Seminari
Seminari adalah tempat pendidikan teologi untuk calon rohaniwan Kristiani, pastor (Katolik) dan pendeta (Kristen). Dalam Katolik, seminari terdiri atas dua jenjang, Seminari Menengah dan Seminari Tinggi. Sesuai dengan namanya, seminari pertama sederajad dengan sekolah menengah (SMP dan SMA), sementara seminari kedua setara dengan pendidikan tinggi. Kurikulum pendidikan di seminari memadukan pelajaran umum nasional dengan mata pelajaran khas dalam pendidikan teologi Katolik, seperti kitab suci, sejarah gereja, liturgi, beberapa bahasa asing (Sianipar 2017: 147).
Siswa lulusan pendidikan di Seminari Menengah dapat melanjutkan pendidikan di Seminari Tinggi untuk memperoleh pendidikan umum dan teologi lebih lanjut untuk menjadikannya calon Pastor, Frater (Subanar 2003: 50; Rusmanto 2014: 51-52). Seminari Menengah banyak terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur, seperti di Todabelu (Mataloko) yang merupakan pengembangan dari seminari di Sikka. Pada tahun 1950, didirikan seminari di Hokeng (Larantuka). Lima tahun kemudian dirikan lagi Seminari Menengah di Kisol (Ruteng). Tahun 1967, Seminari Menengah di Lela (Maumere) didirikan. Pada paruh kedua tahun 1980an didirikan pula Seminari Menengah di Labuan Bajo (Ruteng) dan Nenuk (Timor).
Seminari Tinggi Katolik pertama di Indonesia terdapat di Kentungan Yogyakarta, didirikan pada tahun 1925. Seminari berikutnya dibuka di Sikka tahun 1926, dan seminari Ladalero di Flores didirikan tahun 1937 (Aritonang dan Steenbrink 2008: 757, 771). Beberapa seminari lainnya kemudian menyusul seperti di Pematang Siantar, Jakarta, Bandung, Malang, Pineleng, Kupang, dan Abepura. Sekarang, seminari Kentungan berubah menjadi Fakultas Teologi Wedabhakti Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (Aritonang dan Steenbrink 2008: 772). Sementara seminari Ladalero bertahan berwujud seminari tinggi, dan menjadi yang terbesar di Indonesia. Tempat pendidikan teologi ini memang lebih lebih populer bagi umat Katolik, namun di Indonesia kehadiran seminari untuk pemeluk Kristen (Protestan) justru lebih awal dibandingkan Katolik. Seminari Kristen tertua didirikan di Depok tahun 1868 (Aritonang dan Steenbrink 2008: 756-757; Khusyairi 2020: 111).
Seminari Depok mendidik calon pekabar Injil dari berbagai etnis di Nusantara dengan menggunakan bahasa Melayu. Mayoritas pekabar Injil yang dihasilkan di seminari ini berasal dari etnis non-Jawa. Lulusan dari Seminari Depok ini berperan pada Kristenisasi penduduk lokal. Seminari Depok dibubarkan pada tahun 1926. Di Pansur Napitu sebuah seminari di bawah zending Rheinische Mission didirikan tahun 1883. Pada tahun 1900, seminari ini dipindah ke Sipohon. Tahun 1927, di Malang didirikan sekolah teologi bernama Bale Wijata (Sir 1976: 167).
Di masa sekarang pendidikan untuk mencetak pendeta dilakukan di universitas Kristen yang memiliki fakultas Teologi atau yang memang mengkhususkan pada pendidikan Teologi, antara lain terdapat di Sekolah Tinggi Teologi Indonesia Jakarta, Universitas Kristen Duta Wacana, Sekolah Tinggi Teologi Bethel Indonesia, Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia, Sekolah Tinggi Agama Kristen Marturia. Tidak seluruh alumni dari seminari maupun pendidikan tinggi teologi akan menjadi pastor atau pendeta (Pilimon 2000: 53-67). Panggilan ilahi, panggilan diri, dan panggilan jemaat yang akan mengantarkan mereka menjadi pemimpin agama, jika tidak mendapatkan panggilan mereka akan kembali menjadi orang awam dengan pengetahuan keagamaan di atas orang awam pada umumnya.
Penulis: Johny Alfian Khusyairi
Instansi: Universitas Airlangga
Editor: Prof. Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum
Referensi
Aritonang, Jan Sihar dan Karel Steenbrink (eds.). 2008. A history of Christianity in Indonesia, Leiden: Brill.
Khusyairi, Johny A., 2020. Javanese Reformed Christians in Yogyakarta and the making of professionals, 1897-1959, tesis doktoral di program studi Ilmu-Ilmu Humaniora Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.
Rusmanto, Pr. 2014. Sang Pangon: Justinus Kardinal Damojuwono, Yogyakarta:Kanisius.
Pilimon, Jahja Elia. 2000. "Hubungan sekolah teologi, rohaniwan lulusannya dan gereja", dalam Veritas, Vol. 1, No. 1, hlm. 53-67.
Sianipar, Desi. 2017. "Pendidikan agama Kristen yang membebaskan: suatu kajian historis PAK di Indonesia", dalam Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen, Vol. 1, No. 1. hlm. 136-157.
Sir, Handoyomarno. 1976. Benih yang tumbuh VII, suatu survey mengenai Gereja Kristen Jawi Wetan, Malang: Gereja Kristen Jawi Wetan.
Subanar, G. Budi, S.J. 2003. Soegija, si anak Betlehen van Java, Yogyakarta: Kanisius.