Silas Papare: Difference between revisions

From Ensiklopedia
(Created page with "center|frame|Sumber: kumparan.com Silas Avari Donrai Papare adalah pahlawan nasional Indonesia yang aktif dalam upaya menyatukan Papua dalam Republik Indonesia. Ia lahir di Kampung Ariepi, Serui, Yapen Waropen, Papua Barat pada 18 Desember 1918. Ayahnya bernama Musa Papare dan ibunya adalah Dorkas Mangge. Meskipun di dalam keluarga juga masih menganut tradisi dan kepercayaan lokal, keluarga Silas Papare adalah penganut agama Kristen yang taat. P...")
 
No edit summary
 
(2 intermediate revisions by the same user not shown)
Line 1: Line 1:
[[File:Silas Papare.jpg|center|frame|Sumber: kumparan.com]]
[[File:Silas Papare - ANRI KEMPEN P06 0556.jpg|center|thumb|Silas Papare. Sumber: [https://anri.go.id ANRI. Katalog Daftar Arsip Foto Personal, No. P06-0556]]]
 
 
Silas Avari Donrai Papare adalah pahlawan nasional Indonesia yang aktif dalam upaya menyatukan Papua dalam Republik Indonesia. Ia lahir di Kampung Ariepi, Serui, Yapen Waropen, Papua Barat pada 18 Desember 1918. Ayahnya bernama Musa Papare dan ibunya adalah Dorkas Mangge. Meskipun di dalam keluarga juga masih menganut tradisi dan kepercayaan lokal, keluarga Silas Papare adalah penganut agama Kristen yang taat. Percampuran tradisi dan keyakinan tersebut membentuk kepribadian Silas Papare dalam menunjukkan identitas dan pandangannya ke depan.
Silas Avari Donrai Papare adalah pahlawan nasional Indonesia yang aktif dalam upaya menyatukan Papua dalam Republik Indonesia. Ia lahir di Kampung Ariepi, Serui, Yapen Waropen, Papua Barat pada 18 Desember 1918. Ayahnya bernama Musa Papare dan ibunya adalah Dorkas Mangge. Meskipun di dalam keluarga juga masih menganut tradisi dan kepercayaan lokal, keluarga Silas Papare adalah penganut agama Kristen yang taat. Percampuran tradisi dan keyakinan tersebut membentuk kepribadian Silas Papare dalam menunjukkan identitas dan pandangannya ke depan.


Silas Papare menerima pendidikan model Barat sejak bersekolah di tingkat rendah. Pada 1927 hingga 1930, Silas Papare bersekolah di Sekolah Desa ''(Volkschool)'' Serui, dan melanjutkan pendidikannya pada Sekolah Juru Rawat di Serui dari 1931 hingga 1935. Ia menikah pada 12 April 1936 dengan Regina Aibui dan dianugerahi 9 orang anak. Setelah menamatkan pendidikan di bidang kesehatan, ia sempat bekerja di Rumah Sakit Zending Serui selama setahun, dan sejak 1936 diangkat sebagai tenaga medis di Rumah Sakit Perusahaan ''Nederlandsch Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij'' (NNGPM) hingga 1940. Setelah itu Silas Papare menjadi tenaga medis hingga Kepala Rumah Sakit Zending di Serui (Leirissa 1997: 55-65).
Silas Papare menerima pendidikan model Barat sejak bersekolah di tingkat rendah. Pada 1927 hingga 1930, Silas Papare bersekolah di Sekolah Desa ''([[Volkschool]])'' Serui, dan melanjutkan pendidikannya pada Sekolah Juru Rawat di Serui dari 1931 hingga 1935. Ia menikah pada 12 April 1936 dengan Regina Aibui dan dianugerahi 9 orang anak. Setelah menamatkan pendidikan di bidang kesehatan, ia sempat bekerja di Rumah Sakit Zending Serui selama setahun, dan sejak 1936 diangkat sebagai tenaga medis di Rumah Sakit Perusahaan ''Nederlandsch Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij'' (NNGPM) hingga 1940. Setelah itu Silas Papare menjadi tenaga medis hingga Kepala Rumah Sakit Zending di Serui (Leirissa 1997: 55-65).


