Gedung Sarinah
Sarinah adalah nama gedung berlantai lima belas setinggi 74 meter, satu lantai terletak di bawah tanah. Gedung Sarinah berada di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. Dalam ingatan Presiden Sukarno, nama Sarinah adalah pengasuh dan pendidik Sukarno waktu kecil. Gedung Sarinah dibangun sebagai pusat perniagaan, perdagangan ekspor-impor, dan untuk menjalin atau membuka hubungan perniagaan dengan dunia industri. Gedung Sarinah dirancang sebagai toko serba ada dan serba guna agar masyarakat dapat membeli segala rupa barang kebutuhan sehari-hari. Nama resmi pusat perniagaan ini adalah Department Store Indonesia Sarinah.
Gedung Sarinah dirancang dengan bantuan arsitek Denmark, Abel Sorensen, dibangun oleh kontraktor Jepang, sementara anggaran pembangunan gedung berasal dari dana pampasan perang. Pembangunan Gedung Sarinah dimulai pada 1962 dan selesai pada 1966. Fasilitas bagi pengunjung gedung ini adalah eskalator dan tangga berjalan, yang pertama di Indonesia. Fasilitas lainnya adalah tempat penukaran uang yang dibuka pada 11 Agustus 1968.
Presiden Sukarno berperan penting dalam pembangunan Gedung Sarinah. Saat pemancangan tiang pertama pada 23 April 1963, Sukarno menyatakan bahwa Gedung Sarinah dibangun sebagai suatu sarana untuk mendistribusikan barang-barang kebutuhan rakyat. Menurut Sukarno, Gedung Sarinah juga sebagai ajang pemasaran barang-barang produksi dalam negeri terutama hasil-hasil dari pertanian dan industri rakyat. Tujuan pembangunan Gedung Sarinah semula untuk stabilisator harga, dan barang-barang yang diperdagangkan di sini dibeli langsung dari produsen tanpa melalui perantara. Dalam perkembangannya, pasca pergantian pemerintahan dari Sukarno ke Soeharto, aktivitas Gedung Sarinah menjadi bisnis semata dan bukan sebagai pengendali harga atau sebagai badan sosial bagi rakyat.
Oleh Sukarno, Gedung Sarinah diharapkan menjadi alat perjuangan untuk merealisasikan amanat penderitaan rakyat, yakni mewujudkan masyarakat adil dan makmur, masyarakat tanpa exploitation de l’homme par l’homme atau eksploitasi manusia oleh manusia lain. Sarinah sebagai stabilisator harga dimaksudkan agar harga barang-barang yang dijual di luar gedung ini tidak akan lebih tinggi harganya. Pembangunan Gedung Sarinah juga bertujuan memacu pertumbuhan produk-produk dalam negeri sehingga barang-barang buatan lokal meningkat, sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan ekspor produk Indonesia serta mengurangi ketergantungan terhadap barang-barang impor. Juga, toko serba ada dan serba guna ini dimaksudkan pula sebagai alat pemberdayaan kaum perempuan, sehingga mereka dapat memperoleh harkat dan penghidupan yang lebih baik di masa kemerdekaan.
Gedung Sarinah juga memiliki relief berbahan beton bertulang setinggi 3 meter panjang 12 meter bertema keseharian atau kerakyatan karya seniman tahun 1960an. Relief menampilkan dua belas sosok petani dan nelayan, hasil-hasil pertanian, dan juga perahu layar. Relief ini selama bertahun-tahun berada di bagian mesin di lantai dasar dan tidak dipamerkan ke publik. Pada 2022 selesai Gedung Sarinah direnovasi, relief itu ditampilkan kepada publik sekaligus menjadi ikon Gedung Sarinah.
Penulis: Mohammad Fauzi
Instansi: Masyarakat Sejarah Indonesia
Editor: Dr. Andi Achdian, M.Si
Referensi
Amanat Presiden Sukarno pada Pemantjangan Tiang Pertama Gedung Department Store “Sarinah” di Djalan Thamrin, Djakarta, 23 April 1963.
“Department Store ‘Sarinah’ Toko Etjeran Raksasa jang Mendjual Segala Rupa Barang,” Mingguan Djaja, 20 April 1963.
https://historia.id/ekonomi/articles/sarinah-toko-murah-bukan-toko-mewah P37ZP/page/1
https://historia.id/kultur/articles/siapakah-sarinah-vZVML
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-55714420
“Kata Bu Wardoyo: Karno Keliru yang Berjasa Bukan Sarinah, Tapi Sainah,” Famili 71, [1982?], hal 18-19.
"PT Departement Store Indonesia 'Sarinah' Didirikan," Mingguan Djaja, 1 September 1962.