Rosseno Soerjohadikoesoemo: Difference between revisions

From Ensiklopedia
No edit summary
m (Text replacement - "Category:Tokoh" to "{{Comment}} Category:Tokoh")
Line 33: Line 33:


<nowiki>https://ahmad.web.id/sites/apa_dan_siapa_tempo/profil/R/20030625-98-R_1.html</nowiki>.
<nowiki>https://ahmad.web.id/sites/apa_dan_siapa_tempo/profil/R/20030625-98-R_1.html</nowiki>.
{{Comment}}
[[Category:Tokoh]]
[[Category:Tokoh]]

Revision as of 15:17, 8 August 2023

R. Rosseno Soerjohadikoesuemo adalah seorang arsitek dan cendekiawan terkemuka di Indonesia.  Ia dikenal juga sebagai Bapak Konstruksi Beton. Rosseno lahir di Madiun, Jawa Timur, pada 2 Agustus 1908 dan meninggal di Jakarta pada tanggal 5 Juni 1996. Ia dilahirkan dari pasangan suami istri  Raden Roostamadji Soemodiwiryo dengan Raden Rara Endran Soemodologo. 

Rosseno mengikuti Sekolah Landasan di Ngawi. Ia melanjutkan Sekolah Lanjutan di MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs) di Madiun dan kemudian menjalani pendidikan lanjutan di Yogyakarta hingga lulus Sekolah Menengah Atas, yang dikenal AMS (Algemeen Middlebare School), pada 1928. Dari situ, dia menempuh pendidikan tinggi di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB). Rooseno menyelesaikan pendidikan dan dinyatakan berhasil lulus menjadi Insinyur pada tanggal 1 Mei 1932.

Rosseno pernah menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Perhubungan pada masa pemerintahan Kabinet Ali Sastroamidjojo I. Ia dijuluki sebagai Bapak Beton Indonesia karena trlah membangun menara-menara tinggi di tanah air, di antaranya Monumen Nasional (Monas) dan Menara Televisi Republik Indonesia (Budianta 2008: 51).

Pada zaman Sukarno menjadi presiden, ia berperan secara signifikan dalam proyek-proyek besar dimana tampak perpaduan antara tradisi dan pemikiran baru (Lubis 2010: 83). Ia ditunjuk sebagai pengawas seperti Hotel Indonesia, Gedung Sarinah, Stadion Ganefo, dan Tugu Monas (Diran 2008: 146; Husain 2010: 5). Riwayat kariernya antara lain mengetuai Tim Rehabilitasi Candi Borobudur, Asisten Profesor Geodesi TH Bandung (1932-1939), Insinyur Konstruksi Deputi PU di Bandung (1935-1939), Insinyur Konstruksi Deputi PU Kediri (1939-1943), Guru Akbar (Kyodju) dalam bagian Ilmu Beton di Bandung Kogyo Daigaku (1944-1945), Kepala Sekolah Tinggi Teknik Bandung (STT Bandung) (1945-1946), Kepala Sekolah Tinggi Teknik Bandung (STT Bandung) di Yogyakarta (1946-1947), Konsultan Teknik di Jakarta (1949-1953), Guru Akbar Faculteit van Technische Wetenschap Universiteit van Indonesie te Bandoeng (sejak 1949), Menteri PU&T (1953), Menteri Perhubungan (1954), Menteri Ekonomi (1955), Dekan Fakultas Teknik UI (1964-1974), Konsultan Teknik/Direktur PT Exakta, Direktur Freyssinet Indonesia Ltd. dan Direktur Biro Oktrooi Patent Roosseno.

Pada awal karirnya, Rosseno tercatat sebagai salah seorang pendiri Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pada masa pendudukan Jepang, pada tanggal 1 April 1944, Roosseno diangkat sebagai Guru Akbar (Kyodju) dalam mata kuliah Ilmu Beton di Bandung Kogvo Daigaku. Pada tahun 1948, Rooseno pindah ke Jakarta dan membangun Kantor Consulting Engineer. Roosseno pernah menjadi anggota Partai Indonesia Raya (Parindra), di mana  ia mewakili partai tersebut di Gemeenteraad Bandung. Sebenarnya, ia kurang menyenangi dunia politik, meskipun sejak muda pernah ikut partai politik. Ia mengaku “masuk partai bukan untuk mencari makan.” Soal makan dan uang, Rosseno tentu dapat bekerja berdasarkan keahliannya.

Berbekal talenta dan keunggulan yang dimilikinya, Roosseno mendapat tempat terhormat di hati sahabat, kolega dan mahasiswanya. Pemerintah RI menganugerahinya Satya Lencana, karena berperan membangun Kompleks Asian Games Senayan (1962). Ia menerima penghargaan Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Teknik di ITB (1977) dan Bintang Mahaputra Utama (1984). Wajahnya juga muncul menjadi salah satu koleksi perangko keluaran tahun 2003.

Penulis: Ketut Ardhana


Referensi

Brugmans, J. L. A. Geschiedenis van het Onderwijs in Nederlandsch-Indie. Groningen-Batavia: J. B. Wolkers’s Uitgegevers Maatschappij. 1938. 

Nasution, A. H. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, 3 Diplomasi Sambil Bertempur. Bandung: Angkasa, 1977.

Ridwan Lubis, M. Sukarno dan Modernisasi Islam. Depok: Komunitas Bambu, 2010.

Sarkawi B. Husain, “Mereka Tidak Bisa: Makna dan Perebutan Simbol Monumen, Patung dan Tugu di Kota Surabaya”, dalam Taufik Abdullah dan Sukri Abdurachman (eds.). Indonesia Across Orders: Arus Bawah Sejarah Bangsa (1930—1960). Jakarta: PMB LIPI bekerjasama dengan Nederlands Instituut voor Oorlog Documentatie (NIOD), 2010. 

http://p2k.itbu.ac.id/ind/3070-2950/Ir-Roosseno-Soerjohadikoesoemo_51578_itbu_ensiklopedia-dunia-q-itbu.html.

https://tirto.id/sejarah-hidup-ir-roosseno-konco-sukarno-dan-bapak-beton-indonesia-d7qa.

https://alsi-itb.org/prof-dr-ir-r-roosseno-soerjohadikusumo/

https://id.wikipedia.org/wiki/Roosseno_Soerjohadikoesoemo.

https://ahmad.web.id/sites/apa_dan_siapa_tempo/profil/R/20030625-98-R_1.html.