Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SESKOAD)
Seskoad adalah lembaga pendidikan milik TNI AD yang ditujukan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi perwira menengah yang diproyeksikan untuk menduduki jabatan-jabatan tinggi. Seskoad yang didirikan pada 17 Maret 1951 tidak hanya membekali perwira siswanya dengan pengetahuan militer, namun juga pengetahuan kemasyarakatan (ekonomi, sosial, dan politik) untuk menunjang kemampuan mereka. Lebih dari sekadar sekolah pimpinan, Seskoad pernah menjadi wadah pemikir (think tank) yang menopang rezim Orde Baru, bahkan sebelum rezim tersebut resmi berdiri.
Ketika pertama kali didirikan, Seskoad memiliki nama SSKAD (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat) dan mengambil lokasi markas di Bandung. Pendidikan SSKAD angkatan ke-1 dibuka oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta pada 17 November 1951 yang diikuti oleh perwira menengah angkatan darat berpangkat kapten dan mayor. Kala itu, SSKAD telah merencanakan dua jenis kursus, yaitu kursus Taraf I dan II, meski hanya kursus Taraf I yang berhasil dilaksanakan. Pada tahun 1951 hingga 1958, kursus Taraf I ini mencakup kursus ilmu perang, komandan resimen, komandan resimen tim pertempuran, dan persamaan orientasi jabatan komandan batalyon. (SESKOAD 1969: 4).
Selanjutnya, pada tahun 1958 SSKAD mengalami perubahan nama menjadi Seskoad yang dipertahankan hingga saat ini. Berbeda dengan SSKAD, Seskoad mulai mengemban tugas-tugas pengembangan doktrin militer secara mandiri agar TNI tidak perlu mengadopsi doktrin dari luar negeri. Pada tahun 1960, tugas Seskoad ditetapkan melalui ketetapan 10-60, 20 Mei 1960 yang mengatur bahwa Seskoad memiliki dua tugas utama: pertama, menyelenggarakan penelitian dan pengembangan doktrin-doktrin teknik, administrasi, teknik & staf, prosedur penggunaan semua kesenjataan, jawatan, dan angkatan secara gabungan. Kedua, menyelenggarakan dan melaksanakan pendidikan pertahanan negara dan melaksanakan penelitian dan pengembangan atasnya. Layak dijadikan catatan bahwa baru pada periode inilah, Seskoad menyelenggarakan pendidikan terkait pertahanan dan bukan semata-mata militer (Pusat Sedjarah Militer 1965: 209).
Seskoad menerapkan sebuah terobosan kebijakan pada tahun 1961, yang mulai menerima siswa-siswa dari luar Angkatan Darat untuk mengikuti kursus-kursus di Seskoad. Peserta dari luar AD ini antara lain berasal dari Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri, Imigrasi, Kejaksaan Agung dan Lembaga Administrasi Negara. (Fakih 2021: 63).
Mulai tahun 1974, Seskoad tidak lagi berada di bawah kendali langsung Kepala Staf Angkatan Darat, melainkan berada di bawah naungan SESKO-ABRI. Situasi ini membuat pendidikan Seskoad dibagi menjadi dua tahap: tahap pertama, para perwira siswa menjalankan pendidikan SESKO bersama matra/angkatannya masing-masing. Sementara itu, pada tahap kedua, pendidikan dilaksanakan bersama matra lain atau dikenal dengan SESKO Gabungan (Seskoad 1969: 4). Kondisi ini berlangsung hingga 1984 yang menandai dikembalikannya Seskoad ke bawah kendali Kepala Staf Angkatan Darat.
Sesuai dengan tugas barunya, Seskoad didapuk menjadi tempat penelitian dan pengembangan doktrin militer angkatan darat. Doktrin pertama yang dihasilkan oleh Seskoad dengan tugas barunya adalah doktrin Tri Ubaya Çakti yang bermakna “tiga janji yang ampuh.” Doktrin ini memiliki tiga butir utama yaitu: doktrin kekaryaan, doktrin perang revolusi Indonesia, dan doktrin pembinaan perang revolusi Indonesia. Doktrin ini merupakan buah dari Seminar Angkatan Darat I yang terselenggara pada April 1965. Penetapan Tri Ubaya Çakti sebagai doktrin angkatan darat tidak hanya berupaya menegaskan bahwa matra terbesar dalam TNI ini berada di bawah komando Presiden Sukarno namun juga menandai peran baru Seskoad di dalam politik militer Indonesia (Seskoad 1967: 20).
Berselang kurang lebih satu tahun kemudian, Seskoad pula yang mengadakan Seminar Angkatan Darat II pada tahun 1966 yang bertujuan untuk merevisi doktrin Tri Ubaya Çakti. Dalam sebuah ulasan yang dimuat oleh Karya Vira Jati, jurnal akademik milik Seskoad, doktrin ini diciptakan di dalam suasana yang sarat dengan pengaruh Marxisme-Maoisme, utamanya pada butir Perang Revolusi Indonesia (Perevindo). Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penyesuaian doktrin yang dalam banyak hal bermakna upaya mengeliminasi pengaruh Sukarno dan kelompok kiri dalam jati diri tentara. Terdapat pula pergeseran perspektif mengenai “musuh utama” yang harus dihadapi oleh Bangsa Indonesia. Di dalam doktrin Tri Ubaya Çakti, “musuh utama” yang dijabarkan adalah neo-kolonialisme dan imperialisme, sementara pada versi revisinya, komunisme menempati kedudukan paling atas sebagai musuh yang harus dihadapi (Seskoad 1967: 20).
Seskoad dipimpin oleh seorang komandan dari golongan perwira. Pada tahun 1950an, komandan Seskoad menyandang pangkat Letnan Kolonel, namun seiring dengan perubahan organisasi, orang nomor satu di institusi ini harus memiliki pangkat Mayor Jenderal. Komandan pertama Seskoad adalah Letnan Kolonel Ahmad Yunus Mokoginta yang menjabat antara tahun 1951-1953. Selain itu, Seskoad pernah dipimpin nama-nama besar di militer Indonesia seperti G.P.H. Djatikusumo (Kepala Staf Angkatan Darat Pertama), Feisal Tanjung (Panglima TNI/ABRI ke-11), dan Bibit Waluyo (Gubernur Jawa Tengah ke-14) (Seskoad 1969: 4).
Di antara sederet nama mantan komandan Seskoad, gelar “Bapak Seskoad” diberikan kepada Mayor Jenderal Soewarto yang menjabat pada tahun 1966-1967. Di bawah kepemimpinan Soewarto, Seskoad mendapatkan tugas besar untuk merevisi doktrin TNI-AD. Perubahan doktrin ini dalam banyak hal turut membentuk karakter militer Indonesia yang tidak hanya mengurusi domain pertahanan-militer namun juga sosial-politik, setidaknya hingga Dwi Fungsi ABRI dinyatakan berakhir (Seskoad 1969: 5).
Penulis: Satrio Dwicahyo
Instansi: Departemen Sejarah Universitas Gadjah Mada
Editor: Dr. Farabi Fakih, M.Phil.
Referensi
Fakih, Farabi. Authoritarian Modernization in Indonesia's Early Independence
Period: The Foundation of the New Order State (1950-1965). Netherlands: Brill, 2021.
Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat. Viyata Vira Jati: Pataka. Bandung:
SESKOAD., 1969.
Suwarto. Himpunan Karangan Letnan Djenderal Anumerta Suwarto: Volume 1. Bandung: Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat, 1967.