Nusakambangan

From Ensiklopedia

Nusakambangan adalah pulau di sebelah selatan Cilacap, Jawa Tengah. Secara administratif Pulau Nusakambangan termasuk Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap. Pulau ini dikelilingi oleh Samudera Hindia dengan luas wilayah keseluruhan 210 km persegi, memanjang dari barat ke timur sekitar 36 km dan lebar sekitar 4-6 km. Di bagian utara dibatasi oleh Teluk Penyu, di bagian selatan dengan lahan mercusuar, di timur dengan Samudera Hindia, dan di barat dengan jalan menuju mercusuar ke tangga dermaga dekat Karangtengah.  

Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, Nusakambangan akan dijadikan sebagai benteng pengawasan dan pertahanan untuk melawan para bajak laut dari Bali, Bugis, dan Timor (Carey 2011: 25). Para bajak laut tersebut melakukan kegiatannya di sekitar Pulau Nusakambangan.

Pembangunan benteng dimulai pada 1836. Di tengah-tengah pembangunan pada 1850 muncul wabah malaria. Sebagian pekerja terkena malaria dan sebagian tewas. Oleh karena itu pemerintah Hindia-Belanda mendatangkan ratusan narapidana dari berbagai wilayah untuk melanjutkan pembangunan benteng yang sempat terhenti. Pada tahun yang sama dibangun pula bangunan penjara yang dapat menampung sekitar 300 orang. Pada 1861 pemerintah Hindia-Belanda yang berupaya meningkatkan Nusakambangan sebagai basis pertahanan memindahkan penduduk asli ke Kampung Laut, Jojok, dan Cilacap. Penduduk asli yang tersisa ikut membantu memperbaiki benteng dan sarana militer lainnya (Wibowo 2001: 6, 21).

Pemerintah Hindia-Belanda pada 1908 menetapkan pulau tersebut menjadi bijzondere straf gevangenis (penjara hukuman khusus) atau poelaoe boei [pulau bui]. Selain sebagai pulau penjara, Pulau Nusakambangan juga merupakan cagar alam yang berdasarkan Gouvernement Besluit No 26 tanggal 24 Juli 1923 ditetapkan sebagai natuurmonument atau monumen alam (Dammerman 1924:20; Muchamad Sulton et.al 2018: 49).

Bangunan penjara (boei: bui) di Nusakambangan dibangun secara bertahap dan letaknya terpisah satu sama lain. Bui Permisan dibangun pada 1908 terletak di Nusakambangan selatan, bui Karang Anyar dan Nirbaya dibangun tahun 1912, bui Batu dibangun pada 1925, bui Karang Tengah dan Gliger dibangun pada 1928, bui Besi dibangun pada 1929, bui Limus Buntu dan Cilacap dibangun pada 1935, dan bui Kembang Kuning tahun 1940. Secara administratif daerah pemasyarakatan Nusakambangan (Lembaga Pemasyarakatan Karang Tengah, Gliger, Limus Buntu, Nirbaya, Batu, Besi, Kembang Kuning, Karanganyar, Permisan) masuk wilayah Kelurahan Tambakreja, tetapi yang berwenang di daerah tersebut adalah Kementerian Hukum dan HAM (Muchamad Sulton et.al 2018: 46-47). Pada 1985 Lembaga Pemasyarakatan Karang Tengah, Gliger, Limus Buntu, Nirbaya, Karanganyar ditutup.

Penjara di Nusakambangan juga mengelola berbagai usaha sejak masa Hindia-Belanda, antara lain tanaman karet di Jumbleng (sekarang Batu). Selain tanaman karet, ditanam juga sayur-sayuran untuk kebutuhan para pegawai, serta agave (sejenis kaktus) yang dimanfaatkan untuk bahan pemanis seperti sirup (Pemandangan, 28/1/1937).

Selain tempat para penjahat kelas berat, seperti Kusni Kasdut (1929-1980), Johny Indo (1948-2020), penjara Karang Tengah Nusakambangan pernah menjadi tempat singgah sastrawan Pramoedya Ananta Toer (1925-2006) sebelum dibawa ke Instalasi Rehabilitasi Pulau Buru pada 16 Agustus 1969 (Koh 2011:20).

Penulis: Achmad Sunjayadi
Instansi: Universitas Indonesia
Editor: Dr. Restu Gunawan, M.Hum


Referensi

Carey, Peter. 2011. Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan di Jawa 1785-1855 Jilid I. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Dammerman, K.W. 1924. Nederlandsch-Indische tot Natuurbescherming. Mededeling No.8. Buitenzorg: Nederlandsch-Indische tot Natuurbescherming

Koh Young Hun. 2011. Pramoedya Menggugat. Melacak Jejak Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Muchamad Sulton, Ibnu Sodiq, Andy Suryadi. 2018. Perkembangan Lembaga Pemasyarakatan Pulau Nusakambangan Kabupaten Cilacap. Journal of Indonesian History, Vol 7 (1), 45-55.

n.n. 1937. Peroesahaan di Noesakambangan. Pemandangan. 28 Januari. Hal 2.

Wibowo, M. Unggul. 2001. Nusakambangan dari Poelaoe Boei Menuju Pulau Wisata. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.