Gunawan Wiradi
Gunawan Wiradi adalah intelektual public dan tokoh penting dalam dunia agrarian di Indonesia. Ia lahir di Solo pada 28 Agustus 1932 dengan latar belakang lingkungan keluarga bangsawan. Ketika proses pembelajaran formal terhambat, pamannya turun tangan dengan memberikan pendidikan dasar di rumah (Bahri, 2020: 4). Hingga pada akhirnya, Gunawan Wiradi dapat meneruskan sekolah di Arjuna School di Solo, sebuah sekolah yang berada di bawah naungan Lembaga Teosofi. Ketika kecamuk politik pra kemerdekaan Indonesia telah mereda, Gunawan Wiradi berhasil menuntaskan pendidikan dasarnya pada 1946 (Suhendar dkk., 2002).
Gunawan Wiradi melanjutkan studinya ke SMP Negeri 1 Solo. Tidak berbeda jauh dengan sebelumnya. Ia menyelesaikan studinya pada 1950 sekaligus melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Solo ia rampungkan tepat waktu. Bahkan pada tahun yang sama, ia mendapat tawaran beasiswa dari pemerintah untuk menempuh studi di Fakultas Pertanian Universitas Indonesia, di Bogor (kini Institut Pertanian Bogor). Memasuki tahun kedua sebagai mahasiswa, Gunawan Wiradi secara aktif terlibat dalam kegiatan pemerintah. Ia masuk dalam daftar anggota pengawas Pemilihan Umum 1955 di Bogor. Tiga tahun kemudian, ia terpilih menjadi ketua senat mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Indonesia (Suhendar dkk., 2002).
Kekacauan politik 1965 menjadi kendala besar bagi Gunawan Wiradi untuk melanjutkan studi. Tahun 1972 menjadi titik balik bagi seorang Gunawan Wiradi. Profesor Sajogyo, atau yang juga dikenal sebagai Bapak Sosiologi Pedesaan Indonesia, mengikutsertakan Gunawan Wiradi dalam proyek Survey Agro Ekonomi (SAE) dari Departemen Pertanian. Setelah menghabiskan waktu hampir tiga tahun sebagai peneliti lapangan, Gunawan Wiradi mendapat beasiswa dari A/D/C untuk melanjutkan studi ke Universiti Sains Malaysia di Penang. Di universitas tersebut, ia meraih gelar master dalam bidang ilmu-ilmu sosial komparatif (Suhendar dkk., 2002). Sepulangnya dari studi, pada 1974 Gunawan Wiradi terlibat dalam persiapan berdirinya Studi Dinamika Pedesaan (SDP), salah satu unit dalam SAE yang berfokus mempelajari perubahan di pedesaan dengan pendekatan ekologi, topografi, atau geografi (Bahri, 2020: 68).
Pada tahun 1977, Pemerintah Orde Baru sedang diresahkan dengan munculnya berbagai kritik dan demonstrasi mengenai permasalahan agraria yang isunya telah mencuat sejak 1960-an. Pada periode itu tanah terkonsentrasi pada sebagian kecil penduduk, seperti kalangan birokrat, yang seringkali memantik kerusuhan di pedesaan Jawa (Bahri, 2020: 68). Isu terkait penguasaan tanah tersebut diangkat oleh Gunawan Wiradi dalam Workshop on Rural History yang diselenggarakan tahun 1979. Pada tahun yang sama, bersama Benjamin White, Gunawan Wiradi menyumbangkan pemikiran melalui artikel berjudul Pola-Pola Penguasaan Tanah di DAS Cimanuk Dahulu dan Sekarang: Beberapa Catatan Sementara. Gagasannya ini bermuara pada keyakinan bahwa pada dasarnya reforma agraria harus menjadi akar strategi pembangunan nasional secara menyeluruh (Bahri, 2020: 23).
Dua tahun kemudian, Gunawan Wiradi masih dalam misinya untuk mengarusutamakan isu reforma agraria ke tengah-tengah masyarakat umum. Dalam International Policy Workshop on Agrarian Reform in Comparative Perspective, Gunawan Wiradi mengetengahkan bahasan tentang pembangunan desa dan pembaruan agraria melalui tulisannya yang berjudul Landreform in India: Report on the Visit of Indonesian Team to Punjab and West Bengal (Bahri, 2020: 24). Pasca likuidasi terhadap SAE dan SDP, pada 1982-1985 Gunawan Wiradi bergabung dengan Pusat Studi Pembangunan di Institut Pertanian Bogor dan terlibat dalam proyek Rural Non Farm Employment sebagai peneliti tamu. Aktivitasnya dalam gerakan agraria semakin meningkat setelah pada tahun 1991 ia diangkat menjadi anggota Dewan Pakar Konsorsium Pembangunan Agraria. Selain itu, ia pun tercatat sebagai anggota International Rural Sociologist Association (IRSA). Memasuki usia senja, Gunawan Wiradi diketahui masih aktif dalam gerakan agraria. Puncaknya, pada tahun 2009 gelar doktor honoris causa diberikan kepada Gunawan Wiradi sebagai penghargaan atas perjuangannya dalam reforma agraria (Bahri, 2020: 24).
Penulis: Florentinus Galih Adi Utama
Instansi: Program Studi Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Editor: Dr. Sri Margana, M.Hum.
Referensi
Bahri, A.D. & Shohibuddin, M. (2020). Perjuangan Keadilan Agraria: Inspirasi Gunawan Wiradi. Bogor: Sajogyo Institute.