Dasasila Bandung

From Ensiklopedia

Sepuluh pernyataan Bandung tahun 1955, dikenal dengan Dasasila Bandung (Bandung Spirit), merupakan awal mula permufakatan bangsa-bangsa “tertindas” di wilayah Asia dan Afrika. Kesepakatan ini terinisiasi karena adanya pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika (KAA), yang diadakan oleh Sukarno dan bertempat di Bandung. Konferensi ini diadakan sebagai titik balik Negara Asia-Afrika untuk melepaskan diri dari jeratan kolonialisme.

Satu hal yang menarik perhatian pada konferensi ini adalah masalah orang-orang atau suatu megara yang masih bergantung dan terjerat dalam kolonialisme. Dalam Konferensi ini disepakati bahwa kolonialisme dalam semua manifestasinya adalah kejahatan, maka kebebasan dan kemerdekaan harus diberikan kepada semua negara yang masih terjajah (Appadorai, 1955:214).

Konferensi Asia-Afrika yang berlangsung dari 18-24 April 1955, menghasilkan Lima Keputusan, Sepuluh Pernyataan, dan Empat Seruan. Sepuluh pernyataan yang lebih dikenal dengan Dasasila Bandung ini berisi (Dahlan, 2016:27):

  1. Menghormati hak-hak menausia seuai Piagam PBB
  2. Menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah semua nasion
  3. Persamaan hak antar bangsa-bangsa besar dan kecil
  4. Mencegah intervensi dan campur tangan mengenai soal-soal intern negeri lain
  5. Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri, baik sendirian maupun secara kolektif
  6. Tidak boleh adanya pertahanan bersama uang diabdikan pada kepentingan khusus salah satu negeri besar dan melarang diadakannya tekanan-tekanan terhadap negeri-negeri lain
  7. Melarang diadakan agresi atau memakai kekerasan terhadap kedaulatan wilayah atau kedaulatan politik suatu negeri
  8. Semua persoalan internasional harus diselesaikan secara damai
  9. Memperbesar saling mengerti dan kerjasama
  10. Menghormati keadilan dan cita-cita internasional


Dasasila Bandung menjadi semangat negara-negara di Asia dan Afrika untuk menyelesaikan masalah kolonialisme dan kemerdekaan bagi bangsa-bangsa yang masih terjajah untuk bisa menentukan nasibnya sendiri.

Penting juga dicatat, Dasasila Bandung memiliki makna sejarah terkait dengan substansinya yang sejalan dengan butir-butir dari Pancasila, yaitu lima prinsip yang bertujuan memajukan perdamaian dunia,  dengan saling menghormati integritas teritorial dan kedaulatan, non-agresi, non-intervensi dalam urusan internal negara, kesetaraan, dan saling menguntungkan dan hidup berdampingan secara damai. Dokumen tersebut menekankan pentingnya penghormatan terhadap hak asasi manusia, dengan menghormati hak setiap bangsa untuk membela diri sendiri atau bersama-sama sesuai dengan Piagam PBB, dengan ketentuan bahwa pengaturan untuk pertahanan kolektif tidak boleh digunakan untuk melayani kepentingan tertentu dari kekuatan besar, dan penyelesaian semua perselisihan internasional dengan cara damai dan menghormati keadilan dan kewajiban internasional (Appadorai, 1955:214).

Gambar: Gedung Merdeka Pada saat pelaksanaan KAA. Sumber: Unesco Memory of the World (https://artsandculture.google.com/asset/merdeka-building/TgHbqwTV2qf7kQ)

Penulis: Annisaa Khansa Labibah
Instansi: Universitas Gadjah Mada
Editor: Dr. Sri Margana, M.Hum.


Referensi

Appadorai, A. “The Bandung Conference.” India Quarterly, vol. 11, no. 3, 1955, pp. 207–235. JSTOR, http://www.jstor.org/stable/45068035. Accessed 19 March 2022.

Dahlan, M. Muhidin. 2016. GANEFO: Olimpiade Kiri di Indonesia. Yogyakarta: Warung Arsip.