Soerachman Tjokroadisoerjo
R.M.P. Soerachman Tjokroadisoerjo adalah rektor pertama Universitas Indonesia (UI) dan pernah menjabat sebagai Menteri Kemakmuran pada saat kabinet presidensial yang pertama setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ia lahir di Wonosobo 30 Agustus 1894. Ayahnya R.M.T. Soerjoadikoesoemo adalah Bupati Wonosobo ketiga. Kakeknya R.M. Raja Muda Ario Tjokroadisoerjo merupakan Bupati Wonosobo kedua. Garis keturunan Soerachman termasuk generasi ke-5 Hamengkubuwono II.
Sebagai bagian dari kaum priyayi Soerachman diajarkan tradisi bangsawan Jawa dan tumbuh sebagai remaja jujur, demokratis dan menjunjung ajaran Islam, serta bersekolah tinggi dengan kejeniusan luar biasa.
Soerachman mengenyam pendidikan Europeesche Lagere School (ELS) dan Hoogere Bugerschool (HBS) di Jakarta. Selanjutnya pemerintah Hindia Belanda mengirim Soerachman melanjutkan pendidikannya pada tahun 1915 ke Negeri Belanda. Di Negeri Kincir Angin itu Soerachman menimba ilmu pada Jurusan Teknik Kimia, Technische Universiteit Delf. Segera setelah menamatkan pendidikan tahun 1920, Soerachman kembali ke Indonesia dan memimpin laboratorium Bandung.
Sesungguhnya, sekembalinya ke Indonesia, Soerachman dirayu menggantikan posisi ayahnya sebagai bupati, namun tawaran itu ditolaknya dengan lembut dan dia memilih bekerja sesuai keahliannya di Laboratorium Bandung. Ketika di Bandung, ia sering dikunjungi mahasiswa dan tokoh pergerakan seperti Bung Karno. Dalam pertemuan itu mereka larut dalam diskusi berbagai persoalan, sehingga pemerintah Belanda mencurigai dan akhirnya memindahkan Soerachman ke Laboratorium Kebun Raya Bogor. Tidak lama di Bogor, dia dipindahkan lagi ke Yogyakarta. Empat tahun kemudian Soerachman dipindahkan kembali ke Bogor dan akhirnya ditempatkan di Jakarta pada Departemen Perekonomian. Beberapa kali pindah tidak memutuskan komunikasinya dengan tokoh pergerakan. Saat Kongres Pemuda II 28 Oktober 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda, Soerachman ikut andil dalam memberi dorongan dan fasilitas.
Selanjutnya pada masa Jepang, Soerachman menjadi pejabat tinggi di Departemen Perekonomian. Sehingga waktu Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dibentuk 1 Maret 1945, Soerachman terpilih sebagai anggota BPUPKI. Beliau banyak berkontribusi dalam badan tersebut, terutama pada kedua masa sidang BPUPKI. Pada Sidang I 30 Mei 1945, Soerachman berbicara bersamaan Mohammad Hatta, Agus Salim, Samsoedin,Wongsonegoro, Abdoel Kadir, Soewandi, Abdoel Rahim, Soetardjo, dan Soekiman. Pada sidang II 10 Juli 1945, Soerachman menjadi bagian dari Panitia perumus perancang ekonomi dan keuangan.
Pada awal kemerdekaan, Soerachman diangkat menjadi Menteri Ekonomi pertama. Kebijakan awal yang diambil adalah menasionalisasi perusahaan-perusahaan asing, selanjutnya menetapkan alat pembayaran yang sah dengan mengedarkan Oeang Republik Indonesia (ORI) mengganti mata uang Jepang. Pada kabinet berikutnya, Soerachman dipercaya kembali menjabat Menteri Keuangan dengan kebijakan mengatasi kesulitan moneter dan mengambil langkah melakukan Program Pinjaman Nasional (PPN) untuk mendukung Bank Tabungan Pos sebagai penyaluran pinjaman nasional guna meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Sebagai cendekiawan Soerachman bergerak di berbagai disiplin ilmu. Mengabdi sebagai dosen di Institut Teknologi Bandung. Tahun 1950, ketika Universiteit van Indonesia (Universitas Indonesia–UI didirikan, Soerachman dipercaya menjadi Presiden Utama (Rektor). Pada tahun 1952, menjadi ketua delegasi Indonesia ke perundingan di Negeri Belanda untuk menasionalkan perusahaan dan pertambangan timah milik Belanda.
Soerachman sosok tokoh yang tidak menolak setiap tugas diberikan kepadanya, terlebih tugas demi kepentingan bangsanya. Ketika menjadi ketua delegasi perundingan ke negeri Belanda saat itu usianya sudah tidak lagi muda dan sedang terserang sakit tekanan darah tinggi Soerachman wafat di Negeri Belanda pada tanggal 16 November 1952.
Penulis: Dedi Irwanto
Referensi
Bashri, Yanti dan Sufatni, Suffatni(2014) Sejarah Tokoh Bangsa. Yogyakarta: Pustaka Tokoh Bangsa.
Goto, Kenichi (1998) Jepang Dan Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Hadiyanto (2020) Organisasi Kementerian Keuangan dari Masa ke Masa. Jakarta:Kementerian Keuangan.
Ismaun (1984) Diktat Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung: IKIP.
Karyanti, Tri (2010) Sumpah Pemuda dan Nasionalisme Indonesia. Majalah Ilmiah Informatika, 1(3): 89-99.
Kertapati, Sidik (1961) Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945. Jakarta: Pembaruan.
Manus, MPB, dkk. (1993) Tokoh-Tokoh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
Ricklefs, M. C. (1981) Sejarah Indonesia Modern (A History of Modern Indonesia). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Rohayuningsih, Heri (2009) Peranan BPUPKI dan PPKI dalam Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia, Forum Ilmu Sosial, 36(2): 184-194.
Setialaksana, Nana (2017) Peranan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) 1945 dalam Proses Menuju Kemerdekaan Indonesia. Jurnal Artefak, 4(2), 109-118.
Suratmin (1981) Prof. Ir. Raden Mas Panji Soerachman Cokroadisuryo: Hasil Karya dan Pengabdiannya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah.
Widodo, Sutejo K. (2017) Memaknai Sumpah Pemuda di Era Reformasi. Humanika: Jurnal Ilmiah Kajian Humaniora, 16(9): 1-12.