Tambang Grasberg, Papua
Tambang Grasberg adalah tambang tembaga dan emas yang terletak di Tembagapura, dekat Gunung Puncak Jaya (dahulu Puncak Jayawijaya atau Gunung Carstensz) di Pegunungan Barisan Sudirman, Provinsi Papua. Tambang Grasberg dikenal sebagai tambang yang memiliki cadangan emas terbesar, dan cadangan tembaga terbesar kedua di dunia. Hingga 2019, Grasberg merupakan tambang terbuka (open-pit mining), di mana tambang tersebut bertransisi ke pertambangan bawah tanah dengan skala besar (large-scale underground mining). (“Grasberg Open Pit Copper Mine, Tembagapura, Irian Jaya, Indonesia” 2020) Kini, Grasberg dikelola oleh PT Freeport Indonesia yang beroperasi melalui Kontrak Kerja (Contract of Work) dengan Pemerintah Republik Indonesia.
Pertama ditemukan oleh Jean Jacques Dozy, seorang geology Belanda anggota ekspedisi ke Gunung Carstensz pada tahun 1936. Tambang Grasberg pertama dibuka oleh Forbes Wilson, geolog dan vice president Freeport Minerals Co., sebuah perusahaan tambang swasta milik Amerika Serikat. Pada tahun 1960, Wilson mengirimkan ekspedisi ke Gunung Grasberg dan Ertsberg, dan menemukan cadangan tembaga yang potensial. Setelah munculnya Pemerintah Orde Baru Soeharto pada tahun 1966, Grasberg merupakan salah satu konsesi investasi asing pertama yang ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia (McDonald 1980, 81–82). Tambang tersebut pertama beroperasi pada tahun 1973.
Tambang Grasberg telah lama menjadi sumber permasalahan bagi lingkungan hidup dan sosial di Papua. Salah satunya adalah bagaimana tambang ini memproduksi limbah (tailing) secara masif, yang dialirkan ke sistem sungai Aikwa dan Laut Arafura (Perlez and Bonner 2005). Selain itu, Grasberg juga kerap menjadi sasaran pemogokan, seperti pada tahun 2011, 2014, dan 2017 (Somba 2011; Asmarini and Kapa 2014; Asmarini and Taylor 2017).
Pada Agustus 2017, Freeport McMoRan memulai divestasi kepemilikannya atas PT Freeport Indonesia. Pemerintah Indonesia kini memiliki 51.23% dari PT Freeport Indonesia melalui Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) dan PT Indonesia Papua Metal & Mineral, dengan 48.76% sisanya tetap dimiliki oleh Freeport McMoRan (The Jakarta Post 2018).
Penulis: Norman Joshua Soelias
Instansi: Northwestern University
Editor: Dr. Andi Achdian, M.Si
Referensi
Asmarini, Wilda, and Dennys Kapa. 2014. “UPDATE 2-Freeport Indonesia Copper Mine Output Drops Due to Strike -Govt.” Reuters, October 28, 2014.
Asmarini, Wilda, and Susan Taylor. 2017. “Freeport Indonesia Mine Workers Extend Strike for Fourth Month.” Reuters, July 21, 2017.
“Grasberg Open Pit Copper Mine, Tembagapura, Irian Jaya, Indonesia.” 2020. Mining-Technology.Com. June 24, 2020. https://www.mining-technology.com/projects/grasbergopenpit/.
McDonald, Hamish. 1980. Suharto’s Indonesia. Fontana Books.
Perlez, Jane, and Raymond Bonner. 2005. “Below a Mountain of Wealth, a River of Waste.” The New York Times, December 27, 2005. https://www.nytimes.com/2005/12/27/world/asia/below-a-mountain-of-wealth-a-river-of-waste.html.
Somba, Nethy Dharma. 2011. “Freeport Halts Work amid Sabotage, Separatist Pleas.” The Jakarta Post, October 18, 2011. https://www.thejakartapost.com/news/2011/10/18/freeport-halts-work-amid-sabotage-separatist-pleas.html.
The Jakarta Post. 2018. “Indonesia Officially Controls 51.23 Percent of Freeport Shares: Jokowi,” December 21, 2018. https://www.thejakartapost.com/news/2018/12/21/indonesia-officially-controls-51-percent-of-freeport-shares-jokowi.html.