Pertempuran Laut Aru

From Ensiklopedia

Peristiwa ini terjadi pada 15 Januari 1962 di Laut Aru. Tiga buah Motor Torpedo Boat (MTB) yang tergabung dalam kesatuan patroli cepat, yaitu RI Macan Tutul, RI Harimau, dan RI Macan Kumbang, bertolak dari Jawa ke Irian Barat di bawah komando Kapten Wiratno. Dalam patroli ini ikut para perwira tinggi dan senior seperti Komodor Yos Sudarso, Kolonel Sudomo (Deputi KSAL), Kolonel Mursid (Direktur Operasi ALRI), dan perwira-perwira staf lain (Nasution 1985: 223).   

Pada malam pukul 21.15, ketika tiga kapal tersebut mengarungi Laut Aru, di angkasa setinggi 3.000 kaki terlihat dua pesawat terbang Belanda jenis Neptune dan Firefly. Radar kapal menunjukan dua kapal yang bergerak cepat ke kapal pada jarak 7 mil. Kapal Macan Tutul mendapat serangan dari udara dan laut. Dalam kondisi sulit ini, Yos Sudarso mengambil alih pimpinan kesatuan dan segera memerintahkan kepada awaknya untuk melakukan tembakan balasan. Kapal Macan Tutul di bawah komando Yos Sudarso melakukan manouvre untuk mengalihkan tembakan musuh hanya kepada kapalnya. Manouver tersebut berhasil menarik perhatian sekaligus mengalihkan serangan musuh kepada dua kapal lain. Namun, usaha itu ternyata mengakibatkan tenggelamnya Macan Tutul bersama dengan Yos Sudarso, Kapten Wiratno, Kapten Memed Sastradiwirya, dan 25 anak buahnya. Sebelum kapal tenggelam, Yos Sudarso sempat menyampaikan perintah melalui radio telefoni bahwa “kobarkan semangat pertempuran”. Sebanyak 54 orang dari kapal tersebut berhasil diselamatkan (Nasution 1985: 224).  

Peristiwa ini sangat penting bagi bangsa Indonesia dalam menegakkan kedaulatan di Tanah Air, setelah 17 tahun proklamasi kemerdekaannya. Peristiwa ini berkaitan dengan penundaan penyerahan kedaulatan Irian Barat dari Belanda kepada Indonesia pasca Konferensi Meja Bundar (KMB) di Belanda tahun 1949. Untuk menekan Belanda, pemerintah Indonesia melakukan dua langkah berikut. Pertama, memutuskan tidak terikat lagi dengan hasil KMB pada 3 Mei 1956. Kedua, membentuk Provinsi Irian Barat dengan gubernurnya adalah Sultan Tidore Zainal Syah (Kempen 1959: 10).

Lima tahun setelah pembentukan Provinsi Irian Barat, Presiden Sukarno menyampaikan sikap tegas Indonesia untuk merebut Irian Barat dari Belanda dalam rapat di alun-alun Yogyakarta pada19 Desember 1961, yang dikenal dengan Tiga Komando Rakyat (Trikora). Pertama, gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda. Kedua, kibarkan sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia. Ketiga, bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air Bangsa (Mabes 2000: 118).

Pidato tersebut ditindaklanjuti dengan berbagai langkah, antara lain patroli pengamanan wilayah laut oleh Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) ke perairan Irian Barat. Namun, pihak Belanda juga melakukan langkah yang sama untuk memastikan kekuasannya di sana. Akhirnya terjadi pertempuran di Laut Aru awal tahun 1962.

Penulis: Abd. Rahman Hamid
Instansi: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Editor: Dr. Bondan Kanumoyoso


Referensi

Nasution, A.H. Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 5 (Kenangan Masa Orde Baru). Jakarta: Gunung Agung, 1985.

Mabes. Sejarah TNI Jilid III (1960-1965). Jakarta: Pusat Sejarah dan Tradisi TNI.

Kempen. 1959. Mendjelang Dua Tahun Kabinet Karya 9-IV-'57 – 9 -IV-'59. Jakarta: Kementerian Penerangan RI.