Sulaiman Arrasuli
Syekh Sulaiman Arrasuli adalah seorang ulama tradisional dari Sumatra Barat dan seorang tokoh serta pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti). Ulama yang memiliki nama lengkap Muhammad Sulaiman bin Muhammad Rasul ini dilahirkan di Candung, Bukittinggi, Sumatera Barat pada 10 Desember 1871. Ibunya bernama Siti Buliah dan ayahnya Muhammad Rasul, seorang ulama yang mengajar di Surau Tengah Candung, Sumatera Barat. Sejak kecil Syekh Sulaiman Arrasuli belajar agama dari ayahnya dan beberapa guru lain seperti Syekh Muhammad Thaib Umar di Batusangkar dan Syekh Abdullah di Halaban. Pada 1903, Syekh Sulaiman Arrasuli berangkat haji dan memperdalam ilmu agama ke Mekkah. Selama di tanah suci, ia belajar dari beberapa orang guru, terutama kepada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau.
Setelah bermukim di Mekkah selama empat tahun, pada 1907 Syekh Sulaiman Arrasuli kembali ke tanah air dan mendirikan surau di Candung (Effendi, 2010: 88). Pada 1926, atas saran dari sahabatnya Syekh Abbas Padang Lawas (pendiri Arabiyah School), Syekh Sulaiman Arrasuli memodernisasi suraunya. Sistem halaqah di surau diubah menjadi sistem kelas madrasah. Ia juga melengkapi madrasahnya dengan berbagai sarana pendidikan modern, seperti meja, kursi, papan tulis dan lain sebagainya (Koto, 2012: 31).
Syekh Sulaiman Arrasuli, selain berperan sebagai ulama dan pendidik, juga aktif berorganisasi. Pada 1921, Syekh Sulaiman Arrasuli dan sejumlah ulama lainnya mendirikan Ittihadul Ulama Minangkabau (Persatuan Ulama Minangkabau). Organisasi ini bertujuan untuk menyatukan para ulama tradisional guna membela dan mengembangkan paham Ahlussunnah wal Jamaah dan Mazhab Syafi’i (Noer, 1980: 241). Melihat semakin banyaknya ulama tradisional yang mengubah suraunya menjadi madrasah, Syekh Sulaiman Arrasuli kemudian memprakarsai pembentukan wadah pemersatu madrasah berpaham Ahlussunnah wal Jama’ah. Pada rapat 5 Mei 1928 di Candung, diputuskan untuk mendirikan organisasi dengan nama Madrasah Tarbiyah Islamiyah. Organisasi ini kemudian diperluas menjadi Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) pada 20 Mei 1930, yang didirikan di Candung, dengan maksud untuk mempersatukan segenap golongan Islam tradisional di Indonesia (Noer, 1980: 241). Madrasah yang berafiliasi dengan organisasi ini dalam waktu singkat bertambah jumlahnya secara signifikan. Pada 1942 diperkirakan terdapat sekitar 300 sekolah Perti dengan jumlah murid sekitar 45.000 orang (Noer, 1987: 72; Steenbrink, 1994: 64). Setelah Indonesia merdeka, Perti memutuskan menjadi partai politik Islam. Pada 22 November 1945, Syekh Sulaiman Arrasuli ditetapkan sebagai Ketua Majelis Penasehat Pusat (Koto, 2012: 41).
Selain aktif berkiprah di Perti, Syekh Sulaiman Arrasuli juga dipercaya menduduki berbagai jabatan lain. Pada masa Hindia Belanda, ia di antaranya diangkat sebagai Qadhi di nagari Candung dalam Sidang Sabuah Balai periode 1917-1944 dan sebagai Ketua Umum Syarikat Islam (SI) untuk daerah Candung – Baso tahun 1918. Pada 1943, Syekh Sulaiman Arrasuli menjadi Ketua Umum Majelis Islam Tinggi Minangkabau (MITM) dan ikut mewakili MITM menghadiri Muktamar Alim Ulama Sumatera–Malaya di Singapura (Yunus, 1979: 124; Koto, 2016: 17). Ia juga menjadi Ketua Mahkamah Syar’iyah di Sumatera Tengah periode 1947-1960 dan menjabat sebagai penasihat Gubernur Militer Sumatera Tengah pada 1948. Syekh Sulaiman Arrasuli kemudian juga menjadi anggota Konstituante berdasarkan hasil Pemilu pertama tahun 1955 (Koto, 2016: 61). Sebagai seorang ulama, Syekh Sulaiman Arrasuli juga berdakwah melalui tulisan. Terdapat sekitar belasan karya yang dihasilkan, antara lain terkait masalah hukum Islam, tafsir, tasawuf, tauhid dan sejarah Islam. Syekh Sulaiman Arrasuli wafat dalam usia 99 tahun dan dimakamkan di Candung, tempat kelahirannya pada 1 Agustus 1970 (Kosim, 2014: 26).
Penulis: Nazala Noor Maulany
Instansi: Universitas Islam Negeri Mataram
Editor: Dr. Endang Susilowati, M.A
Referensi
Effendi, Djohan (2010). Pembaruan Tanpa Membongkar Tradisi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Kosim, Muhammad “Gagasan Syekh Sulaiman Al-Rasuli tentang Pendidikan Islam dan Penerapannya pada Madrasah Tarbiyah Islamiyah di Sumatera Barat” dalam At-Tarbiyah Vol. V No. 2, Agustus 2014.
Koto, Alaidin (2012) Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Jakarta: Rajawali Pers.
Koto, Alaidin (2016) Buya KH Surajuddin Abbas (Profil dan Pemikiran Politik tentang Indonesia). Jakarta: Rajawali Pers.
Noer, Deliar (1980) Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: Pustaka LP3ES.
Steenbrink, Karel. A. (1994) Pesantren Madrasah Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern. Jakarta: LP3ES.
Yunus, Mahmud (1979) Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Mutiara.