Ketika pendudukan Jepang di Papua Barat, Silas Papare menjadi intelijen Belanda dan berhasil menghimpun kekuatan rakyat di Biak, Yapen Waropen, Nabire, dan Wandamen. Jepang berhasil dikalahkan oleh Sekutu dan Belanda di Papua sejak April 1944. Setelah Jepang kalah di Papua, kekuasaan kolonial Belanda berusaha untuk menyatukan seluruh wilayah Papua. Sejak 1945, Belanda berusaha melakukan dekolonisasi Tanah Papua. Selama itu, tokoh pergerakan Papua ini bertemu dan bertukar pikiran dengan eks-Digulis maupun aktivis kemerdekaan Indonesia dari Australia pasca 1945 yang berperan dalam membentuk Komite Indonesia Merdeka (KIM). Pergumulan intelektual dan diskusi pergerakan mendorong Silas Papare dan tokoh lainnya mengadakan perlawanan kepada Belanda di Serui, Biak dan Manokwari. Sepanjang 1946, beberapa kali Silas Papare mengorganisir perlawanan kepada Belanda hingga ditangkap di Biak dan Serui (Leirissa 1997: 67-74). Di dalam pengasingan, pada 1946 Silas Papare bertemu dengan Dr. G.S.S.J. Ratulangie yang mengintrodusir berdirinya Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII) yang mana Silas Papare menjadi ketuanya (Lumintang 2009: 56-57).
Ketika pendudukan Jepang di Papua Barat, Silas Papare menjadi intelijen Belanda dan berhasil menghimpun kekuatan rakyat di Biak, Yapen Waropen, Nabire, dan Wandamen. Jepang berhasil dikalahkan oleh Sekutu dan Belanda di Papua sejak April 1944. Setelah Jepang kalah di Papua, kekuasaan kolonial Belanda berusaha untuk menyatukan seluruh wilayah Papua. Sejak 1945, Belanda berusaha melakukan dekolonisasi Tanah Papua. Selama itu, tokoh pergerakan Papua ini bertemu dan bertukar pikiran dengan eks-Digulis maupun aktivis kemerdekaan Indonesia dari Australia pasca 1945 yang berperan dalam membentuk Komite Indonesia Merdeka (KIM). Pergumulan intelektual dan diskusi pergerakan mendorong Silas Papare dan tokoh lainnya mengadakan perlawanan kepada Belanda di Serui, Biak dan Manokwari. Sepanjang 1946, beberapa kali Silas Papare mengorganisir perlawanan kepada Belanda hingga ditangkap di Biak dan Serui (Leirissa 1997: 67-74). Di dalam pengasingan, pada 1946 Silas Papare bertemu dengan [[Sam Ratulangie]] yang mengintrodusir berdirinya Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII) yang mana Silas Papare menjadi ketuanya (Lumintang 2009: 56-57).


PKII dan KIM adalah motor organisasi pergerakan nasionalisme di Papua. Silas Papare mewakili kelompok Papua di dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada Desember 1949. Silas Papare memimpin Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII) yang memperjuangkan kedaulatan dan kemerdekaan Irian (Papua) dari dekolonisasi Belanda dalam Konferensi Meja Bundar (KMB), serta perjuangan diplomasi hingga Persetujuan New York pada 1962. Karir politiknya berkembang pesat di ibu kota Jakarta. Dia terpilih menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPRS) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) mewakili Papua pada 1954 hingga 1960. Pada 1962, Silas Papare adalah anggota Delegasi Republik Indonesia dalam penandatanganan Persetujuan Indonesia-Belanda di New York ''(New York Agreement)''.   
PKII dan KIM adalah motor organisasi pergerakan nasionalisme di Papua. Silas Papare mewakili kelompok Papua di dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada Desember 1949. Silas Papare memimpin Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII) yang memperjuangkan kedaulatan dan kemerdekaan Irian (Papua) dari dekolonisasi Belanda dalam [[Konferensi Meja Bundar]] (KMB), serta perjuangan diplomasi hingga Persetujuan New York pada 1962. Karir politiknya berkembang pesat di ibu kota Jakarta. Dia terpilih menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPRS) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) mewakili Papua pada 1954 hingga 1960. Pada 1962, Silas Papare adalah anggota Delegasi Republik Indonesia dalam penandatanganan Persetujuan Indonesia-Belanda di New York ''(New York Agreement)''.   


Silas Papare meninggal di Rumah Sakit Pertamina Jakarta karena sakit pada 7 Maret 1979. Dia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Trikora Serui (Leirissa 1997: 108-117). Atas jasa-jasanya pada negara, pada tahun 1993 pemerintah menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada Silas Papare.
Silas Papare meninggal di Rumah Sakit Pertamina Jakarta karena sakit pada 7 Maret 1979. Dia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Trikora Serui (Leirissa 1997: 108-117). Atas jasa-jasanya pada negara, pada tahun 1993 pemerintah menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada Silas Papare.
Line 18: Line 20:


Lumintang, Onie M. (2009). “The Resistance of People in Papua (1945-1962)”, ''Historia: International Journal of History Education,'' Vol. X, No. 2, December 2009.
Lumintang, Onie M. (2009). “The Resistance of People in Papua (1945-1962)”, ''Historia: International Journal of History Education,'' Vol. X, No. 2, December 2009.
[[Category:Tokoh]]
{{Comment}} [[Category:Tokoh]]

