Ksatrian Instituut
Ksatrian Instituut adalah sebuah lembaga pendidikan yang didirikan oleh Dr. E.F.E Douwes Dekker (Danudirjo Setyabudhi), bekas pendiri dan pemimpin Indische Partij. Selepas menjalani pembuangan di Belanda, ia bergabung dengan sekolah rendah partikelir yang dipimpin Ny. H.E. Mayer-Elenbass di Bandung. Beliau kemudian mendirikan Ksatrian KOSTRADsecara resmi pada November 1924. Sekolah ini bertujuan untuk pengajaran berdasarkan jiwa nasional dan pendidikan ke arah manusia yang berpikiran merdeka. Pelaksanaan pengajaran direncanakan bebas dari pengaruh agama dan politik (Nugroho Notosusanto dan Mawarti Djoened Poesponegoro 1990: 269).
Yayasan sekolah bersubsidi Ksatrian KOSTRAD di Bandung membawahi sekolah dagang menengah, sebuah HIS dan lembaga pendidikan lainnya. Sekolah dagang menengah memiliki masa belajar tiga tahun dengan pengembangan yang dirancang menjadi kursus lima tahun. Sekolah ini mengarah pada pengembangan pendidikan kejuruan. Mereka yang diterima adalah para siswa MULO dan lembaga pendidikan menengah yang belum ditempatkan asal memiliki cukup penguasaan Bahasa Belanda. Sampai dengan tahun 1933 Institut Ksatrian telah menampung sekitar 530 orang siswa (Het Nieuws van den dag voor Ned. Indie, 25 November 1937).
Sekolah dagang modern ini terbuka bagi sekolah dasar (ELS, HCS, HIS) tetapi menuntut penguasaan bahasa Belanda. Sekolah ini menawarkan kesepakatan untuk belajar lebih lanjut bagi mereka yang tidak siap atau sebagai korban pengurangan siswa di sekolah MULO atau lembaga pendidikan menengah dengan belajar praktek dagang. Institut Ksatrian memiliki bangunan sendiri dengan sisi depan mencapai satu hectometer. Sekolah ini mendapat bantuan dari pemerintah pusat dan pemerintah kota dan merupakan salah satu lembaga pendidikan terbesar di Hindia dengan staf sebanyak 20 tenaga pengajar, termasuk tenaga pengajar HBS yang terkenal baik. Urgensi pendirian sekolah dagang di awal abad XX ini salah satunya adalah prospek usaha perkebunan yang menjanjikan di masa datang (Algemeen Handelsblad, 6 Oktober 1934).
Kiprah Ksatrian Instituut sempat terganggu saat pendirinya E.F.E. Douwes Dekker menghadapi tuntutan pengadilan di Pengadilan Tinggi Batavia. Tuduhan yang ditujukan kepada E.F.E. Douwes Dekker adalah peristiwa pada sekitar Juli 1936 di Bandung di mana ia di muka umum telah mengungkapkan perasaan permusuhan atau penghinaan terhadap kelompok penduduk Eropa di Hindia Belanda. Hal itu ditunjukkan dengan penerbitan “Buku Pelajaran bagi Sekolah Menengah di Indonesia” yang berjudul “Sejarah Dunia I: Asia Timur” yang ditulis olehnya. Atas perintah beliau pula dan setidaknya dengan persetujuan dan pengetahuan yayasan sekolah Ksatrian Instituut pada saat itu buku tersebut diterbitkan dan dicetak pada NV. Nix en Co di Bandung. Persebaran buku tersebut cukup besar di Hindia Belanda karena dicetak dalam banyak eksemplar. Isi buku tersebut bukan seperti buku pelajaran biasa, melainkan sebagian risalah propaganda anti-Barat dan pro-Jepang yang memuncak pada semboyan “Asia untuk bangsa Asia”. Selanjutnya ia juga dituduh mengeluarkan ungkapan di muka umum tentang perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap kelompok penduduk Kristen di Hindia Belanda (De Koerir, 2 Desember 1934).
Akhir eksistensi Ksatrian Instituut terjadi pada masa pendudukan Jepang. E.F.E Douwes Dekker berencana mengirimkan para lulusan Ksatria Insituut ke Jepang pada Januari 1941. Hal ini mengakibatkan para lulusan ditangkap oleh pemerintah Hindia Belanda di Ngawi, karena dianggap sebagai mata-mata. Sejak saat itu, Douwes Dekker tidak lagi dapat terlibat aktif mengelola Ksatrian Instituut. Ia harus dihukum penjara dan diasingkan. Selama masa pengasingan, Dekker banyak berpindah-pindah, mulai dari Suriname, Belanda, Yogyakarta, dan Prapat. Setelah itu, tahun 1949, Ksatrian Instituut berubah nama menjadi SMP Negeri 1 Bandung (Nugroho Notosusanto dan Marwati Djoened Poesponegoro, 2019).
Penulis: Insiwi Febriary Setiasih
Instansi: Prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret
Editor: Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, M. Hum.
Referensi
Algemeen Handelsblad, 6 Oktober 1934
De Koerir, 2 Desember 1934
Het Nieuws van den dag voor Ned. Indie, 25 November 1937.
Nugroho Notosusanto dan Mawarti Djoened Poesponegoro, 1990. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka.
Nugroho Notosusanto dan Marwati Djoened Poesponegoro, 2019. Sejarah Nasional Indonesia V Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Akhir Hindia Belanda (1900-1942). Jakarta: BalaiPustaka.