Istana Bogor
Istana Bogor berlokasi di Jalan Ir. H. Juanda di Kota Bogor, Jawa Barat. Istana Bogor berada kurang lebih 60 kilometer dari Jakarta, dan 43 kilometer dari Istana Cipanas. Istana peninggalan Belanda ini dibangun di atas lahan seluas 28,86 hektare dengan lokasi berada di atas ketinggian 290 meter di atas permukaan laut. Saat ini kompleks bangunan Istana Bogor terdiri dari:
- 1. Gedung Induk: Ruang Teratai
- Gedung Induk memiliki luas sekitar 500 meter persegi. Gaya arsitektur gedung ini masih sama seperti saat pertama kali dibangun, yaitu gaya Bleinheim Palace Inggris. Disebut Ruang Teratai karena ada lukisan bunga teratai sedang mekar di salah satu sisi dinding karya CL Dake Jr tahun 1952.
- 2. Gedung Induk: Ruang Garuda
- Dinamakan Ruang Garuda karena di dalamnya terdapat lambang Garuda Pancasila berukuran raksasa yang tergantung di salah satu sisi dindingnya. Diantara Ruang Garuda dan Ruang Teratai terpasang cermin berbingkai emas peninggalan Belanda yang disebut dengan Kaca Seribu.
- 3. Paviliun Sayap Kiri dan Sayap Kanan
- Paviliun Sayap Kiri memiliki luas 511 meter persegi, sementara Sayap Kanan lebih luas sedikit, yaitu 651 meter persegi. Pada bangunan Sayap Kiri terdapat dua ruangan yaitu Ruang Panca Negara dan Ruang Tidur serta Ruang Tengah. Sementara pada bangunan Sayap Kanan terdapat ruangan yang berisi perbaot dan perlengkapan istirahat.
- 4. Paviliun dan Bangunan Lain
- Presiden Sukarno dan Ibu Hartini pernah menempati Paviliun Amarta sebagai tempat kediamannya. Sementara Gedung Dyah Bayurini dibangun pada tahun 1964 yang luasnya 560,44 meter persegi. Gedung ini sebagai tempat istirahat Presiden dan keluarga, dengan suasana yang menyejukkan, dengan warna yang didominasi hijau muda. Selain itu di area Istana Bogor juga ada Museum Kepresidenan Balai Kirti. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggagas pembangunan museum ini pada 18 Oktober 2014.
Sejarah berdirinya Istana Bogor tidak lepas dari gagasan Gubernur Jenderal Belanda G.W. Baron van Imhoff, yang ingin mencari lokasi Istana baru yang lebih tenang dan nyaman. Ia ikut serta dalam pencarian daerah baru ini, dan menemukan lokasi Istana Bogor pada 10 Agustus 1744. Pembangunan Istana Bogor dimulai tahun 1745. Baron van Imhoff kemudian memberi nama Buitenzorg pada daerah disekitar Istana Bogor, yang memiliki arti bebas dari masalah atau kesulitan. Bangunan yang akan dikerjakan itu berupa tempat peristirahatan tiga lantai yang lengkap dengan halaman luas dan terbuka. Gaya arsitektur awal bangunan ini mengadopsi arsitektur Blenheim Palace, kediaman Duke of Marlborough di Inggris. Namun hingga selesai masa jabatannya, Van Imhoff belum bisa merampungkan bangunan yang menjadi cikal bakal Istana Bogor ini.
Pada tahun 1750-1754, meletus Perang Banten pimpinan Kiai Tapa dan..Ratu Bagus..Buang. Pasukan Kiai Tapa ini menyerang dan membakar kawasan Kampung Baroe. Akibatnya bangunan Buitenzorg rusak parah. Setelah perang selesai, pemerintah kolonial Belanda memperbaikan bangunan itu dengan tidak mengubah gaya arsitekturnya. Sejak saat itu, dari masa ke masa bangunan yang kini menjadi Istana Bogor terus mengalami perbaikan dan perluasan. Pada periode 1817-1826, istana ini ditambah kompleks kebun yang saat ini dikenal dengan Kebun Raya Bogor dan diresmikan pada tanggal 18 Mei 1817.
Istana Bogor juga sempat luluh lantak akibat gempa bumi yang terjadi pada tanggal 10 Oktober 1834. Gempa itu membuat istana harus dibangun ulang, dengan gaya arsitektur baru yang mencerminkan arsitektur Eropa Abad ke-19. Pembangunan ulang Istana Bogor baru rampung pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Charles Ferdinand Pahud de Montages (1856-1861). tahun 1870 Istana ini resmi ditetapkan sebagai kediaman resmi Gubernur Jenderal Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, istana ini dijadikan sebagai salah satu markas militer sehingga bangunannya menjadi tidak terawat.
Setelah kemerdekaan, sejumlah agenda penting berskala internasional digelar di Istana Bogor, antara lain sebagai tempat Konferensi Lima Negara pada 28-29 Desember 1954. Selain itu ada Forum Jakarta Informal Meeting yang membahas konflik Kamboja pada 25-30 Juli 1988. Pertemuan Para Pemimpin APEC juga pernah digelar di Istana Bogor pada tanggal 15 November 1994. Beberapa kali perhelatan pernikahan juga pernah digelar di Istana ini diantaranya pernikahan Sigit Soeharto pada 1975 dan Agus Harimurti Yudhoyono pada 2006.
Penulis: Martina Safitry
Instansi: UIN Raden Mas Said Surakarta
Editor: Dr. Andi Achdian, M.Si
Referensi
Sekertariat Negara. Tt. Istana Merdeka. Diakses pada 20 Juni 2022 pada https://www.setneg.go.id/baca/index/istana_merdeka_dibuka_untuk_umum_1
Toeti Adhitama dan M.Alwi Dahlan. 1979. Istana Presiden Indonesia. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Wieringa, P.C., et.all, 1989. Istana Bogor: An approach for restoration and a proposal foe a new function of Bogor Palace Indonesia. Zeist: Druk en vormgeving.