Penjara Sukamiskin
Sukamiskin adalah satu daerah kelurahan di Kota Bandung yang dikenal dengan penjaranya, “Penjara Sukamiskin”. Penjara Sukamiskin adalah penjara tua yang didirikan dizaman Kolonial Belanda pada tahun 1918 tetapi baru digunakan pada tahun 1924. Maksud dari Belanda mendirikan penjara adalah untuk menghukum kaum politisi atau pergerakan pribumi yang menentang pemerintah kolonial. Penjara Sukamiskin disebut dengan nama Straft Gavangenis voor Intelectuelen (Efrianto, Turino, Syauket 2022: 60). Penjara ini merupakan penjara terbesar di Jawa Barat yang dirancang oleh Prof. CP. Wolff Schoemaker dan Presiden Sukarno juga terlibat perencanaan penjara ini (Suganda 2011: 54).
Beberapa tokoh-tokoh pergerakan bangsa sempat merasakan bagaimana rasanya mendekam di penjara Sukamiskin dan menjadikan penjara ini saksi bagaimana para tokoh bangsa melawan kolonialisme Belanda di Indonesia. Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Sukarno sempat ditahan beberapa waktu di penjara Sukamiskin. Pada Desember 1929, Pemerintah Kolonial Belanda menangkap Sukarno untuk dimasukkan ke penjara dikarena dituduh memberontak terhadap pemerintah kolonial. Awalnya, ia dimasukan ke penjara Banceuy dan setelah menjalani proses pengadilan ia dimasukan ke Sukamiskin dan divonis tahanan selama 4 tahun. Tidak sampai empat tahun pada 1931 Sukarno dibebaskan (Djaja 2004: 7). Selama penahanannya di Sukamiskin Sukarno banyak menghabiskan waktu untuk membaca buku terutama studi tentang Islam (Kasendra 2014:51).
Pada 1 Agustus 1933, Sukarno kembali ditahan di Sukamiskin setelah menghadiri rapat di rumah M. Husni Thamrin di Batavia. Sadar tidak dapat memenjarakan pikiran Sukarno, pemerintah kolonial merencanakan pengasingan untuk Sukarno ke Ende pada tahun 1934 (Suganda 2011:55). Selama di Sukamiskin, Sukarno ditahan di kamar berukuran 2 x 2,5 meter dengan nomor kamar TA-01. Untuk menjatuhkan morilnya Belanda memperlakukan Sukarno sama seperti narapidana lainnya dan diwajibkan kerja kasar yang berat (Suganda 2011:55).
Penjara Sukamiskin juga digunakan pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia. Penjara Sukamiskin dijadikan tempat untuk menahan orang-orang PETA yang melakukan pemberontakan terhadap Jepang di Blitar pada Pebruari 1945 sampai akhir mereka dibebaskan setelah Republik Indonesia Merdeka (Anhar 1992:128).
Penulis: Suprayitno
Instansi: Universitas Sumatera Utara
Editor: Dr. Restu Gunawan, M.Hum
Referensi
Anhar, Ny Ratnawati (1992) Pahlawan Nasional Supriyadi. Jakarta: Balai Pustaka
Djaja. Wahjudi (2004) Misteri Putera Kelud. Yogyakarta: Pusat Studi Kebudayaan UGM
Kasendra, Peter (2014) Bung Karno Panglima Revolusi. Jakarta : Galang Pustaka.
Suganda, Her (2011) Wisata Parijs van Java sejarah, peradaban, seni, kuliner, dan belanja. Jakarta : Penerbit Buku Kompas
Turino. Harris., Syauket, Amalia., Efrianto, Gatot (2022) Efek Jera Pelaku Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: CV Literasi Nusantara Abadi