Soerjadi Soerjadarma

From Ensiklopedia
Soerjadi Soerjadarma. Sumber: Collectie / Archief : Fotocollectie Dienst voor Legercontacten Indonesië. NL-HaNA 2.24.04.02 0 5305

Soerjadi Soerjadarma atau Suryadi Suryadarma adalah tokoh penting dalam sejarah Angkatan Udara (AU) Republik Indonesia. Dia adalah Kepala Staf Tentara Republik Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) yang pertama ketika pada tanggal 9 April 1946 TNI AU didirikan di Yogyakarta. Kedudukan tersebut seiring dengan Penetapan Presiden tentang perubahan status TNI Jawatan Penerbangan menjadi TNI Angkatan Udara. Soerjadi Ditetapkan sebagai kepala staf dengan pangkat Komodor Udara (setingkat Mayor Jenderal). Dalam kepemimpinannya ia menjalankan program penyempurnaan organisasi, penataan perkantoran, perbaikan sarana-prasarana, dan pengadaan peralatan. Ia memimpin Angkatan Udara sejak awal kemerdekaan hingga tahun 1962.

Soerjadi lahir di Banyuwangi pada 6 Desember 1912, putra dari R. Suryaka Soerjadarma, seorang pegawai bank di Banyuwangi. Sejak kecil Soerjadarma telah menjadi yatim piatu. Ia ditinggal oleh ibu kandungnya dalam usia masih kecil, dan ayahnya wafat ketika Soerjadarma berusia sekitar empat tahun (Suryadarma, 2017). Ia kemudian diboyong ke Jakarta oleh kakeknya Dr. Pangeran Boi Soerjadarma, dokter lulusan Sekolah dokter Jawa. Latar belakang keluarganya yang berpendidikan tinggi dan bangsawan Keraton Kanoman Cirebon tersebut memudahkan Soerjadi untuk mengenyam pendidikan modern.

Tahun 1918, Soerjadarma masuk sekolah dasar Europeesche Lager School (ELS) dan berlanjut ke Hoogere Burgerschool te Bandung (HBS Bandung) pada 1926, dan kemudian HBS Jakarta yang diselesaikannya pada tahun 1931. Setelah itu, ia punya keinginan kuat untuk menjadi penerbang yang akhirnya harus terlebih dahulu menempuh pendidikan perwira militer di Koninklijke Militaire Academie (KMA) yang ada di Breda, Belanda. Pada bulan September 1934, Soerjadi Soerjadarma lulus dari Akademi Militer Breda dengan pangkat Letnan Dua. Ia kemudian ditempatkan di Satuan Angkatan Darat Belanda di Nijmegen, dan pada bulan Oktober 1934 hingga akhir 1936 bertugas di Batalyon Infanteri di Magelang. Pada tanggal 3 Juni 1938, Soerjadarma menikah dengan seorang gadis bernama Utami.

Pengalamannya sebagai penerbang berawal dengan mengikuti pendidikan di Sekolah Penerbang Kalijati tahun 1937. Lulus dari situ, ia tidak diberikan brevet penerbang karena imbas dari sikap diskriminasi pemerintah kolonial yang tidak mengizinkan seorang bumiputra menjadi penerbang. Ia hanya diberi kesempatan sebagai navigator dan mengikuti ujian instruktur. Sejak itu tugas-tugasnya sebagai navigator penerbang Angkatan Darat Belanda disandangnya dan penugasannya di satuan-satuan penerbangan Angkatan Darat. Setelah itu, ia malang melintang dalam operasi-operasi AU Belanda, sebagai navigator (Letnan Penerbang Intai) di sekitar Perang Dunia II di wilayah Indonesia. Pasca-proklamasi, peran dan inisiatif Soerjadarma dalam dunia kedirgantaraan Indonesia sangat besar. Di periode tahun 1945-1949, selain mewujudkan pendidikan dan latihan dasar penerbangan militer di Maguwo, Maospati dan Malang, Soerjadarma juga menginisiasi kehadiran pasukan payung pertama di Indonesia, yang kini menjadi Paskhas TNI-AU.

Di awal 1950-an, Soerjadarma memprioritaskan pendirian sekolah-sekolah pendidikan dan latihan penerbangan, sebagai satu langkah penting membangun organisasi AURI. Ia juga mendukung pelaksanaan operasi keamanan di dalam negeri dengan penambahan alat utama sistem persenjataan  (Suryadarma, 2017). Dalam program pendidikan, ia mendorong pengiriman tugas belajar ke Amerika Serikat bagi 60 calon penerbang agar dapat dengan cepat dalam mengatasi kekurangan tenaga penerbang Indonesia. Hasilnya, tahun 1954 menjadi bukti atas kemampuan putra-putri bangsa Indonesia di mana tenaga-tenaga instruktur pendidikan sudah ditangani oleh para perwira dan bintara AURI.

Soerjadarma kemudian mengembangkan minat dirgantara dengan mendirikan Aeroclub di beberapa ibukota provinsi. Usaha ini memungkinkan masyarakat sipil pun dapat mengikuti latihan dan pendidikan penerbangan. Soerjadarma selanjutnya memprakarsai penerbitan majalah kedirgantaraan melalui Dinas Penerbangan AURI. Usaha nyata selanjutnya yang dilakukan Soerjadarma adalah ketika bersama Soetanandika (Kepala Direktorat Penerbangan Sipil) menggagas berdirinya Akademi Penerbangan Curug yang di dalamnya terdapat sekolah penerbangan, sekolah Teknik udara, sekolah lalu lintas penerbangan, dan sekolah meteorologi.

