langit-langit bangunan biasanya menampilkan lekukan garis-garis melingkar dan vertikal. Gaya arsitektur Art Deco berkembang pada sekitar tahun 1930 memiliki ciri umum yang lebih praktis dibandingkan Art Noveau yang lebih rumit. Elemen-elemen dekoratif Art Deco bermotif vertikal dan horizontal saja, atau berbentuk zigzag dan kerucut yang bertingkat-tingkat.

Arsitektur Hotel Oranye mengaplikasikan perpaduan langgam arsitektur modern Art Noveau dan Art Deco. Hotel oranje dibangun dengan denah berbentuk huruf U, dengan ciri khas  arsitektur kolonial, seperti warna dominan putih, bentuk jendela yang besar serta langit-langit yang  dibuat lebih tinggi dihiasi lampu gantung. Hingga sebelum masa pendudukan Jepang, Hotel Oranje merupakan hotel mewah di Surabaya dan menjadi salah satu tempat transit pengunjung, dan menjadi tempat pertemuan  para perwira tinggi, sosialita dan pengusaha.

Pada masa pendudukan Jepang, nama hotel Oranje diganti menjadi Yamato Hoteru atau Hotel Yamato dan dialihfungsikan menjadi markas komando dan wisma bagi para perwira tinggi militer Jepang, tanpa ada perubahan fisik secara signifikan.  Setelah terjadi peristiwa heroik perobekan warna biru bendera Belanda, nama hotel   diganti menjadi Hotel Merdeka. Namun,  beberapa bulan kemudian, ketika Sarkies bersaudara kembali mengelola hotel ini di tahun 1946, nama hotel kembali diubah menjadi LMS Hotel, akronim dari Lucas Martin Sarkies, pendiri hotel yang telah meninggal pada tahun 1941 sebelum Jepang masuk.

Kepemilikan hotel berpindah tangan ke Mantrust Holding Co pada tahun 1969 dan nama hotel diubah menjadi Hotel Majapahit. Setelah pergantian nama yang terakhir ini, kepemilikian hotel beberapa kali memang sempat berpindah tangan. Meskipun demikian, nama Majapahit tetap dikenakan. Tahun 1993, pemerintah menetapkan hotel ini sebagai bangunan cagar budaya.

Peristiwa heroik perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato sendiri hingga kini masih menyisakan pertanyaan berkait dengan siapa tokoh yang merobek bendera Belanda. Ada beberapa versi atau klaim tentang kisah perobekan tersebut dari para pelaku sejarah.  Salah satu kajian terbaru adalah buku yang ditulis oleh Ady Setyawan dan Marjolein van Pagee berjudul Surabaya, Dimana Kau Sembunyikan Nyali Kepahlawananmu ?.  Riset mereka mengerucut pada dua nama saja sebagai orang yang berhasil memanjat atap Hotel Yamato. Pertama adalah Hariyono, satu dari dua pemuda yang mengawal Residen Surabaya Sudirman saat bertemu dengan W.V. Ch Ploegman, pemimpin Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI) yang bermarkas di Hotel Yamato untuk memprotes pengibaran bendera Belanda, namun gagal. Kedua adalah seorang pemuda Surabaya bernama Koesno Wibowo yang berhasil menerobos dari luar gedung Hotel Yamato.

Penulis: Abdurakhman
Instansi: Universitas Indonesia
Editor: Dr. Restu Gunawan, M.Hum


Referensi

Ashadi. Peradaban dan Arsitektur Modern. Jakarta : Penerbit UMJ Press. 2016.

Hotel Majapahit. Brief History. (Brosur). 2014.

Palmer, Allison Lee. Historical Dictionary of Architecture. Lanham-Maryland : Rowman and Littlefield. 2016.

Setyawan, Ady dan Marjolein van Pagee. Surabaya, Dimana Kau Sembunyikan Nyali Kepahlawananmu. Yogyakarta : Matapadi Presindo. 2019.

Wright, Nadia H. Respected Citizens : The History of Armenians in Singapore and Malaysia. Middle Park : Amassia Publishing. 2003.