Angkatan Kelima

From Ensiklopedia

Angkatan Kelima adalah satu angkatan tambahan dalam pertahanan dan keamanan. Isu pembentukan Angkatan Kelima menguat menjelang peristiwa Gerakan 30 September (G30S), sehingga dianggap sebagai salah satu upaya Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk membentuk milisi di luar empat unsur pertahanan yang telah tergabung dalam Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), yaitu Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan Kepolisian. Terdapat dua versi narasi mengenai penggagas Angkatan Kelima. Versi pertama menyebut D. N. Aidit yang merupakan Ketua Comitte Cental (CC) PKI. Dalam versi kedua disebutkan bahwa pembentukan Angkatan Kelima digagas oleh Sukarno (Humaidi 2020, 54).

Pada 15 Januari 1965, Aidit mengusulkan kepada Presiden agar kaum buruh dan tani diberi latihan-latihan kemiliteran serta dipersenjatai. Aidit menyebutkan bahwa rakyat yang dipersenjatai itu disebut Angkatan Kelima dan sederajat dengan angkatan bersenjata lain (Pour 2010, 9). Menurut Aidit, sebanyak 15 juta buruh siap berjuang melaksanakan komando Sukarno untuk melawan kekuatan-kekuatan asing, termasuk mengganyang Malaysia jika dipersenjatai (Wajah dan Sejarah Perjuangan Pahlawan Nasional 1995, 124). Semangat pengganyangan Malaysia berkobar pada 1965 dengan adanya operasi Dwi Komando Rakyat (Dwikora) yang diikuti hampir seluruh lapisan masyarakat. Mereka yang telah mendaftar sebagai relawan harus menjalani pelatihan militer atas nama bela negara. Sebagai partai yang dikenal paling revolusioner, PKI turut serta memerangi neo-kolonialisme dan imperialisme, disingkat Nekolim. Diketuai oleh D.N. Aidit, PKI mendesak pemerintah agar mempersenjatai buruh dan tani (Pour 2010, 9-10).

Pendapat kedua menyatakan bahwa Angkatan Kelima digagas oleh Sukarno. Namun, gagasan Sukarno sebenarnya adalah menempatkan sukarelawan yang dilatih untuk operasi Trikora dan Dwikora dalam skema pertahanan nasional. Hal itu ditegaskan oleh Sukarno setelah bertemu dengan Perdana Menteri Republik Rakyat Cina (RRC) Chou En Lai yang menjelaskan bahwa di RRC terdapat milisia sebagai bagian dari angkatan bersenjata. Sukarno kemudian menawarkan gagasan Angkatan Kelima sebagai wadah bagi para sukarelawan (Humaidi 2020, 55).

Mengenai pembentukan Angkatan Kelima, gagasan Aidit muncul lebih awal daripada gagasan Sukarno. Dan Sukarno sebenarnya tidak menyebutkan secara eksplisit mengenai pembentukan Angkatan Kelima, melainkan lebih menekankan pada pentingnya pertahanan nasional yang berdasar pada pengetahuan geo-politik (Bung Karno dan ABRI 1989, 113).

Dalam versi yang lain disebutkan bahwa usulan pembentukan Angkatan Kelima sebenarnya bukan hanya berasal dari PKI yang kemudian didukung oleh Sukarno, melainkan juga didukung oleh Angkatan Udara dan Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Pihak yang menentang keras ide pembentukan Angkatan Kelima adalah Angkatan Darat yang dipimpin oleh Ahmad Yani. Dalam menyikapi gagasan Angkatan Kelima, Ahmad Yani menugaskan lima jenderal yang terdiri atas Mayor Jenderal (Mayjen) Siswondo Parman, Mayjen Soeprapto, Mayjend MT Haryono, Brigadir Jenderal (Brigjen) D.I. Panjaitan, dan Brigjen Soetoyo Siswomihardjo untuk merumuskan urgensi pembentukan Angkatan Kelima. Hasil perumusan menunjukkan bahwa pembentukan Angkatan Kelima bukanlah langkah efisien karena Republik Indonesia telah memiliki pertahanan sipil (Hansip), yang selain dapat menampung kegiatan-kegiatan pengamanan di tengah masyarakat juga dapat diandalkan untuk kegiatan bela negara. Gagasan Aidit pada akhirnya dianggap sebagai upaya PKI untuk mengimbangi kekuatan bersenjata Angkatan Darat (Pour 2010, 10).

Penulis: Rafngi Mufidah
Instansi: Masyarakat Sejarah Indonesia
Editor: Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, M. Hum.


Referensi

Humaidi, 2020. Dari Halim ke Nirbaya: Pasang Surut AURI dalam Politik 1962-1966. Jakarta: UNJ Press.

Pour, Julius, 2010. Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan & Petualang. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Departemen Sosial R.I., Direktorat Urusan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan, 1995. Wajah dan Sejarah Perjuangan Pahlawan Nasional Indonesia.

Bung Karno dan ABRI: Kumpulan Pidato Bung Karno dihadapan ABRI 1950-1966. 1989. Jakarta: Haji Masagung.