Jong Indonesia
Jong Indonesia atau Pemuda Indonesia adalah sebuah organisasi pergerakan bersifat nasional yang lahir di Bandung pada awal tahun 1927. Pendirian organisasi ini diprakarsai oleh sejumlah pemuda terdidik yang pernah belajar di luar negeri. Tujuan organisasi ini adalah memperluas dan memperkuat ide kesatuan nasional Indonesia. Anggotanya adalah para pemuda yang telah berumur 15 tahun ke atas, yang sebagian besar berasal dari pelajar-pelajar A.M.S. dan dari mahasiswa R.H.S. dan STOVIA. Mereka tampil dengan gagasan untuk mendirikan sebuah badan permanen yang bisa digunakan sebagai wadah persatuan Indonesia di kalangan pemuda. Ide ini muncul pada konferensi yang diadakan seusai Kongres Pemuda I pada 30 April sampai 2 Mei 1926 (Poesponegoro 1990: 192-3).
Dalam kaitan inilah pemuda-pemuda terpelajar progresif di Bandung, yang merasa dirinya semata-mata orang Indonesia dan tidak sanggup lagi duduk dalam perkumpulan-perkumpulan yang berdasarkan kedaerahan, menjadi sponsor lahirnya Jong Indonesia pada 20 Februari 1927. Untuk lebih menampkan jiwa nasionalisnya, nama Jong Indonesia kemudian dirubah menjadi Pemuda Indonesia pada Desember 1927. Salah seorang pendirinya adalah Sutan Syahrir, yang pada waktu itu adalah pelajar AMS di Bandung. Sukarno dan para pemimpin PNI lainnya seperti Sunaryo, Sartono, Cipto Mangunkusumo, dan Anwari turut memainkan peranan dan menjadi pendukung organisasi ini (Pringgodigdo1986: 103; Hisyam 2012: 357).
Untuk merealisasi tujuannya Jong Indonesia mendirikan perkumpulan kepanduan, mengadakan kerja sama dengan perkumpulan-perkumpulan pemuda lainnya, memajukan olah raga, menerbitkan majalah dan penerbitan lainnya, serta menyelenggarakan rapat-rapat. Meski pada mulanya nama organisasi ini dalam Bahasa Belanda, bahasa pengantar yang digunakan dalam setiap kegiatan ini adalah Bahasa Melayu (Bahasa Indonesia).
Berbagai aktivitas yang diselenggarakan Jong Indonesia mendapat sambutan yang sangat baik dari masyarakat. Hal ini terbukti dalam waktu hanya sepuluh bulan Jong Indonesia telah memiliki cabang di Jakarta, Yogyakarta, dan Solo, sedangkan pengurus pusat masih tetap di Bandung. Kantor Pusat Bandung dan Cabang Jakarta mempunyai bagian pemudi yang diberi nama “Puteri Indonesia”. Saat itu jumlah anggotanya sudah mencapai sebanyak 750 orang. Dengan jumlah cabang dan anggotanya tersebut, maka Jong Indonesia sudah selayaknya mengadakan kongres.
Kongres Pertama Jong Indonesia dilaksanakan di Bandung pada 27 Desember 1927. Dalam Kongres tersebut ditetapkan anggaran dasar organisasi dan terjadi perubahan kepengurusan dari Ketua sebelumnya, Suwaji, ke ketua baru, Yusupadi. Selain itu, Kongres Pertama ini juga menghasilkan beberapa keputusan penting, antara lain yaitu: 1). Nama perkumpulan diubah menjadi Pemuda Indonesia; 2). Bahasa Melayu (Indonesia) ditetapkan sebagai bahasa pengantar perkumpulan ini; 3). Mendukung gagasan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) untuk melakukan fusi, asal semua perkumpulan pemuda lainnya ikut serta dalamnya (Martha 1985: 101-2).
Tepat setahun kemudian, pada 24-28 Desember 1928, Pemuda Indonesia mengadakan Kongres Kedua di Jakarta. Dalam Kongres tersebut, dengan suara 5 banding 2 diputuskan menyetujui usulan fusi dari PPPI. Golongan yang tidak setuju beralasan bahwa mereka takut semangat akan menjadi kendur apabila bergabung dengan perkumpulan-perkumpulan yang ambisinya setengah-setengah. Keputusan untuk berfusi semakin kuat ketika datang telegram dari Jong Java—saat rapat sedang berlangsung—yang mengabarkan bahwa Jong Java juga setuju bergabung dengan pola fusi. Kongres ditutup dengan keputusan menerima fusi dan kemudian menyanyikan Lagu Indonesia Raya yang dua bulan sebelumnya diperdengarkan untuk pertama kali dalam Kongres Pemuda II.
Dengan keputusan menerima fusi, perkumpulan Pemuda Indonesia secara resmi dibubarkan. Meskipun berumur sangat pendek, hanya satu tahun, kontribusi Pemuda Indonesia terhadap Indonesia sangat besar. Bersama dengan PPPI, Pemuda Indonesia adalah dua perkumpulan pemuda yang sangat aktif untuk mencapai cita-cita persatuan di kalangan pemuda (Pringgodigdo 1986: 104; Hisyam 2012: 357; Martha 1985: 102).
Penulis: Mawardi
Instansi: Universitas Syiah Kuala
Editor: Prof. Dr. Phil. Gusti Asnan
Referensi
Hisyam, Muhammad, 2012. Indonesia dalam Arus Sejarah: Masa Pergerakan Nasional. Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve dan Kementerian Pendididikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Martha, Ahmaddani G, Christian Wibisono dan Yozar Anwar, 1985. Pemuda Indonesia DalamDimensiSejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta: Kurnia Esa.
Pringgodigdo, A.K. (1986), Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia (Cetakan kesebelas). Jakarta: Dian Rakyat.
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, 1990. Sejarah Nasional Indonesia V (edisi ke-4). Jakarta: Balai Pustaka.
Suhartono, 2001. Sejarah Pergerakan Nasional: Dari Budi Utomo sampai Proklamasi, 1908-1945 (Cetakan II). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.