Seinendan

From Ensiklopedia


Seinendan merupakan barisan pemuda yang dibentuk oleh pemerintah militer Jepang di Indonesia. Bersifat semi-militer, pembentukan Seinendan diumumkan pada 29 April 1943, bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Jepang. Hal itu bertujuan mendidik dan melatih para pemuda agar bisa menjaga dan mempertahankan tanah air dengan kekuatan sendiri. Namun, sebenarnya terkandung maksud tersembunyi di balik pembentukan Seinendan, yaitu agar pemerintah militer Jepang bisa memperoleh tenaga cadangan untuk memperkuat usaha mencapai kemenangan akhir dalam perang saat itu (Poesponegoro dan Notosusanto 2008: 45). Penguasa militer Jepang menyadari adanya kekuatan potensial dari pemuda yang dapat dimobilisasi demi upaya mendukung keberhasilan perang Jepang (Kurasawa 2015: 373).  

Anggota Seinendan berasal dari kalangan pemuda pribumi, berusia antara 14 dan 25 tahun (kemudian diubah menjadi 14 sampai 22 tahun) (Ricklefs 2005: 305). Meski disebutkan bersifat sukarela, realitasnya anggota Seinendan ditunjuk oleh kepala desa dari kalangan pemuda terdidik (lulusan sekolah dasar) yang berasal dari keluarga relatif kaya (Kurasawa 2015: 381). Tujuan awal pembentukan Seinendan adalah melatih dan memobilisasi anggotanya untuk berbagai kegiatan dengan aneka tujuan pragmatis, teristimewa peningkatan produksi ekonomi dan pekerjaan umum. Oleh karena itu, pada awalnya tidak ada latihan militer dalam pelatihan anggota Seinendan, hanya gerak. Hal itu menunjukkan betapa pentingnya peran mereka dalam bidang ekonomi, terutama dalam produksi pertanian. Beberapa unit Seinendan daerah bahkan diberi tanah pertanian untuk dikerjakan bersama-sama berdasar asas kesukarelaan, kemudian hasilnya harus diserahkan kepada pemerintah. Sebagian besar kegiatan harian mereka merupakan pekerjaan seperti pembangunan jalan dan kerja di pabrik tanpa dibayar (Kurasawa 2015 : 377-8).  

Karena berubahnya situasi perang, pada Agustus 1943 latihan paramiliter kemudian dimasukkan ke dalam program latihan Seinendan. Untuk menyukseskan organisasi Seinendan, pemerintah Jepang memperluas Seinen Kunrensyo (lembaga pelatihan-pelatihan pemuda) menjadi Cuo Seinen Kunrensyo (lembaga pusat pelatihan pemuda). Di lembaga inilah kader-kader pimpinan Seinendan daerah dilatih. Kepada anggota barisan ini ditanamkan semangat kedisiplinan dan diberi latihan tempur. Meski demikian, mereka tidak menggunakan senjata yang sebenarnya. Pada umumnya, mereka dilengkapi dengan mokuju (senapan kayu). Selain itu, mereka juga dilatih pencegahan serangan udara dan kebakaran (Oktorino 2019: 28). Di dalam rangka perang, Seinendan berperan sebagai barisan cadangan yang mengamankan garis belakang (Poesponegoro dan Notosusanto 2008: 46).

Seinendan memiliki cabang di setiap tingkatan wilayah administratif, yaitu dari tingkat Si (kotapraja) hingga Shu (karesidenan). Selain itu di pabrik-pabrik dibentuk pula Seinendan Kojo, sementara di daerah perkebunan dibentuk Seinendan Jigyojo. Pada Oktober 1944 dibentuk pula Josyi Seinendan (Seinendan Putri) (Oktorino 2016: 230). Semula anggota Seinendan tercatat sebanyak 3.500 orang pemuda dari seluruh Jawa. Jumlah itu terus berkembang menjadi kira-kira 500.000 orang pemuda pada akhir masa pendudukan Jepang (Poesponegoro dan Notosusanto 2008: 45).

Meskipun dimaksudkan agar dapat memobilisasi pemuda secara efisien dalam rangka mendukung perang Jepang, kenyataannya pengalaman dalam Seinendan memupuk kepercayaan diri akan kemampuan mereka untuk mengubah masa depan. Banyak orang Indonesia yang kemudian direkrut ke dalam Heiho dan Pembela Tanah Air (PETA) mendapatkan latihan paramiliter pertamanya dalam Seinendan (Oktorino 2019: 28).

Penulis: Nazala Noor Maulany
Instansi: Universitas Islam Negeri Mataram
Editor: Dr. Endang Susilowati, M.A


Referensi

Kurasawa, Aiko (2015) Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di Pedesaan 1942-1945. Depok: Komunitas Bambu.

Oktorino, Nino (2016) Di Bawah Matahari Terbit: Sejarah Pendudukan Jepang di Indonesia 1941-1945. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

------------, Nino (2019) Nusantara Membara, Heiho: Barisan Pejuang Indonesia yang Terlupakan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Poesponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto, Nugroho (2008) Sejarah nasional Indonesia: Zaman Jepang dan zaman Republik Indonesia, ±1942-1998. Jakarta: Balai Pustaka.

Ricklefs, M.C. (2005) Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.