Pax Neerlandica

From Ensiklopedia


Pax Neerlandica atau Pax Nederlandica atau Pax Netherlandica adalah sebuah konsep yang bermakna penguasaan seluruh Hindia Belanda, baik secara politik, ekonomi, dan budaya oleh Belanda. Munculnya gagasan ini dilatarbelakangi oleh kekuatiran Belanda jika ada negara kolonialis lainnya yang juga ingin menguasai Nusantara atau ada bagian Nusantara. Sebab sebelum gagasan ini muncul, masih ada kawasan Nusantara yang belum sepenuhnya dikuasai oleh Belanda, dan persaingan antara negara imperialis dalam meluaskan pengaruhnya masih cukup menonjol. Langkah ini menunjukkan, bahwa Belanda mengalami perubahan orientasi politik, yang awalnya hanya melakukan monopoli perdagangan di daerah jajahannya, menjadi negara yang melakukan politik ekspansi (Boomgard , 2003: 591).

Bila ditelisik lebih jauh, tujuan Pax Neerlandica adalah untuk menciptakan stabilitas politik dan keamanan kekuasaan Belanda di Nusantara, memaksimalkan eksploitasi ekonomi tanah jajahan, serta mengintensifkan penetrasi budaya Belanda khususnya dan Barat pada umumnya di tanah jajahannya. Dengan kata lain, Pax Neerlandica adalah bagian dari maksimalisasi ekspansi politik, eksploitasi ekonomi dan penetrasi budaya Belanda di Hindia Belanda  (Moedjanto, 2003: 49).

Secara politis, untuk mewujudkan Pax Neerlandica, Belanda melakukan ekspansi militer besar-besaran ke daerah-daerah yang belum dikuasainya. Kampanye militer tersebut, antara lain dilakukan ke Aceh, pedalaman Batak, Kerinci, Bali. Di samping itu pemerintah Belanda juga meningkatkan kedudukan dan penguasaannya di daerah-daerah (kerajaan-kerajaan) yang sebelumnya masih diberi otonomi luas. Upaya ini dilakukan dengan cara menjadikan daerah atau kerajaan itu langsung di bawah kekuasaannya dan menjadikan pemimpin atau raja daerah/kerajaan tersebut sebagai bawahan langsungnya. Di beberapa daerah, upaya juga dilakukan dengan pengerahan tentara, sebab ada daerah atau raja yang menolak keinginan Belanda tersebut. Upaya secara politis ini juga dilakukan dengan membentuk jaringan pemerintahan dengan unit-unit administrasi dan jaringan birokrasi kolonial yang bersifat dualisme, yakni Europeeschebestuur dan Inlandschebestuur yang mengarahkan sepenuhnya loyalitas mereka kepada pemerintah (Abdullah, 1991: 224-229).

Secara sosial dan budaya, Pax Nederlandica juga diwujudkan dengan memperkenalkan dan memperluas jaringan pendidikan kolonial serta perluasan penetrasi budaya. Upaya ini dilakukan dengan menambah kesempatan kepada penduduk bumiputra untuk bersekolah dan menambah banyak jenis lembaga pendidikan kolonial. Pemberian apresiasi yang tinggi kepada lepasan sekolah kolonial juga merupakan bagian dari pelaksanaan gagasan Pax Nederlandica ini. Memperkenlankan secara lebih masif budaya Barat (kolonial) melalui gaya hidup, dunia tulis menulis, dunia hiburan, hingga perkawinan (Abdullah 1978: 148; Abdullah, 1991: 224-229).

Tokoh kolonialis yang menggagas Pax Nederlandica ini adalah Johannes Benedictus van Heutsz. Gagasan ini dilontarkannya saat dia menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan selepas dia menjadi panglima perang kolonial dalam menaklukan Aceh. Pengalaman pahitnya secara pribadi, pengorbanan moril dan materil Belanda yang sangat besar dalam merebut Aceh, penolakan yang sunguh-sungguh dari orang Aceh untuk takluk kepada Belanda, serta adanya kekuatan asing yang ikut-serta dalam membantu Aceh menjadi sebagian dari demikian banyak alasan van Heutsz mencanangkan gagasan Pax Nederlandica ini. Dalam praktiknya, gagasan Pax Nederlanda didukung pula oleh sejumlah politisi dan pejabat sipil serta militer, baik yang ada di Hindia Belanda atau di Negeri Induk (Belanda) (Boomgard , 2003: 592-595).

Dengan adanya Pax Neerlandica, Kepulauan Nusantara yang dulunya terpisah-pisah dipersatukan di bawah satu wilayah administratif pemerintahan kolonial dan juga dalam satu jaringan transportasi (laut). Makna lainnya dari Pax Nederlandica ini semakin banyaknya kaum terpelajar dikalangan penduduk pribumi, diadopsinya sistem pendidikan Barat oleh lembaga-lembaga pendidikan tradisional (khususnya lembaga pendidikan Islam), masifnya mobilitas vertikal dan horizontal penduduk bumiputra, bermunculan pusat-pusat aktivitas sosial, politik, ekonomi dan budaya yang baru. Sehingga bisa dikatakan, di samping mengukuhkan dan menjadi kekuasan pemerintah Hidnia Belanda, Pax Nederlandica juga memiliki makna penting bagi Indonesia.

Penulis: Fikrul Hanif Sufyan
Instansi: STKIP Yayasan Abdi Pendidikan Payakumbuh
Editor: Prof. Dr. Phil. Gusti Asnan


Referensi

Abdullah, Taufik. 1978, “The Making of A Schakel Society: The Minangkabau Region In the Nineteenth Century”, dalam Papers of the Dutch-Indonesian Historical Conference Held at Noordwijkerhout, the Netherlands, 19 to 22 May 1976, Leiden: Bureau of Indonesian Studies.

Abdullah, Taufik et.al. (1991). Sejarah Ummat Islam Indonesia. Jakarta: Majelis Ulama Indonesia.

Moedjanto, G (2003). Dari Pembentukan Pax Neerlandica Sampai  Negara Kesatuan Repubik Indonesia. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Boomgaard, Peter (2003). “Smallpox, Vaccination, and the Pax Neerlandica, Indonesia, 1550-1930”. Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia and Oceania. 159 (4).