Materialisme Dialektika dan Logika (MADILOG)

From Ensiklopedia

Materialisme-Dialektika-Logika (MADILOG) merupakan karya intelektual Tan Malaka yang mengartikulasikan kegelisahan Tan Malaka dalam memahami nasib bangsanya sebagai resultan feodalisme, kolonialisme, dan kepercayaan terhadap mistisisme. Buku ini ditulis di Rawajati, Kalibata pada 1942-1943  (Tan Malaka 1943).  MADILOG adalah himbauan agar masyarakat Indonesia mau keluar dari cara berpikir yang irasional agar mendapat tempat di antara bangsa-bangsa besar. Tan Malaka melihat bahwa bangsa Indonesia terbelenggu oleh “logika mistika”. Sebuah keyakinan tentang adanya kekuatan keramat yang memprekondisikan segenap kejadian di dunia. Logika gaib ini berhasil melumpuhkan daya pikir kritis sekaligus daya juang seseorang karena lebih mengandalkan kekuatan gaib (misalnya, melalui medium mantra atau sesajen) dibanding mengatasi sendiri tantangan yang dihadapi. Dengan demikian, jalan keluar dari logika gaib dapat ditempuh melalui “MADILOG”, materialisme, dialektika, dan logika. Mirip dengan Auguste Comte, bapak positivisme, Tan Malaka melihat kemajuan umat manusia melalui tiga tahap, yaitu dari “logika mistika” melalui “filsafat” kemudian “sains”. Dibandingkan dengan logika gaib, MADILOG dinilai lebih dapat menjelaskan segala realitas penting yang dihadapi umat manusia, misalnya perkembangan alam semesta, evolusi organisme, dan sejarah manusia (Magnis-Suseno, Kompas, 27 November 2000, 4).

Akronim MADILOG sebetulnya memiliki makna yang berbeda di setiap kata, tetapi kesemuanya bersinergi membangun mentalitas rasional yang utuh. Pertama, materialisme adalah kemampuan pola pikir yang realistis dan pragmatis dalam melihat segenap realitas di dunia. Kedua, dialektika merupakan proses lanjutan setelah memiliki pola pikir yang realistis dan pragmatis. Dialektika membutuhkan tahapan proses berpikir, yaitu tesis-antitesis-sintesis. Pemikiran selalu berkembang seiring dengan perbedaan-perbedaan pandangan terhadap suatu tesis. Ketiga, Tan Malaka melihat bahwa pragmatisme dan dialektika pemikiran harus dimodali dengan logika sebagai jalan penentuan tepat atau tidaknya cara berpikir  seseorang (Wuryanta Kompas, 29 Mei 2000, 32).  Tan Malaka meyakini bahwa melalui dialektika berpikir, persoalan kemasyarakatan dapat dipecahkan dengan baik. Menurutnya, logika dan dialektika bergantung pada materialisme, sebaliknya materialisme bersangkut paut dengan dialektika dan logika (Nasir, Kompas, 7 Juli 2008, 1). MADILOG menawarkan satu kerangka pikir modern sebagai alat pembongkar (dekonstruksi dan rekonstruksi) keterbelakangan intelektual masyarakat Indonesia pada masa itu (Kasim, Kompas, 29 Maret 2008, 6).

MADILOG mengajak berpikir alternatif dan aktif. Tan Malaka mengingatkan bahwa cara berpikir yang ia tawarkan merupakan cara berpikir yang dinamis dan kritis. Hanya dengan cara berpikir yang aktif bangsa Indonesia akan sampai pada kesadaran yang rasional, kritis, filosofis, dan bermartabat. Meski MADILOG sarat dengan ilmu pengetahuan dan analisis kritis terhadap masyarakat Indonesia, Tan Malaka tetap mencatat spiritualitas dasar kebangsaan, yaitu keberagaman masyarakat Indonesia. Justru dalam keberagaman agama, suku, golongan, Indonesia tercermin kekayaan kebangsaan (Wuryanta Kompas, 29 Mei 2000, 32).

Akhirnya, Tan Malaka mendapatkan kehormatan karena disejajarkan dengan eksponen besar seperti Trotsky, Lukacs, Korsch, dan Gramsci, para pemikir Marxis yang besar dan orisinil. Dengan cara ini Tan Malaka hendak memerdekakan Indonesia dari keterbelakangan dan penjajahan (Poeze, Purwanto, Nordholt, Saptari 2008, 164-165).

Penulis: Fanada Sholihah
Instansi: Universitas Diponegoro
Editor: Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, M. Hum.


Referensi

Tan Malaka, 1943. MADILOG: Materialisme-Dialektika-Logika. Jakarta: Widjaya.

A Poeze, Bambang Purwanto, Henk Schulte Nordholt, Ratna Saptari (2008) Perspektif baru penulisan sejarah Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Kasim, Yandry, 2008. “Warisan Tan Malaka,” Kompas, 29 Maret, 6.

Magnis-Suseno, Franz (2000) “MADILOG-nya Tan Malaka,” Kompas, 27 November, 4.

Nasir, Zulhasri, 2008. “100 Tahun Kebangkitan Nasional: Tan Malaka dan Kebangkitan Nasional,” Kompas, 7 Juli, 1.

Wuryanta, Ag Eka Wenats, 2000. “Cara Tan Malaka Melawan Penjajah: Tinjauan Buku: MADILOG (Materialisme, Dialektika, Logika),” Kompas, 29 Mei, 32.