Penjara Kalisosok Surabaya
Penjara Kalisosok adalah penjara tua yang berada di Kota Surabaya yang berdiri sejak awal abad ke-19. Dibangun pada masa pemerintahan kolonial yang saat itu dipimpin oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, tepatnya pada 1 September 1808, pembangunan penjara menghabiskan dana sebanyak 8.000 Gulden (Agustina 2017: 36). Nama Penjara Kalisosok sendiri diambil dari nama tempat di mana penjara Kalisosok itu berada, yaitu kampung Kalisosok yang berada di sebelah utara wilayah Kota Surabaya (Basundoro 2013:77). Berdiri sejak masa kolonial Belanda dan terus digunakan sampai dengan masa republik, penjara Kalisosok melewati banyak rentetan peristiwa sejarah bangsa, terutama masyarakat Surabaya dalam upaya kemerdekaan Indonesia.
Salah satu peristiwa penting yang terjadi di penjara Kalisosok adalah penyerbuan tentara Sekutu ke penjara tersebut, dan menjadi awal pertempuran di Surabaya pada bulan Oktober 1945. Peristiwa itu disebabkan penangkapan yang dilakukan pemuda Surabaya di penjara Kalisosok terhadap seorang perwira militer Sekutu, yaitu Kolonel Laut Huiyer (Moehkardi 2020: 64). Penangkapan tersebut membuat pasukan Sekutu di bawah pimpinan Kapten Shaw melakukan penyergapan penjara Kalisosok untuk membebaskan Kolonel Huiyer bersama dengan beberapa orang stafnya pada 26 Oktober 1945 malam hari (Moehkardi 2020: 67).
Selain Kolonel Huiyer, juga terdapat 3.000 narapidana yang semuanya lelaki Belanda yang ditahan di penjara Kalisosok. Untuk mengantisipasi pasukan Sekutu, maka dibentuk pasukan narapidana penjara Kalisosok di bawah pimpinan kepala penjara MD. Arifin untuk melawan serangan tentara Sekutu (Soewito 1994: 34) Untuk membebaskan para tahanan Belanda yang ada di penjara Kalisosok, pada 12 November 1945 malam hari pasukan Sekutu kembali mengerahkan pasukan menuju penjara Kalisosok yang kemudian serangan itu juga dibalas oleh para pemuda Surabaya (Soewito 1994 : 87).
Penjara Kalisosok juga menjadi tempat tahanan bagi tokoh penting bangsa Indonesia. Tokoh tersebut adalah K.H. Mas Mansyur (1896-1946) seorang tokoh Muhamadiyah dan juga dikenal sebagai tokoh Empat Serangkai bersama Sukarno, M. Hatta dan Ki Hadjar Dewantara. Mas Mansyur harus masuk ke dalam Penjara Kalisosok, karena ia aktif membantu pergerakan pemuda-pemuda Surabaya dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda, dan hal ini membuat pihak Belanda merasa perlu menyingkirkan Mas Mansyur dengan memenjarakannya di Penjara Kalisosok. K.H. Mas Mansur pada akhirnya wafat di penjara Kalisosok Surabaya pada 25 April 1946 (Said dkk. 1995: 54).
Penulis: Suprayitno
Instansi: Universitas Sumatera Utara
Editor: Dr. Restu Gunawan, M.Hum
Referensi
Agustina, Meria (2017) Tinjauan Yuridis Sosiologis Dalam Kebijakan Conjugal Visit Sebagai Pemenuhan Hak Bagi Narapidana (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Surabaya). Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Basundoro, Purnawan (2013) Merebut Ruang Kota: Aksi Rakyat Miskin Kota Surabaya, 1900-1960an. Jakarta: Marjin Kiri
Moekardi (2020) Peran Surabaya Dalam Revolusi Nasional 1945. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Said, Julinar., Wulandari, Triana., Sutjiatiningsih, Sri (1995) Ensiklopedia Pahlawan Nasional. Jakarta: Sub Direktorat Sejarah, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jendral Kebudayaan.
Soewito, Irna Hanny Nastoeti Hadi (1994) Rakyat Jawa Timur Mempertahankan Kemerdekaan. Jakarta: Gramedia WidiasaranaIndonesia.