Nation Character Building (Periode Sukarno)

From Ensiklopedia


Pengertian Nation Character Building adalah pembangunan karakter bangsa atau pembangunan identitas national. Dalam sebuah pidatonya Sukarno menyampaikan bahwa konsep nation building bukan sekadar membentuk satu "nation" Indonesia, tetapi membentuk “nation Indonesia yang bahagia, nation Indonesia yang berkepribadian tinggi, nation Indonesia yang hidup di dalam satu masyarakat adil dan makmur tanpa exploitation de l'homme par l'homme. Nation building dalam arti yang seluas-luasnya” (Djin dan Djoen 2000: 14). Untuk mewujudkan hal tersebut, Revolusi Mental mutlak diperlukan (Sukarno, 1965: 303). Dalam hal ini Sukarno menetapkan 1957 sebagai ‘year of decision’, yaitu tahun penentuan, yaitu harus berani mengambil keputusan untuk meninggalkan apa yang lama dan memasuki apa yang baru (Sukarno, 1965: 307 dan 316).

Revolusi Mental adalah menyadari kembali cita-cita nasional, cita-cita sosial dan menjadi manusia baru; membuang segala kemalasan, egosentrisme, ketamakan, keliaran, kecoboyan, kemewahan-mewahan, kepetualangan,dan kemesuman. Sukarno mempertegas bahwa harus meninggalkan segala macam keinlanderan dan menjadi manusia Indonesia, manusia Pembina, manusia yang benar-benar sampai kepada tulang-sumsumnya bersembojan “satu buat semua, semua buat pelaksanaan satu tjita-tjita (Sukarno, 1965: 304). Dalam “Amanat Pemimpin Besar Revolusi” tahun 1963, Sukarno mengemukakan bahwa pikiran-pikirian yang mendasari proses nation building adalah adanya keinginan bersama untuk membangunkan jiwa bangsa yang bersatu (Yahya, 2015: 30)

Konsep nation building Sukarno diantaranya diwujudkan dalam Manifesto Politik-USDEK. Dalam “Amanat Presiden Sukarno pada Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1960 di Jakarta”, Sukarno berkeyakinan bahwa pengalaman selama satu tahun dengan Manifesto Politik-USDEK sampai batas-batas tertentu sudah dapat menyatukan fikiran rakyat Indonesia tentang hal hal-hal pokok terkait revolusi (Sukarno, 1965: 409). Menurut Sukarno, konsekuensi politik terpenting bagi semua pendukung Manifesto Politik dan USDEK adalah gotong-royong yang merupakan corak kepribadian Indonesia. Oleh karena itu, Sukarno menegaskan perlunya persatuan dan kegotongroyongan antara golongan Islam, Nasionalis dan Komunis (Sukarno, 1965: 413).

Gagasan nation character building Sukarno diekspresikan dalam pembangunan Monumen Nasional, Stadion Utama Senayan, Tugu Selamat Datang, Hotel Indonesia, Gedung Bank Indonesia, Jembatan Semanggi, Masjid Istiqlal dan sebagainya (Ardiansyah dan Aly, 2017: 400). Arsitektur merupakan perwujudan sikap mental dalam mewujudkan persatuan nasional. Yang tercermin dalam arsitektur  pada masa Sukarno adalah eksplorasi budaya negeri sendiri yang dipadukan dengan teknologi (Ardhiati: 138).

Selain sebagai ekspresi dari gagasan nation character building, bangunan-bangunan tersebut bagi Sukarno merupakan alat untuk membangun identitas bangsa. Pembangunan gedung merupakan bagian dari pembanguann bangsa. Bangunan-bangunan dan proyek-proyek yang dicetuskan Sukarno untuk Jakarta merupakan bagian dari ide akan nasionalisme (Fakih, 2005: 128 dan 132). Penyelenggaraan Asian Games pada 1962 merupakan bagian dari proyek nation character building, yang akan menyatupadukan bangsa melalui keterlibatan masyarakat dalam menyukseskannya. Sebagaimana dalam pidatonya, Sukarno mengemukakan, "Revolusi keolahragaan kita adalah sebagian daripada nation building Indonesia, revolusi kita untuk membentuk manusia baru Indonesia, antrapologis, rasial, adalah sebagian daripada nation building Indonesia(https://sport.detik.com).

Penulis: Asti Kurniawati
Instansi: Universitas Sebelas Maret
Editor: Dr. Farabi Fakih, M.Phil.


Referensi:

“Bung Karno Membangun Karakter Bangsa Lewat Asian Games 1962”, https://sport.detik.com/sport-lain/d-3602226/bung-karno-membangun-karakter-bangsa-lewat-asian-games-1962

Ardhiati, Yuke (2005). Bung Karno Sang Arsitek. Kajian Arsitektur, Tata Ruang Kota, Interior, Kria, Simbol, Mode Busana dan Pidato 1926-1965. Jakarta: Komunitas Bambu.

Djin, Siauw Tiong dan Djoen, Oey Hay (2000). Sumbangsih Siauw Giok Than dan BAPERKI dalam Sejarah Indonesia. Tanpa kota: Hasta Mitra.

Fakih, Farabi (2005). Membayangkan Ibu Kota. Jakarta di Bawah Sukarno. Yogyakarta: Ombak.

Sukarno (1965). Di Bawah Bendera Revolusi. Jakarta: Panitia Penerbit Di Bawah Bendera Revolusi, Jilid Kedua, Cetakan Kedua.

Ardiansyah, Iqbal dan Aly, Sudianto (2017). “The Expression of National-Building and The Character-Building and the Character-Building Spirit as National Identity in the Istiqlal Mosque’s Architecture, Jurnal RISA (Riset Arsitektur), Volume 01, Nomor 04, edisi Oktober.

Yahya, Senja Kala (Ed.) (2015). Naskah Sumber Arsip Presiden RI. Arsip Nasional Republik Indonesia.