Kebayoran (Kompleks Pemukiman Pertama)
Kebayoran Baru adalah kompleks pemukiman pertama di Indonesia, yang dibangun pasca-kemerdekaan Republik Indonesia. Terletak di bagian Selatan Jakarta, kompleks pemukiman ini direncanakan sejak tahun 1948 oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda sebagai solusi atas permasalahan minimnya perumahan yang tersedia di wilayah Jakarta, meskipun kemudian pemerintah Republik Indonesia mengambil alih pembangunan Kebayoran Baru (Colombijn 2013: 297). Berada di lahan seluas lebih dari 600 hektar, Kebayoran Baru pada awalnya ditujukan sebagai kota satelit, akan tetapi wilayah ini kemudian terintegrasi menjadi bagian penting dari pusat kota Jakarta hingga.
Pada tahun 1948, Kebayoran Baru digagas sebagai kota satelit untuk mengakomodasi pertumbuhan penduduk Jakarta. Ketika itu, kepala bagian perumahan atau Centrale Huisvesting dari Departemen Sosial, B. J. Lambers, menyampaikan bahwa permasalahan keterbatasan perumahan berada di kondisi yang mengkhawatirkan, sehingga penyediaan perumahan perlu dilakukan dan salah satu opsi adalah pembangunan Kebayoran Baru (Colombijn 2013: 248). Sebagai catatan, menjelang tahun 1950, jumlah penduduk Jakarta mencapai lebih dari satu juta jiwa. Angka tersebut kemudian naik dua kali lipat dalam kurun waktu satu dasawarsa (Setyawati et. al. 1987: 98). Jumlah penduduk yang tinggi dianggap sebagai satu permasalahan penting yang perlu dibenahi tidak hanya oleh pemerintah daerah, melainkan juga pemerintah pusat. Rencana tersebut disetujui oleh pemerintah pada bulan September 1948, dan pembelian lahan direalisasikan pada bulan Januari 1949 (Colombijn 2013: 297).
Di dalam perencanaan pembangunan perumahan Kebayoran Baru, terdapat satu figur pribumi yang berperan besar yaitu Soesilo, seorang ahli tata kota di Biro Perencanaan yang memiliki pengalaman dalam perencanaan tata kota di Indonesia bersama-sama dengan J. H. Schifsma, Jac. P. Thijsse dan arsitek ternama, Thomas Karsten. Pembangunan kota satelit Kebayoran Baru dinaungi oleh Balai Perumahan yang membawahi Central Stichting Wederopbouw atau Yayasan Rekonstruksi Pusat (Yosita 2015: 2). Pada bulan Februari 1949, rancangan pertama dari tata kota telah rampung dan pekerjaan konstruksi sudah mulai dilakukan (Van Roosmalen 2005:104).
Kebayoran Baru adalah salah satu daerah di Jakarta yang sudah memiliki saluran pembuangan modern pada tahun 1950-an (Vickers 2013: 127). Daerah Kebayoran Baru dirancang sebagai daerah perumahan yang dikelilingi oleh jalur kereta api Tanah Abang – Tangerang (Setyawati et. al. 1987: 98). Di dalam perencanaannya, area yang dipersiapkan akan dibagi menjadi beberapa keperluan, di antaranya adalah perumahan rakyat, perumahan sedang, bangunan-bangunan istimewa, toko-toko, industri, taman, jalan, dan sawah yang diperuntukkan bagi lebih dari 100,000 penduduk (Surjomihardjo 1977: 36).
Dalam proses pengerjaannya, pembangunan jalan dari pusat kota Jakarta menuju Kebayoran Baru sempat terhenti selama tujuh tahun. Hal ini disebabkan terdapat sejumlah besar penghuni liar yang mendiami wilayah pusat kota Jakarta seperti Kebon Sirih, Laan Holle, dan Oude Tamarinelaan (Colombijn 2013: 213). Saat itu, operasi pembersihan penghuni liar berjalan secara besar-besaran untuk mempercepat pembangunan Jalan Thamrin. Hingga masa Orde Baru, Kebayoran Baru diminati oleh kalangan menengah ke atas. Salah satu alasannya adalah akses yang mudah bagi yang sehari-hari bekerja di Jakarta (Clason 1950: 17).
Penulis: Teuku Reza Fadeli
Instansi: University Of York
Editor: Dr. Andi Achdian, M.Si
Referensi
Clason, E. W. H. (1950). ‘Ontstaan en groei van Kebajoran’, De Ingenieur in Indonesië 11(3-4):13.
Colombijn, Freek. (2013). Under construction: The politics of urban space and housing during the decolonization of indonesia, 1930-1960. Leiden: BRILL.
van Roosmalen, Pauline K. M. (2005). Kota lama, kota baru: Sejarah kota-kota di Indonesia sebelum dan setelah kemerdekaan. Yogyakarta: Ombak.
Surjomihardjo, Abdurrachman. (1977). Perkembangan Kota Jakarta. Jakarta: Pemerintah DKI Jakarta bersama DMS DKI Jakarta.
Vickers, Adrian. (2013). A History of Modern Indonesia. Cambridge University Press.
Yosita, Lucy. (2015). Strategi Perencanaan dan Perancangan Perumahan pada Era Kontemporer. Yogyakarta: Deepublish.