Istana Cipanas

From Ensiklopedia

Istana Cipanas berlokasi di kaki Gunung Gede, tepatnya di Desa Cipanas, Kecamatan Pacet, Kabupaten  Cianjur. Istana ini memiliki luas kurang lebih 26 hektare dengan luas bangunan sekitar 7.760 meter persegi. Sebagian besar kawasan Istana adalah areal hutan dengan banyak tanaman rindang menghijau.

Istana Cipanas merupakan Istana Kepresidenan tertua di Indonesia. Awalnya kawasan tersebut adalah sebuah hunian pribadi seorang Belanda bernama van Heots. Oleh karena di daerah Cipanas terdapat sumber mata air panas, Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff sangat tertarik dan kemudian membeli tanah tersebut pada tahun 1740. Kandungan mineral, belerang dan zat besi dalam mata air di daerah Cipanas sangat baik untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Hal ini membuat van Imhoff berinisiatif untuk membangun gedung kesehatan (Buys 1891: 106; Toeti 1979: 150).

Gedung Istana dibangun secara bertahap. Van Imhoff memulai proyek pembangunan gedung kesehatan di sekitar sumber mata air panas pada tahun 1742, namun pembangunannya terhenti karena memakan biaya lebih tinggi dari dana yang disediakan. Meskipun demikian, bangunan tersebut tetap dimanfaatkan orang-orang Eropa yang datang untuk menikmati mata air panas. Bangunan ini dapat menampung setidaknya 30 anggota militer yang memerlukan perawatan. Pemerintah Hindia Belanda kemudian melanjutkan membangun 3 bangunan pada tahun 1916 yang saat ini bernama Paviliun Yudisthira, Paviliun Bima dan Paviliun Arjuna. Istana Cipanas banyak dikunjungi oleh para petinggi negara kala itu, di antaranya Thomas Stamford Raffles, Herman Willem Daendels, Komisaris Jenderal Leonard Pieter Josef du Bus de Gisignies, dan Willem van Hogendrop. Selain sebagai tempat singgah, Istana Cipanas pernah menjadi tempat tinggal keluarga Andrias Cornelis de Graff, Bonifacius Cornelis de Jonge dan Tjarda van Starekenborg Stachouwer (Toety 1979:152).

Pada masa pasca kemerdekaan, Presiden Sukarno membangun Gedung Bentol dengan arsitektur Sudarsono dan Silaban pada 1954. Gedung ini dipakai Sukarno untuk mencari ilham dalam menulis pidato-pidatonya. Dalam kegiatan kenegaraan, Presiden Sukarno memakai ruang makan di gedung induk untuk menyelenggarakan sidang dengan Frans Seda, Menteri Keuangan, dalam menentukan perubahan nilai uang dari Rp.1000 menjadi Rp.1 tahun 1965. Peristiwa penting lainnya dalam kehidupan Presiden Sukarno di Istana Cipanas adalah pernikahannya dengan Ibu Hartini.

Pada masa pemerintahan Soeharto, Gedung Istana Cipanas beberapa kali dimanfaatkan untuk kepentingan kenegaraan. Gedung ini dijadikan tempat singgah bagi Presiden Soeharto dan keluarganya. Demikian pula pada saat kunjungan Ratu Yuliana tahun 1971, Istana Cipanas menjadi salah satu tempat singgah sang Ratu. Pada tahun 1983 Presiden Soeharto membangun 2 paviliun yang diberi nama Nakula dan Sadewa. Pada masa pemerintahan Megawati Sukarno Putri, dilakukan pengadaan fasilitas baru dan renovasi bagian-bagian Istana.

Penulis: Martina Safitry
Instansi: UIN Raden Mas Said Surakarta
Editor: Dr. Andi Achdian, M.Si


Referensi

M. Buys. 1891. Batavia, Buitenzorg en de Preanger: Gids voor Bezoeker en Toeristen. Batavia: G. Kolff.

Sekretaris Negara. Tt. Istana Kepresidenan Cipanas. Diakses pada 12 Juli 2022 pada https://www.setneg.go.id/baca/index/istana_cipanas

Toeti Adhitama dan M.Alwi Dahlan. 1979. Istana Presiden Indonesia. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.