Islam Bergerak

From Ensiklopedia

Islam Bergerak (IB) adalah satu majalah penting dunia pergerakan yang terbit pertama kali pada 1917. Kehadirannya tidak bisa dilepaskan dari dua hal yakni, Inlandsche Journalisten Bond (IJB) dan Haji Misbach (Haji Merah). Dalam catatan Mas Marco Kartodikromo, IB dapat lahir karena dua orang penting dari Kauman yang tertarik dengan dunia pergerakan dan pers, yaitu Fachrodin dan Misbach.

Awalnya, majalah IB muncul sebagai respon terhadap Mardi Rahardjo, surat kabar yang diterbitkan kaum Kristiani (Misbach, 2016). Namun selanjutnya majalah ini menjadi lebih dominan sebagai corong yang mewartakan berbagai tindakan tidak adil pemerintah Hindia Belanda, apalagi ketika menjadi organ di bawah kelompok diskusi Sidik-Amanah-Tableg-Vatonah (SATV) (Shiraishi, 2005: 185). Lantangnya majalah ini kemudian menjadi semacam simbol perlawanan dari Misbach terhadap misionaris Kristen, kapitalis Belanda, dan dakwah Islam (Shiraishi, 2005: 180). Berbagai serangan wacana yang dilakukan oleh Misbach lewat IB ini yang kemudian membuat dirinya ditangkap pada 7 Mei 1919. Dia dituduh sebagai penghasut para petani dalam melakukan aksi pemogokan. Selama sekitar enam bulan Misbach harus mendekam di tahanan sebelum akhirnya dibebaskan pada 22 Oktober 1919. Adapun kutipan pandangan Misbach dapat ditemukan dalam IB edisi 10 Mei 1919 berikut (Misbach, 2016: 28):

“...telah mufakat memutus mengaturkan motie pada pemerintah muhun seperti ini:
  1. Pemerintah supaya mengadakan RAAD ULAMA yang terjadi atas pilihannya ra’yat muslimin, yang mengatur tentang igama Islam di Hindia Belanda menurut bagaimana mustinya.
  2. Uwang-uwang yang terdapat dari pada igama Islam (Baitulmal atawa kas Masjid) supaya hanya dipergunakan untuk keperluan igama Islam.
  3. Pemarentah supaya mencabut (meniadakan) segala subsidie-subsidie atau belanja-belanja untuk penuntunnya igama apa saja.”


Misbach berupaya mendorong agar pemerintah Hindia Belanda bertindak netral terhadap urusan agama. Sebab, pemerintah memang punya kebijakan netral terhadap keberadaan agama. Namun, karena tidak dipatuhi, Misbach menulis mosi di atas. Bahkan mosi tersebut juga disampaikan secara langsung kepada Adviseur Kantoor voor Inlandsche Zaken dan di hadapan sidang Volksraad (Misbach, 2016: 15).

Redaktur IB, Soerjosasmojo, memberi gambaran bagaimana Misbach dibebaskan di hari tersebut. Ia menulis, “Enam bulan lamanya pahlawan kita dalam penjara berpisah dengan anak dan istri, teman serta rakyat, pergerakan serta kemajuan, sebagai burung dalam sangkar... Enam bulan lamanya saudara kita itu hidup dalam pertapaan, karena kehilangan kemerdekaannya.” Penggalan berita ini menggambarkan bahwa meski pimpinannya ditangkap, IB tetap menjadi simbol perlawanan terhadap kesewenang-wenangan pemerintah kolonial (Cahyono, 2003).

IB juga menjadi salah satu catatan penting perkembangan Misbach menjadi seorang haji sekaligus seorang Muslim yang bersimpati terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI). Ia juga mencatat bagaimana Misbach keluar masuk penjara karena kerap membangkang kepada pemerintah (Munasichin 2005; McVey 2010). Pada kisaran Agustus 1922, setelah Misbach keluar lagi dari penjara di Purwokerto, ia diminta untuk berhenti dari aktivisme politik oleh Residen Surakarta kala itu, Van der Marel. Namun, Misbach tidak menanggapinya. Justru dia membaca terbitan-terbitan IB dan Medan Moeslimin (MM) terlebih dahulu, mengetahui apa yang terjadi di masa-masa dia masih dibui. Hasil bacaannya terhadap kedua majalah tersebut ternyata mengarahkan Misbach akhirnya menjadi orang Islam yang bergerak dalam kalangan PKI (Bakri, 2015).

Pada Mei 1923, ketika pecah pemogokan buruh kereta api Vereeniging voor Spoor-en Tramwegpersoneel (VSTP), Misbach kembali diingatkan agar tidak turut campur. Selain itu, rumahnya pun digerebek polisi selama tiga hari berturut-turut untuk mencari para propagandis VSTP yang dilaporkan datang dari Madiun, untuk memimpin pemogokan buruh kereta api.

Dalam situasi yang penuh pengawasan polisi seperti itu Misbach banyak melakukan aktivitas jurnalistiknya dengan menulis di MM dan IB. Propagandanya untuk sementara dilakukan di luar Karesidenan Surakarta. Di tengah situasi tersebut, Misbach diam-diam mendirikan PKI afdeling Surakarta dengan keanggotaan yang sangat rahasia. Hal ini untuk menghindari pengawasan polisi kolonial. Islam Bergerak yang sebelumnya banyak memuat pandangan Islam komunis dijadikan corong PKI afdeling Surakarta, dan namanya diubah menjadi Ra’jat Bergerak (RB), pada September 1923 (Misbach, 2016: xxxii). Doenia Baroe, salah satu organ PKI yang ada di Yogyakarta, kemudian menyatukan diri dengan RB. Sejak saat itu, Misbach juga menyerahkan RB (atau IB) kepada Partoadmojo.

Penulis: Endi Aulia Garadian
Instansi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Editor: Prof. Dr. Jajat Burhanudin, M.A.


Referensi

Bakri, Syamsul. 2015. Gerakan Komunisme Islam Surakarta 1914-1924. Jogjakarta: LKiS.

Cahyono, Edi. 2003. Jaman Bergerak di Hindia Belanda. Jakarta: Yayasan Pancur Siwah-Yayasan Penebar.

McVey, Ruth T. 2010. Kemunculan Komunisme di Indonesia. Depok: Komunitas Bambu

Misbach, H.M. 2016. Haji Misbach Sang Propagandis: Aksi Propaganda di Surat Kabar Medan Moeslimin dan Islam Bergerak (1915-1926). Temanggung: Kendi dan Octopus

Munasichin, Zainul. 2005. Berebut Kiri: Pergulatan Marxisme Awal di Indonesia 1912-1926. Jogjakarta: LKiS.

Shiraishi, Takashi. 2005. Zaman Bergerak: Radikalisasi Rakyat di Jawa 1912-1926. Jakarta: Grafiti.