Istana Tampaksiring
Istana Tampaksiring terletak 40 kilometer dari kota Denpasar, Bali. Istana ini terdiri dari beberapa gedung dan bagian-bagian di dalamnya. Pertama, Wisma Merdeka yang miliki lahan seluas 1.200 m2; kedua, Wisma Negara dengan luas 1.476 m2; ketiga, Wisma Yudhistria yang memilik luas 1.825 m2; dan Wisma Bima dengan luas 2.310 m2.
Istana Tampaksiring merupakan satu-satunya istana yang dibangun setelah Indonesia merdeka. Ide pembangunannya berawal dari keinginan Presiden Sukarno adanya tempat beristirahat di Bali, baik bagi Presiden dan keluarga serta tamu-tamu resmi negara. Dipilih lokasi di Tampaksiring karena beberapa alasan, seperti udara yang sejuk dan letaknya yang jauh dari keramaian kota.
Tamu negara yang pertama kali menginap di Istana Tampaksiring yaitu Raja Bhumibol Adulyadej dan Ratu Sirikit dari Thailand pada tahun 1957. Selanjutnya, tamu-tamu negara yang pernah berkunjung ke Istana Tampaksiring yaitu Presiden Burma (Myanmar) Ne Win, Presiden Vietnam Ho Chi Minh, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, Presiden Ygoslavia Jozip Broz Tito, Nikita Khrushchev Perdana Menteri Uni Soviet, Kaisar Jepang Hirohito, dan Ratu Julianna dari Kerajaan Belanda.
Istana Tampaksiring saat ini bukan hanya sebagai tempat Presiden berlibur, tapi juga tempat pelaksanaan kegiatan-kegiatan resmi negara dan sekaligus tempat wisata bagi masyarakat secara umum, yang dapat mengunjungi istana ini di waktu-waktu tertentu. Kawasan Istana Tampaksiring berada di daerah bukit dengan ketinggian 700 mdpl dengan curah hujan yang cukup tinggi. Posisi yang tinggi dengan cuaca yang sejuk dan dingin menjadikan lokasi istana ini salah satu pilihan destinasi wisata masyarakat umum.
Pembangunan Istana Tampaksiring dilaksanakan secara perlahan. Pembangunan pertama dimulai pada tahun 1957 dengan membangun Wisma Merdeka dan Wisma Negara yang berada di kompleks Istana Tampaksiring. Di tahun berikutnya, pada tahun 1958, pembangunan dan pengembangan kompleks Istana Tampaksiring dilanjutkan, dengan membangun Wisma Yudhistira dan Wisma Bima. Istana Tampaksiring didesain oleh arsitek R.M Sodarsono.
Istana Tampaksiring mendapatkan kembali tambahan bangunan pada tahun 2002-2003. Beberapa bangunan dan gedung baru dibangun disertai fasilitas-fasilitas untuk pelaksanaan konferensi. Pembangunan tersebut ditujukan sebagai persiapan untuk pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV pada 7-8 Oktober 2003.
Penulis: Gani Ahmad Jaelani
Instansi: Universitas Padjadjarana
Editor: Dr. Andi Achdian, M.Si
Referensi
Artikel berjudul Istana Tampak Siring dari laman https://www.setneg.go.id/baca/index/istana_tampak_siring diakses pada 11 Juni 2022.