Wisma Yaso
Wisma Yaso adalah bangunan berupa rumah besar dengan halaman luas di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Bangunan tersebut dahulu menjadi kediaman istri Presiden Sukarno, Ratna Sari Dewi. Sukarno menjalani hari-hari terakhir kehidupannya di rumah tersebut sebagai tahanan rumah sebelum meninggal dunia. Selama tinggal di Wisma Yaso, akses Sukarno terhadap dunia luar, bacaan, dan juga dengan pihak keluarga sangat dibatasi, dan pertemuan harus seizin penguasa terlebih dahulu jika mereka akan bertemu Sukarno.
Sebelum dipindahkan ke Wisma Yaso karena pertimbangan kesehatan, Sukarno tinggal di Istana Bogor. Pada 11 Juni 1970, Sukarno dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, untuk menjalani perawatan. Beberapa hari kemudian, pada Minggu, 21 Juni 1970, sang proklamator wafat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat. Jenazah Sukarno kemudian disemayamkan di Wisma Yaso sebelum diberangkatkan menuju tempat peristirahatan terakhir di Blitar, Jawa Timur. Jenazah Sukarno dimakamkan berdekatan dengan makam kedua orangtuanya.
Nama Yaso sebagai nama rumah tinggal Ratna Sari Dewi ini berasal dari nama saudara laki-lakinya yang telah meninggal dunia. Dana pembangunan Wisma Yaso disebutkan berasal dari sumbangan perusahaan-perusahaan Jepang, sedangkan Ratna Sari Dewi sendiri menyebutkan bahwa beberapa orang Jepang dan Indonesia secara sukarela telah membantu dan membangun sebuah rumah untuknya sebagai tempat tinggalnya di Jakarta.
Wisma Yaso mulai dibangun pada tahun 1960. Luas lahan Wisma Yaso secara keseluruhan mencapai sekitar 58.800 meter persegi. Ada tiga bangunan di dalam kompleks rumah tinggal ini, sementara bangunan utama Wisma Yaso terdiri atas dua lantai.
Hingga sekarang, rumah bekas kediaman Ratna Sari Dewi dan Presiden Sukarno ini digunakan sebagai Museum Satria Mandala. Museum ini menyimpan banyak koleksi terkait sejarah perjuangan Tentara Nasional Indonesia, antara lain tandu yang digunakan Jendral Sudirman pada masa perjuangan, surat kabar Angkatan Bersenjata, baju dan pangkat kemiliteran berikut persenjataan yang pernah digunakan Tentara Nasional Indonesia di masa lalu. Penggunaan Wisma Yaso sebagai museum perjuangan Tentara Nasional Indonesia dimulai sejak 5 Oktober 1972.
Penulis: Mohammad Fauzi
Instansi: Masyarakat Sejarah Indonesia
Editor: Dr. Andi Achdian, M.Si
Referensi
Abidin, Antony Z. et.al. Mahar, Pejuang, Pendidik, dan Pendidik Pejuang. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997.
“Akhir Sunyi Seorang Presiden,” Tempo, 15 Mei 2006.
“Bulan Kalangan di Atas RSPAD,” Tempo, 29 Juni 1991.
“Hanya Dewi yang Menuntut,” Tempo, 27 November 1993.
Nishihara, Masashi. Sukarno, Ratna Sari Dewi, dan Pampasan Perang: Hubungan Indonesia-Jepang 1951-1966. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1993.
Zara, M. Yuanda. Sakura di Tengah Prahara: Biografi Ratna Sari Dewi Sukarno. Yogyakarta: Ombak, 2008.