Sudisman
“Tidak setiap pertandingan dimahkotai dengan kemenangan
Tetapi tujuan hidup adalah memiliki keberanian
untuk memasuki pertempuran yang sengit
dan pada saat yang sama memenangkan kemenangan
Inilah impian setiap orang yang berjuang, tidak terkecuali komunis
Ini juga impian hidupku
Karena tanpa mimpi, tanpa cita-cita, hidup itu tandus dan kosong”
Pada 1920 seorang anak laki-laki lahir. Dalam perjalanan waktu takdir membawanya menjadi anggota tertinggi keempat dari Politbiro Partai Komunis Indonesia yakni Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis Indonesia (PKI). Sudisman namanya, tokoh pejuang yang sangat berani melewati pasang surut revolusi Indonesia. Bagi Sudisman, hidup adalah sebuah perjuangan dan melalui sebuah perjuangan barulah manusia hidup. Salah satu motto Sudisman adalah “kita hidup untuk mempertahankan hidup itu dengan keberanian sampai jantung kita berhenti berdetak”. Sudisman mengakui bahwa dari rengekan pertamanya sebagai bayi hingga nafas terakhirnya, hidup adalah perjuangan (Anderson, 2006: 269).
“The King Maker”, begitu julukan untuk Sudisman oleh D.N. Aidit dan Amir Syarifuddin. Sebelum perang kemerdekaan Indonesia tahun 1945, Sudisman adalah anggota aktif dalam Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) bersama Amir Syarifuddin, Moh. Yamin, Wikana, dan A.K. Gani. Organisasi ini merupakan salah satu organisasi pergerakan nasional, yang berdiri di Jakarta pada 24 Mei 1937 (The History of Indonesia 1910-1940). Pada bulan Agustus 1950 PKI membuka kantor di Jakarta yang sebelumnya berada di Yogyakarta. Pemimpinnya adalah D.N. Adit, M.H Lukman, Nyoto, dan Sudisman (Notosusanto, t.t: 104).
Gerakan ini merupakan salah satu gerakan anti-fasis yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Di Jakarta, kader-kader PKI seperti Wikana, D.N. Aidit, Hoetabarat, Soemarto termasuk Sudisman, aktif ambil bagian dalam memimpin berbagai organisasi legal, semi-ilegal dan illegal. Mereka menghimpun massa dan menggunakan organisasi-organisasi itu untuk mendidik dan melatih massa melawan fasisme Jepang. Itu adalah organisasi yang tegas anti fasis, Gerakan Indonesia Merdeka (Gerindom). Organisasi ini menjadi tempat Sudisman mengabdikan dirinya dengan tujuan memerdekakan Indonesia. Suatu ketika kekuasaan fasis Jepang mencium kegiatan orang-orang komunis lalu melakukan penangkapan. Mereka yang ditangkap yakni Sudisman, Koesnandar, Soebijanto Koesoemo, Hardjo Soepigi, Tjoegito, Sjaifoellah,dan Fatah Jasin. Di Semarang ditangkap Kasim, Broto, di Nganjuk ditangkap Tarmoedji, di Tulung Agung ditangkap Soeparto, di Blitar ditangkap Noto, selanjutnya ketua CC PKI ditangkap di Purworejo serta kader-kader PKI dan tokoh-tokoh lainnya (Suroso, t.t: 45)
Sudisman anggota Politbiro PKI berpangkat tertinggi yang tampil di mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) karena para anggotanya tewas. Ia di sidang pada bulan Juli 1967 (Hunter, t.t: 35), Sudisman wafat dengan proses dieksekusi pada Oktober 1968.
Penulis: Sarlota Naema Sipa
Instansi: UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Editor: Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, M. Hum.
Referensi
Suroso, Suar, 2013 “Akar dan Dalang Pembantaian Manusia Tak Berdosa dan Penggulingan Bung Karno” Bandung:Ultimus.
Anderson, Benedict R. O’G. 2006 “Langue and Power: Exploring Polical Cultures in Indonesia”, Jakarta:Equinox Publishing.
The History of Indonesia, New Nationalism 1910-1940. http://home.iae.nl/users/arcengel/Indonesia/1910.htm Diakses pada tanggal 04 November 2021.
Notosusanto, Nugroho, 1985 “Pejuang dan Prajurit”, Jakarta:Sinar Harapan.
Helen, Louise Hunter, Tahun..”Sukarno and the Indonesian coup the untold story”.