Soewandi

From Ensiklopedia
Revision as of 12:49, 11 August 2023 by Admin (talk | contribs) (Text replacement - "Penulis: Sudarno" to "{{Penulis|Sudarno|Universitas Sebelas Maret|Dr. Restu Gunawan, M.Hum}}")

Mr. Raden Soewandi adalah tokoh pendidikan dan aktivis politik pergerakan kemerdekaan. Ia lahir pada tanggal 31 Oktober 1898 di Ngawi, Jawa Tengah dan memperoleh pendidikan pertamanya di Hollands Inlandsche School (HIS) yang diselesaikannya dalam tahun 1911, ketika ia masih berumur 13 tahun. Ia melanjutkan ke Opleiding School voor lnlandsche Ambtenaaren (OSVIA) dan lulus enam tahun kemudian (1917). Se1epas dari seko1ah ini Suwandi melanjutkan studi ke Bestuur School (selesai 1919) dan kemudian di Groot Notaris (selesai 1923). Studi lanjutan ia dapat berhasil dengan memperoleh gelar Meester en de Rechten (Mr) dari Rechts School (Sekolah Hukum) di Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1938.

Di samping studi, sejak tahun 1917, ketika ia berumur 19 tahun, Suwandi juga bekerja pada Jawatan Pendidikan dan Kebudayaan, selepas lulus dari OSVIA. Pada tahun 1938-1939,  Suwandi sempat melakukan kunjungan ke Negeri Belanda dan Inggris untuk mempelajari sastra dan film di sekolah-sekolah kedua negara tersebut. Sekembalinya dari luar negeri, ia dipercaya menjabat administratur dan kemudian sekretaris pada jawatan tersebut pada tahun-tahun menjelang kedatangan pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang (4 Oktober 1943) ia masih diminta untuk menjadi pegawai tinggi pada Jawatan Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tanggal 30 Oktober 1943, Mr. R. Suwandi—bersama dengan Mr. Sutan Takdir Alisyahbana, Abas St. Pamuncak, Armen Pane, Husein Jayaainingrat, Sanusi Pane, Purbacaraka, Priyono, H.A. Salim, Moh. Hatta, dan Sukarno—duduk di dalam Komisi Bahasa Indonesia di bawah Kantor Pengajaran zaman Jepang yang bernama Mori yang telah dapat menetapkan kurang lebih 7.000 istilah bahasa Indonesia.

Selain itu, Mr. Suwandi juga pernah menjabat ketua Perkumpulan Akademisi Indonesia serta aktif dalam perjuangan politik pergerakan nasional sebagai pengurus Boedi Oetomo. Bersama Soetomo, ia juga aktif dalam Partai Indonesia Raya (Parindra). Ia juga menjadi anggota BPUPKI.

Pada tanggal 2 November 1946 sampai dengan 26 Juni 1947, Mr. Suwandi ditunjuk oleh pemerintah sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP dan K) untuk memperbaiki sistem pendidikan dan pengajaran di negara Republik Indonesia. Untuk menjalankan tugas itu, Mr. Suwandi membentuk Panitia Penyelidik Pengajaran Republik Indonesia dengan 52 orang anggota yang bertugas untuk: (1) merencanakan susunan baru untuk tipe-tipe sekolah, (2) menetapkan bahan-bahan pengajaran dan menimbang keperluan yang praktis dan tidak terlalu berat, dan (3) menyiapkan rencana-rencana pendidikan dan pengajaran mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan di perguruan tinggi.

Dari hasil kerja panitia itu, kemudian Mr. Suwandi mengeluarkan kebijakan tentang susunan persekolahan: Sekolah Rendah 6 tahun, Sekolah Menengah Pertama 3 tahun, Sekolah Menengah Tinggi 3 tahun, Sekolah Kejuruan 3-6 tahun sesudah Sekolah Rakyat, dan Sekolah Tinggi 4-6 tahun.  Selain itu, ia juga membenahi pekerjaan-pekerjaan, khususnya mengenai rencana pembelajaran, perlengkapan sekolah, organisasi dan administrasi, serta pemeliharaan isi pendidikan dan pengajaran, termasuk soal-soal agama, budi pekerti dan budaya.

Sebagai Menteri Pendidikan dan Pengajaran, Mr. Suwandi menunjuk Sutan Takdir Alisajahbana untuk tugas: (1) menetapkan istilah-istilah dalam Bahasa Indonesia, (2) menetapkan tata Bahasa Indonesia, dan (3) menetapkan kamus baru atau menyempumakan kamus yang telah ada untuk keperluan Bahasa Indonesia di sekolah.

Kebijakan Mr. Suwandi itu kemudian menghasilkan rumusan ejaan bahasa Indonesia yang baru, karena ejaan bahasa Indonesia pada waktu itu masih menggunakan ejaan lama, yaitu Ejaan van Ophuisen dari peninggalan Menteri Pendidikan pemerintah kolonial Belanda. Pada tanggal 19 Maret 1947 Mr. Suwandi kemudian mengeluarkan kebijakan baru mengganti  Ejaan van Ophuisen menjadi Ejaan Mr. Suwandi atau dikenal juga sebagai sistem Ejaan Republik. Pada zaman pemerintahan Orde Baru (Soeharto), ejaan itu diganti lagi sampai sekarang menjadi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) pada tahun 1972.

Penulis: Sudarno
Instansi: Universitas Sebelas Maret
Editor: Dr. Restu Gunawan, M.Hum


Referensi

Ide Anak Agung Gede Agung. 1980. Renvile: als keerpunt in de Nederlands-Indonesische onderhandelingen. Alphen aan den Rijn: A. W. Sijthoff.

Hp, S., Safwan, M., Djuariah, dan L., Samsurizal. 1986. Sejarah Pemikiran Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Departemen Pendidikan D\dan Kebudayaan: PN Balai Pustaka.

MPB. Manus, at al, 1993. Tokoh-Tokoh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.

Sriyanto. 2014. Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Ejaan. Jakarta.