Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV)
Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) didirikan pada 9 Mei 1914 oleh sosialis Belanda terkemuka Hendricus Josephus Fransiskus Marie Sneevliet (1883-1942). Beberapa sejarawan berselisih pendapat tentang tempat pendirian organisasi ini; sebagian menyebut ISDV didirikan di Semarang (Pringgodigdo 1984: 13; Korver 1985: 6) dan sebagian yang lain menyebut ISDV didirikan di Surabaya (McVey 2009: 22; Ricklefs 1991: 260). Sebelum mendirikan ISDV, Sneevliet adalah seorang propagandis berbakat, pengamat mistik Katholik, yang kemudian memiliki perhatian pada ide-ide sosial demokratis yang revolusioner dan aktivisme serikat dagang. Dia kemudian bertindak sebagai agen Komitern di Cina dengan nama samaran G. Maring (Ricklefs 1991: 260; Pringgodigdo 1984: 13).
ISDV bertujuan untuk menyebarkan paham-paham marxis. Para anggota ISDV semula hanya terdiri atas kaum sosialis Belanda yang tinggal di Indonesia. Dalam perkembangan, organisasi ini ingin mendapatkan pengikut di kalangan rakyat Indonesia (Ricklefs 1991: 260; Pringgodigdo 1984: 13; Korver 1985: 6). Oleh karena itu, pada 1915 ISDV menjalin persekutuan dengan Insulinde, sebuah partai yang didirikan pada 1907. Namun, ISDV menganggap Insulinde bukan suatu organisasi yang ideal untuk menarik perhatian rakyat agar bergabung menjadi anggota ISDV. Pada kongres 1916, ISDV memutus secara resmi kerja sama politiknya dengan Insulinde. Perhatian ISDV kemudian mulai beralih kepada Sarekat Islam (SI), yang pada 1916 memiliki jumlah pengikut besar di kalangan rakyat Indonesia (McVey 2009: 26-28; Ricklefs 1991: 260-261).
ISDV dengan program aksinya yang besar telah dapat menguasai Serikat Kerja Trem dan Kereta Api (Vereeniging van Spoor en Tramweg Personeel, VSTP) di Semarang. Dalam waktu yang hampir bersamaan beberapa agen ISDV juga mulai mencari jalan agar dapat masuk ke SI Cabang Semarang. Aktivitas para agen ISDV dapat diterima karena adanya kesesuaian dengan perkembangan pemikiran sayap kiri di Semarang. Pada 1916, beberapa orang yang memegang posisi kunci berhasil mengawasi ketiga organisasi tersebut. Salah seorang di antaranya adalah Semaun yang menjadi juru bicara ISDV pada Kongres SI 1916 (van Niel 1984:167-168; McVey 2009: 32).
Bersamaan dengan pertentangan-pertentangan mengenai Indie Weerbaar di kalangan SI, hubungan ISDV dengan SI memburuk. SI tidak menyukai sikap ISDV yang tidak konsisten. Pada satu sisi ISDV bekerja sama dengan SI, dan pada sisi yang lain ISDV melancarkan kritik terhadap para pemimpin SI. Namun demikian, hasil Kongres SI 1917 yang menerima ideologi kiri pada akhirnya menguntungkan dan menguatkan ISDV untuk menjadi semakin revolusioner. Hal itu didukung pula oleh gelombang revolusi yang terjadi di Eropa karena Revolusi Rusia yang berkobar pada 1917 (McVey 2009: 36-37).
Dalam situasi demikian, di kalangan ISDV sendiri timbul perpecahan antara anggota-anggota yang reformistis (sosialis) dengan anggota-anggota revolusioner yang mendukung penuh Revolusi Rusia. Jumlah anggota-anggota revolusioner yang terus bertambah dan semakin giat membuat anggota-anggota reformistis memisahkan diri. Perpecahan juga semakin menguat sejak pendirian Social Democratische Arbeiders Partij (SDAP) di Belanda. Sejak SDAP didirikan, ISDV hanya diduduki oleh golongan sosialis paling kiri (Pringgodigdo 1984: 13). Pada 1919, ISDV berusaha memengaruhi SI dan serikat-serikat sekerja ke arah tujuan radikal yang membuat Sneevliet dikeluarkan dari Indonesia oleh pemerintah kolonial. Namun, Sneevliet masih berhubungan dengan ISDV (McVey 2009: 64). Ketika Social Democratische Arbeideispartij (SDAP) di Belanda diumumkan sebagai Partai Komunis Belanda, para anggota ISDV yang berkebangsaan Eropa mengusulkan agar ISDV mengikuti jejak itu. Pada 1920, ISDV berubah nama menjadi Partai Komunis Indonesia (McVey 2009: 78).
Penulis: Dhanang Respati Puguh
Instansi: Universitas Diponegoro
Editor: Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, M. Hum.
Referensi
Korver, A.P.E., 1985. Sarekat Islam: Gerakan Ratu Adil. Terjemahan Grafitipers. Jakarta: Grafitipers.
McVey, Ruth, 2009. Kemunculan Komunisme Indonesia. Jakarta: Komunitas Bambu.
Ricklefs, M.C., 1991. Sejarah Indonesia Modern. Terjemahan Dharmono Hardjowidjono. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pringgodigdo, A.K., 1984. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat.
van Niel, Robert, 1984. Munculnya Elit Modern Indonesia. Terjemahan Bur Rasuanto. Jakarta: Pustaka Jaya.