Jugun Ianfu

From Ensiklopedia


Jugun Ianfu memiliki arti "wanita penghibur para tentara". Sebenarnya sebutan untuk para wanita penghibur dalam beberapa dokumen resmi tentara Jepang adalah Teishintai, berarti barisan sukarela penyumbang tubuh. Sebagian besar para Jugun Ianfu bukan wanita yang bersedia menghibur tentara Jepang secara sukarela. Jugun Ianfu sendiri pertama kali dipraktikkan oleh Jepang pada saat melakukan invasi di wilayah Korea. Bala tentara Jepang membutuhkan pelampiasan hasrat seksual, sehingga masyarakat Korea yang telah dikuasai Jepang sejak akhir Abad ke-19 tidak berdaya menolak apa yang diminta oleh pemerintah militer Jepang (Oktorino 2016: 258).

Praktik tersebut kemudian dilakukan di beberapa wilayah Asia lainnya yang dikuasai oleh Jepang, termasuk Indonesia. Banyak tentara Jepang yang lebih memilih memiliki wanita simpanan daripada mengunjungi rumah bordil, sehingga mereka menebus banyak pelacur dari rumah bordil atau mendekati wanita lokal (sebagian besar Eurasia). Orang Jepang menyebut wanita simpanan tersebut dengan sebutan san. Begitu banyak kebutuhan tentara Jepang untuk menebus wanita Eropa dan Eurasia, maka orang Jepang mulai mengunjungi kamp konsentrasi wanita Eropa untuk mendapatkan rekrutan baru. Tidak sedikit dari wanita tersebut yang memiliki anak hasil hubungan dengan tentara Jepang. Orang Belanda menyebut anak-anak tersebut dengan kinderen van de vijand (anak-anak musuh), sementara para wanita penghibur tentara Jepang disebut troostmeisjes. Selain orang-orang Eurasia, tentara Jepang juga mendekati dan merekrut wanita Indonesia dari berbagai daerah untuk dijadikan wanita penghibur (Post 2009: 197).

Sejak tahun 1942 hingga 1945, pendudukan Jepang atas Indonesia membawa dampak pada vakumnya kegiatan kelompok perempuan. Jepang membentuk organisasi massa baru yang menyediakan pelatihan militer bagi perempuan muda. Organisasi wanita di tingkat lokal diharuskan memproduksi dan mendistribusikan makanan untuk tentara pendudukan Jepang. Jepang juga memaksa sekitar 10.000 wanita Indonesia untuk memberikan layanan seksual kepada militer Jepang sebagai Jugun Ianfu, atau wanita penghibur (Tierney 1999: 732). Proses perekrutan Jugun Ianfu di wilayah Indonesia dilakukan dengan melibatkan perangkat pemerintahan bentukan pemerintah militer Jepang, mulai dari kepala desa hingga ketua tonarigumi dilibatkan dan diwajibkan untuk merekrut perempuan muda dengan dalih program pengerahan tenaga kerja (Oktorino, 2016: 262).

Seperti halnya romusha, sebagian perekrutan Jugun Ianfu juga dilakukan dengan paksaan, tipu muslihat, menggunakan kekerasan, dan ancaman untuk memenuhi kebutuhan biologis kalangan militer maupun sipil Jepang. Selain mengancam dan memaksa, mereka  juga mendekati dan mempengaruhi keluarga calon Jugun Ianfu agar mengizinkan anak-anaknya untuk mengikuti rekruitmen tersebut. Pengerahan Jugun Ianfu dilakukan secara gelap dan di bawah tangan. Hal ini berbeda dengan romusha yang dilakukan secara terbuka (Poesponegoro 1992: 68).

Target perekrutan untuk Jugun Ianfu ialah wanita yang belum bersuami. Mengingat usia menikah masyarakat di pedesaan masih sangat belia pada waktu itu, maka perempuan-perempuan yang dipilih sebagai calon Jugun Ianfu rata-rata berusia 14-15 tahun. Banyak penduduk yang tidak berani untuk menolak, meskipun sebagian dari mereka mengetahui bahwa perekrutan perempuan-perempuan tersebut ditujukan untuk menjadi pemuas nafsu tentara Jepang. Akan tetapi, mereka tidak berani melakukan perlawanan terhadap pihak yang berkuasa (Oktorino, 2016: 262).

Penulis: Siska Nurazizah Lestari
Instansi: IKIP PGRI Wates, DIY
Editor: Dr. Endang Susilowati, M.A


Referensi

Oktorino, Nino. (2016). Di Bawah Matahari Terbit. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Post, P. (2009). The Encyclopedia of Indonesia in the Pacific War: In Cooperation with the Netherlands Institute for War Documentation. Leiden: Brill Academic.

Pusponegoro, M. J., & Notosusanto, N. (1992). Sejarah Nasional Indonesia, Jilid VI . Jakarta: Balai Pustaka.

Tierney, Helen. (1999). Women’s Studies Encyclopedia, 2nd Edition [3 volumes].  Connecticut: Greenwood Press.