Latest revision as of 20:58, 28 August 2024

Silas Papare. Sumber: ANRI. Katalog Daftar Arsip Foto Personal, No. P06-0556


Silas Avari Donrai Papare adalah pahlawan nasional Indonesia yang aktif dalam upaya menyatukan Papua dalam Republik Indonesia. Ia lahir di Kampung Ariepi, Serui, Yapen Waropen, Papua Barat pada 18 Desember 1918. Ayahnya bernama Musa Papare dan ibunya adalah Dorkas Mangge. Meskipun di dalam keluarga juga masih menganut tradisi dan kepercayaan lokal, keluarga Silas Papare adalah penganut agama Kristen yang taat. Percampuran tradisi dan keyakinan tersebut membentuk kepribadian Silas Papare dalam menunjukkan identitas dan pandangannya ke depan.

Silas Papare menerima pendidikan model Barat sejak bersekolah di tingkat rendah. Pada 1927 hingga 1930, Silas Papare bersekolah di Sekolah Desa (Volkschool) Serui, dan melanjutkan pendidikannya pada Sekolah Juru Rawat di Serui dari 1931 hingga 1935. Ia menikah pada 12 April 1936 dengan Regina Aibui dan dianugerahi 9 orang anak. Setelah menamatkan pendidikan di bidang kesehatan, ia sempat bekerja di Rumah Sakit Zending Serui selama setahun, dan sejak 1936 diangkat sebagai tenaga medis di Rumah Sakit Perusahaan Nederlandsch Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM) hingga 1940. Setelah itu Silas Papare menjadi tenaga medis hingga Kepala Rumah Sakit Zending di Serui (Leirissa 1997: 55-65).

Ketika pendudukan Jepang di Papua Barat, Silas Papare menjadi intelijen Belanda dan berhasil menghimpun kekuatan rakyat di Biak, Yapen Waropen, Nabire, dan Wandamen. Jepang berhasil dikalahkan oleh Sekutu dan Belanda di Papua sejak April 1944. Setelah Jepang kalah di Papua, kekuasaan kolonial Belanda berusaha untuk menyatukan seluruh wilayah Papua. Sejak 1945, Belanda berusaha melakukan dekolonisasi Tanah Papua. Selama itu, tokoh pergerakan Papua ini bertemu dan bertukar pikiran dengan eks-Digulis maupun aktivis kemerdekaan Indonesia dari Australia pasca 1945 yang berperan dalam membentuk Komite Indonesia Merdeka (KIM). Pergumulan intelektual dan diskusi pergerakan mendorong Silas Papare dan tokoh lainnya mengadakan perlawanan kepada Belanda di Serui, Biak dan Manokwari. Sepanjang 1946, beberapa kali Silas Papare mengorganisir perlawanan kepada Belanda hingga ditangkap di Biak dan Serui (Leirissa 1997: 67-74). Di dalam pengasingan, pada 1946 Silas Papare bertemu dengan Sam Ratulangie yang mengintrodusir berdirinya Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII) yang mana Silas Papare menjadi ketuanya (Lumintang 2009: 56-57).

PKII dan KIM adalah motor organisasi pergerakan nasionalisme di Papua. Silas Papare mewakili kelompok Papua di dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada Desember 1949. Silas Papare memimpin Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII) yang memperjuangkan kedaulatan dan kemerdekaan Irian (Papua) dari dekolonisasi Belanda dalam Konferensi Meja Bundar (KMB), serta perjuangan diplomasi hingga Persetujuan New York pada 1962. Karir politiknya berkembang pesat di ibu kota Jakarta. Dia terpilih menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPRS) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) mewakili Papua pada 1954 hingga 1960. Pada 1962, Silas Papare adalah anggota Delegasi Republik Indonesia dalam penandatanganan Persetujuan Indonesia-Belanda di New York (New York Agreement)

Silas Papare meninggal di Rumah Sakit Pertamina Jakarta karena sakit pada 7 Maret 1979. Dia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Trikora Serui (Leirissa 1997: 108-117). Atas jasa-jasanya pada negara, pada tahun 1993 pemerintah menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada Silas Papare.

Penulis: Budi Agustono


Referensi

Leirissa, R.Z. (ed.). (1997). Biografi Pahlawan Nasional Marthin Indey dan Silas Papare. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Dirjen Kebudayaan Depdikbud.

Lumintang, Onie M. (2009). “The Resistance of People in Papua (1945-1962)”, Historia: International Journal of History Education, Vol. X, No. 2, December 2009.