Inheemse Militie

From Ensiklopedia


Inheemse Militie atau milisi bumiputera muncul pada masa Perang Dunia II tepatnya tahun 1941. Inheemse Militie merupakan peraturan kewajiban (wajib militer) bagi rakyat Hindia Belanda untuk membantu pemerintah Kolonial Belanda sehubungan dengan adanya perang dan ancaman dari Jepang (Iin Nur Isaniwati 2002: 51; Choirul Anam 1990: 38)

Kebijakan tersebut dibuat karena pemerintah Belanda sangat terdesak dalam kancah Perang Dunia II. Mereka membutuhkan tambahan pasukan sebanyak lima sampai enam ribu orang serdadu yang berasal dari kaum Bumi Putera untuk membantu mereka dalam rangka perang melawan Jepang. Pasukan milisi ini terdiri dari personal pribumi yang berasal setiap kabupaten di Hindia Belanda. Pembentukan Inheemse Militie pernah ditolak oleh Pergerakan Penyadar namun gagal (Iin Nur Isaniwati 2002: 26). Kaum Nasionalis Indonesia di dalam Volksraad juga berpendapat bahwa seharusnya tidak ada milisi tanpa adanya parlemen penuh. Meskipun demikian, usulan tentang milisi tersebut disahkan Volksraad pada Juli 1941 karena mendapat dukungan dari anggota-anggota yang ditunjuk oleh pemerintah dan yang berkebangsaan Eropa (M. C. Ricklefs 2005: 401). Para nasionalis pribumi sebagian besar menolak rencana Milisi Pribumi ini, termasuk kaum nasionalis yang berasal dari kelompok Parindra (de Jong 1984: 453).

Tujuan dari kebijakan Milisi Pribumi ini adalah untuk membentuk tentara milisi dari kaum pribumi guna memperkuat barisan tentara Belanda dalam menghadapi serangan Jepang tanpa mengeluarkan biaya yang besar. Walaupun keputusan dalam Volksraad telah disetujui, namun sebelum milisi terbentuk, tanggal 10 Januari 1942 kekuasaan Belanda telah berada pada saat terakhir, di mana Jepang menyerbu Indonesia, menghancurkan armada gabungan Belanda, Inggris, Australia dan Amerika Serikat yang ada di laut Jawa. Hingga pada 8 Maret 1942, ketika pihak Belanda di Jawa menyerah dan Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh ditawan oleh pihak Jepang, Inheemse Militie tidak berjalan sesuai rencana (M. C. Ricklefs 2005: 401-402).

Penulis: Sarlota Naema Sipa
Instansi: UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Editor: Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, M. Hum.

Sipa


Referensi

Anam. Choirul, 1990. Gerakan Langkah Pemuda Ansor:Senuah Percikan Sejarah Kelahiran. Jakarta: Majalah Nahdlatul Ulama Aula.

De Jonge, L., 1984. Het Koninkrijk Der Nederlanden In De Tweede Wereldoorlog, deel 11 a- Nederlands-Indie I, Leiden: Rijksinstituut Voor Oorlogsdocumentatie

Insaniwati, Iin Nur, 2002. Mohamad Roem: Karir Politik dan Perjuangannya, 1924-1968, Magelang:Yayasan Indonesiatera

Ricklefs, M. C., 2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.