Andi Ramang
Andi Ramang adalah seorang atlet sepakbola yang sejak lama menjadi kebanggaan Persatuan Sepakbola Makassar (PSM), sebuah klub yang didirikan pada tahun 1915. Sebelum berlaga untuk PSM, Ramang pernah bermain untuk PERSIS (Persatuan Sepakbola Induk Sulawesi). Melalui tim inilah Ramang dapat menjajal peran sebagai pemain penyerang (striker) dari PSM ketika namanya masih MVB (Makassar Voetbal Bond).
Ia lahir pada 24 April 1924 di Barru, Sulawesi Selatan. Kemampuan bersepakbola Ramang sedikit banyak diciptakan dari lingkungan keluarganya. Ayah Ramang, seorang pegawai Kesultanan Barru, adalah ahli sepakraga. Betapapun berbeda dari sepakbola, sepakraga sama-sama menggunakan bola dan mengandalkan kekuatan fisik. Kemampuan inilah yang menginspirasi Ramang kecil untuk menggeluti bidang yang serupa. Selain itu, ayah Ramang membiasakan sang anak untuk berlatih fisik dengan berjalan jauh.
Selain itu, seorang perwira TNI bernama Andi Mattalatta, yang usianya tak terlampau jauh dari Ramang, dikabarkan merupakan salah satu pendukung setianya. Mantan Pangdam Hasanuddin sekaligus pecinta olahraga ini dikabarkan mendorong Ramang untuk meninggalkan Barru untuk pindah ke Ujung Pandang, Makassar kala itu. Keputusan ini tentu tepat karena di Makassar-lah bintang Ramang bersinar. Salah satu prestasinya adalah menjebol gawang sebanyak sembilan kali dalam suatu pertandingan.
Selain bermain bersama Juku Eja, julukan PSM yang bermakna “ikan merah,” Ramang juga bermain bersama tim nasional Indonesia (Timnas) pada tahun 1950-an. Pada tur keliling Asia pada tahun 1953, Ramang berhasil mencetak 19 gol. Di masa-masa ini pula, Timnas berhasil mencetak salah satu rekor yang hingga hari ini belum terpecahkan. Rekor tersebut adalah bermain imbang dengan tim bola Uni Soviet (0-0) dalam perempat final Olimpiade musim panas ke-16 di Melbourne, Australia, pada tahun 1956. Dalam pertandingan ini, Ramang bahkan sempat berhadap-hadapan langsung dengan Lev Yasin, penjaga gawang kesebelasan Uni Soviet kala itu. Dicatat dalam sejarah olimpiade bahwa Uni Soviet memenangkan final laga bola tersebut.
Menjelang piala dunia di Swedia, Timnas dengan Andi Ramang sebagai penyerangnya juga percaya diri bermain di putaran kedua kualifikasi. Meskipun berhasil menunjukkan tajinya di hadapan Cina dengan unggul 4-3, Indonesia akhirnya memutuskan untuk hengkang dari perhelatan olahraga sepakbola tersebut. Alih-alih alasan olahraga, keputusan ini diambil karena hubungan politik yang memburuk dengan salah satu peserta: Israel.
Betapapun namanya begitu harum, Ramang tak luput dari kontroversi. Pada tahun 1961, ia diduga menerima suap pengaturan skor. Di dalam sebuah pertandingan, PSM diduga terlalu sering tidak memanfaatkan kans untuk menjebol gawang lawan. Oleh karena itu, PSM membentuk tim investigasi yang keluar dengan nama Ramang sebagai seorang di balik intrik ini. Ramang tidak pernah menerima dakwaan ini betapapun dirinya sudah divonis tidak boleh bermain bola seumur hidupnya. Karir kepelatihannya-pun perlahan-lahan digeser oleh para pelatih berlisensi.
Dikabarkan bahwa Ramang meninggal pada tahun 1978 dalam jerat kemiskinan dan penyakit paru-paru. Bagi para pendukung Juku Eja, kenangan terhadap Ramang hadir setidaknya masih hadir melalui patung dirinya di Lapangan Karebosi, Kota Makassar.
Penulis: Satrio Dwicahyo
Instansi: Departemen Sejarah Universitas Gadjah Mada
Editor: Dr. Farabi Fakih, M.Phil.
Referensi
Abidin, Aslan., Anwar, Ahyar. Tokoh-tokoh di Balik Nama-Nama Jalan Kota Makassar. Indonesia: Indonesian Culture Watch, 2008.
Pusat Data dan Analisa Tempo. Kisah Panjang Suap Sepak Bola Indonesia. N.p.: Tempo Publishing, 2019.
Pusat Data dan Analisa Tempo. Kiprah Sepak Bola Nasional Menerobos Piala. Dunia. N.p.: Tempo Publishing, 2019.
Suara rakyat Indonesia. China: Indonesian Organization for Afro-Asian People's Solidarity., 1978.