Penjara Plantungan

From Ensiklopedia

Plantungan adalah nama sebuah desa yang terletak di suatu lembah kira-kira 15 km ke arah barat daya Sukorejo, kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Desa Plantungan secara administratif merupakan daerah perbatasan yang berada di ujung paling selatan kota Kendal. Sebelah utara dan timur Plantungan berbatasan dengan Kabupaten Batang yang dipisahkan oleh kali Lampir. Bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan. Nama “Plantungan” atau “pelantungan” berasal dari kata latung atau lantung karena di daerah ini terdapat tanah liat hitam yang orang Jawa sebut lantung (Amurwani 2011: 4).

Desa Plantungan penting bagi sejarah Indonesia karena pada periode April 1971 hingga Desember 1979 menjadi kamp (penjara) bagi tahanan politik (tapol) perempuan yang diduga terlibat dalam kegiatan di Partai Komunis Indonesia (PKI), sebagai ekses dari peristiwa September 1965. Kamp Plantungan ini merupakan bekas rumah sakit lepra pada zaman kolonial dan diubah menjadi “rumah edukasi” bagi tapol perempuan dari berbagai daerah. Sama seperti kasus tapol pulau Buru, para tapol Plantungan mengalami tuduhan yang tidak pernah dibuktikan di pengadilan (Amurwani 2011: 137, 139; Ita Nadia 2007 : 82).

Kamp Plantungan memiliki enam blok besar yang dikawati dengan kawat berduri, yakni Blok A, B, C, D, E dan F. Setiap bloknya berbentuk empat persegi panjang dengan dinding tembok dan lantainya terbuat dari plesteran semen. Setiap blok memiliki ketua dan wakil yang bertugas mengoordinasi para tahanan. Bagi tahanan yang masuk dalam klasifikasi besar seperti dosen, seniman, guru, tenaga kesehatan maupun profesi lainnya yang memiliki nama besar dan dikenal publik dikategorikan dalam golongan B, dan ditempatkan di Blok C. Hal ini sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 13/Kogam/7/1966, tahanan golongan B adalah mereka yang terlibat secara tidak langsung dengan perencanaan pengkhianatan terhadap negara. Mereka adalah kaum yang telah mengetahui adanya Gerakan pengkhianatan, menunjukkan sikap yang bersifat menyetujui Gerakan tersebut, atau menghambat usaha-usaha penumpasan Gerakan pengkhianatan. Mereka yang telah bersumpah kepada Partai Komunis Indonesia atau organisasi masyarakat yang aktivitasnya juga termasuk dalam golongan ini.

Untuk menyelenggarakan pembinaan tapol wanita yang ada di kamp Plantungan, pemerintah membentuk sebuah struktur organisasi yang disebut Tempat Pemanfaatan Sementara Tahanan (Tefaatra) Plantungan (Amurwani 2011: 156). Pemindahan tapol wanita ke Plantungan dilakukan secara bertahap. Gelombang pertama pemindahan dilakukan pada April 1971, sedangkan gelombang kedua dilakukan pada akhir Juli 1971 (Amurwani 2011: 164, 169). Kedatangan Palang Merah Internasional ke Tafaatra Plantungan dan juga Tefaatra Pulau Buru telah mendorong pemerintah Soeharto untuk melakukan pengembalian para tahanan politik ke masyarakat. Untuk kamp Plantungan proses ini telah dimulai pada tahun 1975, namun pembebasan para tapol dilakukan secara bertahap (Bustam 2008 : 244-245).

Beberapa tokoh perempuan yang menjadi tapol di kamp Plantungan diantaranya adalah Mia Bustam, Umi Sardjono, Salawati Daud, Bra Murtiningrum, Sri Kayati, Heryani Busoni Wiwoho, dan Sumiyarsi Siwirni Caropebeka. Sama seperti survivor dari penjara Pulau Buru, pada era reformasi beberapa survivor kamp Plantungan mulai membuka diri untuk membagi pengalaman mereka dalam bentuk memoir maupun film (lok 2011 : 5), salah satunya adalah Film Plantungan yang disutradarai Putu Oka Sukanta dan Fadhillah Vamp Saleh. Film ini mendokumentasikan kekerasan yang dialami beberapa perempuan survivor peristiwa politik 1965. Film ini diproduksi oleh Lembaga Kreativitas Kemanusiaan, sebuah lembaga yang didirikan oleh seniman dan keluarga eks tahanan politik.

Penulis: Eka Ningtyas
Instansi: Universitas Negeri Yogyakarta
Editor: Dr. Andi Achdian, M.Si


Referensi

Amurwani Dwi Lestariningsih. Gerwani: Kisah Tapol Wanita Di Kamp Plantungan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2011.

Ita Nadia. ‘Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Bebasis Jender: Mendengarkan Suara Perempuan Korban Peristiwa 1965’. Laporan Pemantauan HAM Perempuan. Jakarta: Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, 2007.

lok. ‘Hak Asasi Manusia: Film Tragedi Kemanudiaan Di Plantungan Diluncurkan’. Kompas, 12 February 2011.

Mia Bustam. Dari Kamp Ke Kamp: Cerita Seorang Perempuan. Jakarta: Spasi, VHR Book, 2008.