Gedong Setan (Vrijmetselaarsloge) Batavia
Vrijmetselaarsloge (Loji Freemasonry) Batavia merupakan gedung yang pernah dijadikan tempat penyelenggaraan Kongres Pemuda I (30 April - 2 Mei 1926). Pada tahun 1928, saat akan diadakan Kongres Pemuda II, gedung ini kembali diusulkan sebagai salah satu alternatif lokasi penyelenggaraan. Namun, dalam tiga hari menjelang pelaksanaan Kongres Pemuda II, disepakati untuk menempati tiga gedung yang berbeda, tidak menggunakan Vrijmetselaarsloge sebagai salah satu tempat penyelenggaraan.
Dhakidae merujuk pada kisah dari sejarawan Onghokham menjelaskan bahwa masyarakat sekitar Gedung Vrijmetselaarsloge menyebutnya sebagai gedung setan, karena sering ada ritual kaum Vrijmetselaar (Freemason) yang membakar lilin dengan mengenakan pakaian aneh mirip pakaian halloween. Hal sama disebutkan dalam buku Sumpah Pemuda: Latar Sejarah dan Pengaruhnya bagi Pergerakan Nasional, bahwa masyarakat di sekitar Vrijmetselaarsloge lebih mengenal gedung ini dengan sebutan “rumah setan” karena para anggota perkumpulan menjadikan gedung ini sebagai pusat kegiatan upacara pemujaan. Sebutan gedung atau rumah setan bukan hanya dikenakan pada loji freemasonry di Batavia saja, namun juga loji-loji freemasonry di beberapa kota besar lain Hindia Belanda.
Loge atau loji dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai gedung besar, kantor atau benteng kompeni. John J. Robinson dalam Born in Blood: The Lost Secrets of Freemasonry mengartikan loge sebagai tempat berkumpul para Mason atau anggota Freemasonry. Freemasonry sendiri merupakan perkumpulan yang selama beberapa abad dikenal penuh kontroversi. Bukan saja di kalangan penganut agama seperti Katholik atau Islam melainkan juga di berbagai aliran politik. Di Indonesia, Presiden Sukarno bahkan pernah menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 264 Tahun 1962 mengenai pelarangan perkumpulan ini. Keppres ini baru dicabut hampir 40 tahun kemudian oleh Presiden Abdurrahman Wahid melalui Keputusan Presiden Nomor 69 Tahun 2000.
Pada masa VOC, menurut Paul Willem van der Veur dalam Freemasonry in Indonesia from Radermacher to Soekanto 1762-1961, perasaan anti-Masonik cukup kuat terdapat di kalangan para pejabat, ketika perkumpulan ini mulai muncul di Batavia tahun 1760-an. Akan tetapi, menjelang keruntuhan VOC situasi mulai berubah ketika beberapa pejabat penting pemerintahan dan militer Belanda justru bergabung ke dalamnya. Salah satu bentuk dukungan ini di kemudian hari berdiri gedung Vrijmetselaarsloge di Weltevreden (kini daerah di sekitar Sawah Besar, Jakarta Pusat). Pembangunan Vrijmetselaarsloge di Weltevreden dimulai saat “La Vertueuse”, salah satu dari dua perkumpulan freemason yang ada di Batavia pada masa itu selain ''La Fidele Sincerite", berencana membangun gedung loji di tempat yang baru untuk mengganti gedung lamanya yang sudah rusak.
Menurut Th. Stevens dalam bukunya Vrimetselarij en Samenleving in Nederlands-Indie en Indonesie 1764- 1962, setelah melewati beberapa negosiasi sejak Mei 1829, Pemerintah Hindia Belanda akhirnya bersedia menjual sebidang tanah dekat istana Gubemur Jenderal di Weltevreden kepada La Vertueuse dengan harga yang wajar, walaupun akhirnya pemerintah Belanda memutuskan untuk memberikan secara cuma-cuma kepada La Vertueuse, dengan syarat harus dibangun Gedung. Akhirnya dibangun loji yang dirancang J. Tromp, Insinyur Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Gedung-Gedung Negeri, yang juga anggota loji. Bangunan loji seluas 20 x 27 meter, yang terdiri atas tiga ruangan besar dan enam kamar. Salah satu ruangan besar dijadikan sebagai ruang singgasana dengan atap yang menjulang di atas atap lainnya sehingga cahaya masuk dari atas. Pembangunan memakan biaya sekitar 12.000 gulden, yang berasal dari sumbangan Jenderal Hendrik Merkus de Kock sebesar 4.000 gulden, di masa itu menjabat sebagai Wakil Suhu Agung La Vertueuse.
Saat peletakan batu pertama pembangunan gedung pada malam 15 Februari 1830, dilakukan ritual upacara yang juga dihadiri Gubernur Jenderal baru, Johannes van den Bosch, serta banyak tokoh-tokoh freemasonry Batavia lainnya, termasuk ketua dan para anggota La Fidele Sincerite. Vrijmetselaarsloge diresmikan pada 27 Juni 1830. Di depan loji ini terdapat jalan besar yang kemudian dinamakan Vrijmetselaarsweg (Jalan Freemasonry) yang kini menjadi Jalan Budi Utomo. Tahun 1837 perkumpulan La Vertueuse dan La Fidele Sincerite dilebur dengan nama baru De Ster in het Oosten (Bintang Timur). Vrijmetselaarsloge dijadikan pusat perkumpulan hingga tahun 1934 sebelum akhirnya dipindahkan ke gedung baru, Adhuc Stat, yang terletak di daerah Menteng Batavia. Adhuc Stat kini menjadi Gedung Bappenas sedangkan Vrijmetselaarsloge kini menjadi Gedung Kimia Farma.
Ada pendapat yang menyebut Vrijmetselaarsloge sebagai Gedung Teosofi. Padahal, Theosofische Vereniging (Perkumpulan Teosofi) dan Vrijmetselarij (Freemasonry) secara kelembagaan sesungguhnya merupakan dua organisasi yang berbeda. Loji perkumpulan Teosofi di Batavia sendiri menurut Adolf Heuken dalam Medan Merdeka - Jantung Ibukota RI terletak di Koningsplein West (sekarang Jalan Medan Merdeka Barat). Kini loji tersebut sudah tidak ada, digantikan bangunan baru Gedung Sapta Pesona milik Kementerian Pariwisata.
Penulis: Abdurakhman
Instansi: Universitas Indonesia
Editor: Dr. Restu Gunawan, M.Hum
Referensi
Dhakidae Daniel. Cendekiawan dan kekuasaan dalam negara Orde Baru. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 2003.
Heuken, Adolf. Medan Merdeka - Jantung Ibukota RI. Jakarta : Yayasan Cipta Loka Caraka. 2008.
Rahman, Momon Abdul dkk. Sumpah Pemuda : Latar Sejarah dan Pengaruhnya bagi Pergerakan Nasional. Jakarta : Museum Sumpah Pemuda. 2008.
Robinson, John J. Born in Blood : The Lost Secrets of Freemasonry. New York : M. Evans and Company. 1989.
Stevens, Th. Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962. Terj. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2004.
Veur, Paul W. Van der. Freemasonry in Indonesia from Radermacher to Soekanto 1762-1961. Ohio : Ohio University Center for International Studies, 1976.