Partai Bangsa Indonesia

From Ensiklopedia

Keberadaan Partai Bangsa Indonesia (PBI) atau yang lebih sering disebut dengan Persatuan Bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dari Studieclub yang didirikan Dr. Soetomo pada tahun 1924. Studiclueb sendiri didirikan oleh beberapa orang yang tidak nyaman lagi berada dalam PNI. Dalam perkembagan kemudian, organisasi ini oleh Dr. Soetomo dirasakan tidak dapat merealisasikan cita-citanya. Studiclueb memiliki banyak orang yang suka dan simpati padanya dan para pemimpinnya sudah populer. Pada tanggal 16 Oktober 1930, studieclub yang awalnya memiliki kegiatan yang terbatas kemudian terbuka bagi tiap orang dan didirikan tidak hanya di Surabaya tetapi di beberapa tempat. Pada tanggal 4 Januari 1931, Studiclub diubah namanya menjadi Persatuan Bangsa Indonesia dengan anggaran dasar yang baru. Organisasi tersebut  berusaha “menyempurnakan derajat” Bangsa dan Tanah Air berdasarkan kebangsaan Indonesia. Dengan kata lain, Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) bertujuan untuk meningkatkan martabat hidup bangsa dengan program yang tidak mengutamakan semata aktivitas politik, melainkan juga dalam bidang sosial dan ekonomi.

Berkaitan dengan orientasi baru tersebut, isu kooperasi dan nonkooperasi tidak lagi dipersoalkan. Hal ini dilakukan karena memang sejak awal Soetomo bersikap skeptis terhadap prinsip nonkooperasi, terlebih setelah menyaksikan kandasnya berbagai aksi PNI. Kegiatan nyata yang dilakukan PBI adalah mendirikan koperasi, poliklinik, dan kursus-kursus yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Oleh karena itu, PBI memiliki semboyan: “Bekerja dulu berbicara kemudian”. Perubahan ke arah orientasi ekonomi  yang lebih kuat juga diakibatkan oleh tindakan-tindakan yang keras dari pemerintah kolonial. Dengan demikian, pekerjaan konstruktif dari partai-partai pada bidang ekonomi, walaupun dirasakan belum terlalu berarti, telah memberi bentuk konkret kepada cita-cita ekonomi nasional dan dianggap sebagai bukti yang nyata adanya prinsip berdiri di atas kaki sendiri. 

Pada tahun 1931, PBI sudah memiliki 15 cabang yang terbagi dalam beberapa ranting dan rombongan. Adapun pengurus besarnya saat itu adalah Dr. Soetomo dan Mr. Subroto. Setahun kemudian, organisasi ini mengalami perkembangan yang luar biasa dengan jumlah cabang telah mencapai 30 dengan jumlah anggota sebanyak 2.500 orang. Pada bulan Mei 1932 dilakukan kongres dengan keputusan akan memperhatikan perkoperasisn, segala hal tentang serikat sekerja, pengajaran, dan dalam rapat tahunan Mei 1932 diputuskan untuk membentuk perkumpulan kaum tani berdasarkan koperasi (Rukun Tani). Rukun Tani yang didirikan  oleh PBI memiliki pengaruh yang luas di kalangan petani dan berhasil menyakinkan perbaikan  dan kesejahteraan petani terlebih pada masa depresi ekonomi. Hal inilah kemudian yang menyebabkan PBI juga diawasi oleh  gubernemen.

Pada bulan Juli 1933, PBI mengadakan rapat tahunan Rukun Tani yang pertama dengan cabang sejumlah 158 (47 di antaranya belum disahkan dengan anggota lebih kurang 2000). Pada tanggal 23 Maret – 2 April 1934, PBI mengadakan kongres yang ke-3 di Malang, yang saat itu sudah memiliki 38 cabang. Terdapat beberapa hal penting yang dibicarakan dalam konges ini, yakni: a) pelayaran bangsa Indonesia antara pulau ke pulau, akan dapat dimajukan dengan mengadakan koperasi; dan b) hal melanjutkan pelajaran di luar negeri, terutama di Jepang diputuskan akan memajukan pengajaran sekuat-kuatnya dengan bukti yang nyata. Keputusan kongres yang lain adalah melidungi perkumpulan-perkumpulan sekerja yang bersedia bernaung di bawah panji-panji PBI. Kongres juga memutuskan untuk mendirikan kepanduan sendiri (Surya Wirawan). Pada bulan Juli 1934, PBI merayakan usianya yang ke-10 tahun dan dalam kongres 18-21 April 1935 di Surabaya disetujui sejumlah rancangan yang telah lama ada dalam pembicaraan tentang fusi dengan Budi Utomo. Fusi tersebut dilaksanakan pada bulan Desember 1935 dengan bentuk Partai Indonesia Raya (Parindra). Selain kedua partai di atas, dalam Parindra bergabung pula Sarikat Selebes, Sarikat Sumtera, Sarikat Ambon,  perkumpulan Kaum Betawi dan Tirtayasa. Dengan terbentuknya Parindra, maka persatuan golongan koperasi semakin kuat. Pada tahun 1936, partai tersebut mempunyai 57 cabang dengan 3.425 anggota.

Penulis: Sarkawi
Instansi: Universitas Airlangga Surabaya
Editor: Prof. Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum


Referensi

Kartodirdjo, Sartono. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional. Dari Kolonialisme Sampai Nasonalisme. Jilid 2. Jakarta: Gramedia, 1993.

Pringgodigdo, A. K. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat, 1994.

Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional. Dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908-1945. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ingleson, John. Jalan ke Pengasingan. Pergerakan Nasionalis Indonesia Tahun 1927-1934. Jakarta: LP3ES.

Frederick, William H. Pandangan dan Gejolak. Masyarakat Kota dan Lahirnya Revolusi Indonesia (Surabaya 1926-1946). Jakarta: Gramedia, 1988.