Perikatan Perkumpulan Istri Indonesia (PPII)
Perikatan Perkumpulan Istri Indonesia (PPII) adalah sebuah organisai yang ada pada masa pergerakan nasional dengan tujuan memperjuangkan hak-hak kaum perempuan Indonesia. Lahir sebagai hasil keputusan Kongres Perempuan Indonesia I pada 1928 ini—yang dihadiri oleh hampir 30 organisasi perempuan dari seluruh Jawa dan Sumatera (Lapian 2011)—organisasi ini awalnya bernama Perikatan Perempuan Indonesia (PPI). Pada kongres PPI pertama pada 1929, nama organisasi diubah menjadi Perikatan Perkumpulan Istri Indonesia (PPII)
Pada tahun-tahun awal berdirinya, perhatian PPII tertuju pada perbaikan nasib perempuan dalam lingkungan keluarga, misalnya kedudukan perempuan dalam hukum perkawinan (Islam), perlindungan perempuan dan anak-anak dalam perkawinan, mencegah perkawinan anak-anak, pendidikan bagi anak-anak, dan penyediaan beasiswa khusus bagi anak-anak perempuan (Firdaningsih 2009: 28). Pada 1930 PPII mengadakan kongres yang kedua di Surabaya. Saat itu PPII telah berkembang menjadi organisasi perempuan yang berlandaskan prinsip kebangsaan tanpa mengacu pada agama dan pandangan politik tertentu. Kepengurusan PPII dipusatkan di Jakarta dengan ketua Ny. Moestadjab. Pada kongres kedua ini PPII antara lain memutuskan untuk mengirimkan perwakilan ke All Asian Women Conference di Lahore pada bulan Januari 1931. Anggota yang terpilih untuk menghadiri acara tersebut adalah Ny. Soenaryati (Ny. Soekemi) dan Ny. R.A. Roekmini Santoso (adik dari R.A. Kartini) (Firdaningsih 2009: 30).
Kongres PPII ketiga dilaksanakan pada Maret 1932 di Surakarta. Kongres tersebut antara lain memutuskan untuk membentuk Komisi Fusi yang bertugas menyatukan perkumpulan-perkumpulan perempuan yang mempunyai arah pergerakan yang sama. Pada Juni 1932 dalam pertemuan antar-anggota PPII di Yogyakarta terbentuk Badan Fusi bernama Isteri Indonesia. Perkumpulan ini berasaskan kebangsaan, kerakyatan, kenetralan terhadap agama dan tujuannya adalah Indonesia Raya (Firdaningsih 2009: 30).
Pada pertemuan anggota PPII yang diselenggarakan di Jakarta pada 1933 diputuskan bahwa PPII tidak akan mengadakan kongres lagi, melainkan akan fokus untuk menyelenggarakan Kongres Perempuan Indonesia II (https://kompaspedia. kompas. id/ baca/ infografik/ kronologi/ akar-sejarah-hari-ibu-dalam-kongres-perempuan-indonesia?track_source...). Kongres PPII ke-3 ini dipimpin oleh Ny Soewandi. Keputusan-keputusan pada kongres kali ini adalah memilih pengurus PPII yang baru dan berinisiatif untuk mengadakan Kongres Perempuan Indonesia II (Firdaningsih 2009: 31). Pengurus PPII juga menerbitkan surat kabar yang menjadi tempat menyuarakan ide-ide yang diharapkan memberikan inspirasi bagi kaum perempuan Indonesia. Surat kabar tersebut diberi nama Isteri dan terbit mingguan. Surat kabar Isteri melarang penggunaan bahasa Belanda dalam terbitannya. Keputusan lainnya adalah berupaya meningkatkan pendidikan dan pengadadaan studiefonds (beasiswa) bagi anak-anak dan perempuan. Studiefonds ini bernama Seri Derma yang didirikan pada tanggal 29 Juli 1933. (Firdaningsih 2009: 24; Sujati 2020: 27).
Dalam Kongres Perempuan Indonesia II yang diselenggarakan di Jakarta pada Juli 1935, PPII menyatakan bahwa kaum perempuan adalah “Ibu Bangsa”. Perempuan mempunyai tanggung jawab lebih besar terhadap kemajuan bangsa melalui cara mendidik anak-anaknya yang merupakan generasi penerus. Kongres yang dipimpin oleh Ny. Mangunsarkoro itu antara lain memutuskan dibentuknya Kongres Perempuan Indonesia yang secara rutin akan menyelenggarakan kongres setiap tiga tahun sekali. Terbentuknya badan Kongres Perempuan Indonesia sekaligus mengakhiri eksistensi PPII yang diputuskan untuk dibubarkan karena sudah dibentuk organisasi baru yang memiliki tujuan sama. Pembubaran PPII itu dilakukan dalam konferensi PPII di Yogyakarta pada September 1935 (Lapian 2011:372).
Penulis: Nina Witasari
Instansi: Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Unnes
Editor: Dr. Endang Susilowati, M.A
Referensi
Firdaningsih, Indah (2009). “Kongres Perempuan Indonesia II 20-24 Juli 1935”. Skripsi pada Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
https://kompaspedia. kompas. id/ baca/ infografik/ kronologi/ akar-sejarah-hari-ibu-dalam-kongres-perempuan-indonesia?track_source...
Lapian, A.B. (2011). Indonesia Dalam Arus Sejarah: Masa Pergerakan Kebangsaan. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve.
Sujati, Budi, Ilfa Harfiatul Haq (2000). “Gerakan Perempuan di Jawa (1912-1941)” Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (1), Juni 2020.