Dalam hal pengambilalihan KNILM/KLM menjadi Garuda Indonesia Airways (GIA), Soerjadarma memainkan peran signifikan melalui usaha negosiasi. Ia pun terus mendorong dan mendukung Nurtanio Pringgoadisuro mewujudkan usaha membangun industri penerbangan Indonesia. Pada tahap awal, usaha ini dinamakan Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (LAPIP) yang secara struktural ada dalam organisasi AURI dimana Soerjadarma menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Udara. Selanjutnya LAPIP berubah nama menjadi Lembaga Industri Penerbangan-Nurtanio (LIPNUR) pada tahun 1976 dan pada tahun 1980 dikenal sebagai Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).

Pada tahun 1960, Soerjadarma merasa bertanggung jawab dengan ulah seorang prajurit Angkatan udara yang menerbangkan pesawat tempur dan menembaki istana negara di Jakarta. Ia kemudian mengajukan pengunduran diri kepada Sukarno namun ditolak. Kembali pada awal tahun 1962, Soerjadarma mengundurkan diri dari jabatannya sebagai KSAU sebagai ekses dari pertempuran Laut Aru yang menewaskan Komodor Laut Yos Sudarso dalam perjuangan mengembalikan Irian Barat ke ibu pertiwi. Situasi ini mengakhiri karir gemilangnya dalam memimpin AURI yang diperankannya sejak awal kemerdekaan. Posisinya sebagai KSAU digantikan oleh Laksamana Madya Udara Omar Dani pada 19 Januari 1962. Namun, sehari kemudian Presiden Sukarno kembali mengangkatnya sebagai Penasehat Militer Presiden. Jabatan tersebut disandangnya selama tiga tahun. Selanjutnya pada 1966 jabatannya adalah Perwira Tinggi diperbantukan pada Menteri/Panglima Angkatan Udara selama dua tahun. Akhirnya pada tanggal 13 Desember 1968, Marsekal Soerjadarma diberhentikan dengan hormat dalam tugas negara dan resmi pensiun. Dalam hubungannya dengan Presiden Sukarno, Soerjadarma memang dikenal sangat setia dan loyal terhadap Sukarno, bahkan dikenal sebagai salah seorang petinggi militer yang berani pasang badan dalam beberapa kali upaya pembunuhan terhadap presiden.

Menginjak usianya yang ke-63 tahun, kesehatannya mulai menurun dan mengidap penyakit komplikasi liver. Soerjadarma akhirnya meninggal dunia pada hari Sabtu tanggal 16 Agustus 1975. Ia kemudian dimakamkan pada tanggal 17 Agustus 1975 bertepatan dengan peringatan hari kemerdekaan Indonesia di Pemakaman Umum Karet Jakarta.

Atas jasa-jasanya meletakkan dasar-dasar pertumbuhan dan perkembangan organisasi TNI AU, pada tahun 2000 Marsekal TNI Rd. Soerjadi Soerjadarma ditetapkan sebagai Bapak Angkatan Udara Republik Indonesia. Sumbangsihnya sangatlah besar dalam mengembangkan dunia kedirgantaraan pada bidang kemiliteran. Namanya diabadikan pada beberapa properti strategis negara, seperti bandara udara Kalijadi yang terletak di Kabupaten Subang Jawa Barat, dinamai dengan Landasan Udara Suryadarma (Soerjadarma). Begitu juga namanya digunakan untuk sebuah perguruan tinggi milik TNI-AU di daerah Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur dengan nama Universitas Suryadarma.

Selain itu, pemerintah juga memberi penghargaan berupa pemberian tanda jasa Bintang Maha Putra Adipurna, Bintang Sakti, Bintang Dharma, Bintang Garuda, Bintang Sewindu RI, Satya Lencana Perang Kemerdekaan I, Satya Lencana GOM I (Madiun), Satya Lencana GOM II (RMS), Satya Lencana GOM IV (Sulawesi Selatan), Satya Lencana GOM V (Jawa Barat), Satya Lencana GOM VII (Aceh), Satya Lencana Sapta Marga, Satya Lencana Kesetiaan VIII & XVI, Medali 10 Tahun AURI, Middle of Yugoslav People Army First Class, The Grand Goron of the Order of the Republik Thai, Order of the Crown, First Class Thai, Order of the White Elephant Second Class Thai.

Soerjadi Soerjadarma adalah sebuah nama besar yang sudah terpatri kokoh dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia sebagai seorang pioneer, pelopor yang begitu besar jasanya dalam membangun sebuah kekuatan udara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang dibangun sejak Indonesia baru mengecap kemerdekaannya (Bachtiar, 2015).

Penulis: Ilham Daeng Makkelo
Instansi: Universitas Hasanuddin
Editor: Prof. Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum


Referensi

Imelda Bachtiar, Aku Sayap Tanah Air: Kisah Hidup dan Perjuangan Bapak AURI Marsekal R. Soeriadi Suryadarma. Jakarta: Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma, 2015.

Suryadarma, Adityawarman. Bapak Angkatan Udara Suryadi Suryadarma. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2017.