Sarekat Rakjat

From Ensiklopedia

Sarekat Rakjat (SR) berdiri setelah adanya pertentangan dan perpecahan dalam Sarekat Islam (SI) antara SI Merah (kelompok komunis yang diwakili Semaun) dan SI Putih  (kelompok HOS Tjokroaminoto, H. Agus Salim dan Abdul Muis) (https://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20156935.pdf; Cahyono 2003: 16). SI Merah  kemudian berubah menjadi Serikat Rakjat (Lembaga Sedjarah PKI 1961: 59), dan menjadi ormas (underbow) PKI (Hiqmah 2008: 23; Pringgodigdo 1949: 43). Sarekat Rakjat menjadi organisasi massa partai komunis yang dibangun tahun 1923 (Wiliams 2003: 16). Untuk tetap mempertahankan pengaruhnya pada rakyat, PKI mendirikan SR sebagai tandingan cabang-cabang lokal SI (Kartodirdjo 1999: 143). Para pimpinan PKI membuat kebijakan partai untuk membuka cabang-cabang SI Merah di mana terdapat SI Putih, dengan maksud mengumpulkan pengikut-pengikut SI yang setuju dengan komunisme.

Pada awal Oktober 1923, H. Misbach memimpin berdirinya SR Surakarta (Shiraishi 1997: 373). Aktivitas SR Surakarta terbatas karena adanya pelarangan berkumpul dan berorganisasi. SR mengalami kemandegan setelah penangkapan dan pencekalan tokoh-tokoh dan ketua organisasi SR. Aktivitas Misbach sebagai tokoh utama pergerakan di Surakarta berakhir (Shiraishi 1997: 382).

SR Surakarta Kembali diaktifkan oleh Mas Marco Kartodikromo setelah adanya pencabutan pelarangan hak berkumpul di kota Surakarta (https://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20156935.pdf). Tujuan SR adalah  “menghapus” kapitalisme (Shiraishi 1997: 425). Di bawah kepemimpinan Mas Marco, dua kekuatan utama terwakili dalam kepemimpinan SR, yaitu aktivis serikat buruh, Moetokalimoen, dan propagandis Islam dari Gerakan Moe’alimin (Shiraishi 1997: 426. Awal 1925 Marco menetapkan dirinya sebagai pemimpin PKI dan SR Surakarta. Ia memimpin openbare vergadering (rapat umum) dan ledenvergaderingen (rapat anggota) dan sukses memobilisasi dukungan bagi PKI dan SR. Anggota SR meningkat dari 700 orang pada Januari 1925 menjadi 1700 orang pada Mei dan 3000 orang pada akhir tahun. Pendukung SR yang paling banyak bergabung adalah buruh batik, khususnya buruh batik cetak, pengusaha muslim putihan, pedagang dan pengrajin (Shiraishi 1997: 439-440). Kelompok-kelompok SR sebagian besar terdiri dari unsur-unsur yang sangat heterogen seperti pekerja harian dalam layanan pemerintah, semi-intelektual yang menganggur, penduduk desa yang merupakan pekerja paruh waktu di perkebunan gula Belanda, beberapa pedagang kecil yang kecewa di bawah persaingan Cina, dan sebagainya. (Kroef 1963: 39).

Keberadaan SR merosot tajam setelah kegagalan pemberontakan PKI tahun 1926, sehingga selama 1927-1928 banyak anggota dan pengurusnya ditangkap pemerintah dan dibuang ke Boven Digoel, Papua sebagai tahanan politik (De Locomotief, 28 April 1927: 3.)

Penulis: Tiwuk Kusuma Hastuti
Instansi: Universitas Sebelas Maret
Editor: Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, M. Hum.


Referensi

Cahyono, Edi, Soegiri DS, 2003. Gerakan Serikat Buruh: Jaman Kolonial Belanda Hingga Orde Baru. Jakarta: Hasta Mitra.

De Locomotief, “Naar de Digoel”. Tanggal 28 April 1927.

Hiqmah, Nor, 2008. H.M. Misbach: Kisah Haji Merah. Jakarta: Komunitas Bambu.

https://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20156935.pdf

Kartodirdjo, Sartono, 1999. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme Jilid 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999.

Kroef, Justus M. Van Der, 1963. “Peasant and Land Reform in Indonesian Communism” Journal of Southeast Asian History, Mar., 1963, Vol. 4, No. 1. pp. 31-67. Cambridge University Press on behalf of Department of History, National University of Singapore. URL: https://www.jstor.org/stable/20067420

Lembaga Sedjarah PKI, 1961. Pemberontakan Nasional Pertama di Indonesia (1926). Djakarta: Jajasan “Pembaruan”.

Pringgodigdo, A.K., 1949. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, Jakarta: Dian Rakyat.

Shiraishi, Takashi, 1997. Zaman bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Williams, Michael C., 2003. Arit dan Bulan Sabit: Pemberontakan Komunis 1926 di Banten. Yogyakarta: Syarikat Indonesia.