Insulinde
Insulinde merupakan sebuah organisasi yang didirikan oleh beberapa orang blijvers (orang Belanda yang lahir di Hindia Belanda). Insulinde pertama kali didirikan di kota Bandung pada Oktober 1907 akibat kurangnya aktivitas para anggota Indische Bond wilayah Bandung. Berkaca dari kegagalan Indische Bond, para pendiri Insulinde kemudian membatasi keanggotaan Insulinde hanya pada orang Eropa yang lahir di Hindia Belanda. Pada dua tahun pertama berdirinya organisasi ini, tidak banyak kegiatan yang dilakukan. Keanggotaan hanya dibatasi untuk wilayah Bandung saja, dengan anggota tidak lebih dari 150 orang (Veur 2006:167).
Perubahan mulai terjadi pada Insulinde setelah masuknya H.C Zentgraff ke dalam organisasi ini. Ia yang pertama kali memulai jurnal organisasi yang juga diberi nama Insulinde. Jurnal Insulinde pertama kali terbit pada Januari 1910. Dengan terbitnya jurnal pertama ini, keanggotaan Insulinde bertambah dan menyebar hingga kota-kota di luar Bandung. Khususnya keanggotaan Insulinde di Semarang. Hingga kantor utama Insulinde pun dipindahkan dari Bandung ke Semarang. Dengan pemindahan ini, dibentuk juga dewan pelaksana baru di Semarang (Veur 2006:167).
Dewan pengurus Insulinde di Semarang bergerak lebih moderat. Mereka cenderung berusaha mendamaikan posisi antara orang Belanda yang lahir di Hindia dengan orang-orang Eropa asli, dan keberadaan Insulinde pun tidak dianggap sebagai tanda-tanda bahwa ada pergerakan kebangsaan Indonesia. Bahkan pada Maret 1910 muncul tulisan dalam jurnal Insulinde yang mengkritik penyatuan kategori orang-orang Indo dengan masyarakat Jawa. Perubahan dewan pengurus di Semarang ini pun membawa reformasi dalam tubuh organisasi. Anggaran dasar dan rumah tangga organisasi direvisi dan selesai pada Oktober 1910. Pada aturan terbarunya, Insulinde membuka keanggotaannya untuk semua penduduk Hindia Belanda yang berusia 21 tahun ke atas. Namun, aturan ini justru memunculkan protes dari anggota Insulinde. Sebanyak 370 orang anggota keluar dari organisasi akibat kebijakan drastis ini. Penjualan Jurnal Insulinde pun menurun dari 1.334 eksemplar menjadi 914 eksemplar dari kurun Juni 1910 hingga Desember 1910 (Veur 2006:168-169).
Perubahan drastis di tubuh Insulinde kemudian menimbulkan wacana penggabungan antara Insulinde dan Indische Bond pada tahun 1911 dan 1912. Hal ini dipertimbangkan sebagai solusi untuk memperkuat kedua organisasi, karena keduanya dalam posisi yang sama-sama kecil, lemah dan memiliki tujuan yang mirip. Perdebatan yang terjadi kemudian berfokus pada organisasi mana yang harus melebur. Perdebatan ini terus bergulir sampai masuknya Ernest Douwes Dekker ke organisasi. Pada Juni 1911, Douwes Dekker kembali ke Hindia dan memberikan pengaruh baru dalam pergerakan orang-orang Indo. Douwes Dekker menekankan bahwa organisasi-organisasi yang ada hendaknya tidak bersifat sosial, melainkan memiliki karakter politik dalam pergerakannya (Veur 2006:169).
Hingga Februari 1912 tidak ada titik temu dalam perdebatan penggabungan Insulinde dan Indische Bond. Douwes Dekker sangat menyayangkan perdebatan antara pemimpin kedua organisasi dan menyerukan perlunya organisasi politik yang dapat merangkul kepentingan orang-orang Indo, Eropa, dan Jawa di Hindia Belanda. Hal ini kemudian menjadi cikal bakalnya mendirikan Indische Partij bersama Suwardi Suryaningrat dan Cipto Mangunkusumo (Utomo 1995:70-71).
Penulis: Afriadi
Instansi: Universitas Indonesia
Editor: Dr. Bondan Kanumoyoso
Referensi
Veur, Paul W. Van Der. 2006. The Lion and The Gadfly: Dutch Colonialism and The Spirit of E.F.E. Douwes Dekker. Leiden: KITLV Press.
Utomo, Cahyo Budi. 1995. Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia: Dari Kebangkitan Hingga Kemerdekaan. Semarang: IKIP Semarang Press.